V

57 7 3
                                    

Kadang, orang kalau pacaran itu awalnya sembunyi-sembunyi dulu. Malu. Baru ketahuan tiga-empat hari kemudian, bisa juga seminggu kemudian, itu pun kalau orang lain bisa mancing mereka buat ngasih tahu.
A Sticker For You; Bab 5


AKU ke kantin dulu, Ra. Dah.”

“Jess, aku—
” Clara mengerjapkan mata. Tidak meneruskan kalimat. Dia ingin pergi bersama, tetapi sebelum menanggapi ucapan Jessica, teman sebangkunya itu langsung keluar begitu saja. Tanpa memedulikan reaksi Clara.

Tidak biasanya Jessica terburu-buru seperti ini, meninggalkan Clara yang masih terkejut dengan sikap tiba-tibanya. Ah, mungkin dia sudah kelaparan dan tidak betah berlama-lama di kelas, makanya langsung ke luar buat beli makanan. Clara mencoba berpikir positif.

Tanpa pikir panjang, Clara segera membereskan meja dari berbagai peralatan tulis, lalu beranjak dari kursi. Bergegas menyusul Jessica. Dia tidak mau anak-anak lain melihat ada keganjilan antara dirinya dengan Jessica yang baru saja terjadi. Mereka sudah terbiasa pergi ke mana-mana berdua, jadi pasti terlihat aneh kalau salah satu di antara mereka terpisah.

“Clara?” Farah menyapa. “Tumben sendirian?”

Pertanyaan yang ditakutkan Clara akhirnya terlontar juga dari mulut orang lain. “Oh … nggak kenapa-kenapa, sih. Aneh, ya, kalau lagi sendirian?” Gadis itu bertanya balik.

Farah mengangguk. “Biasanya, kamu ke mana-mana bareng Jessica, sih. Nggak heran kalau kali ini aku ngerasa sedikit beda.”

“Ya, nggak semua orang terus bareng-bareng, kali.” Entah mengapa, Clara sedikit jengkel dengan Farah yang tampaknya memiliki pemikiran bahwa teman dekat harus terus bersama. “Sesekali aku juga pengin lagi sendiri.” Sungguh, gadis itu tidak bermaksud untuk membela diri atau menyelamatkan diri dari rasa malu karena tidak bersama sahabatnya. Meskipun dia sedikit merasa kosong karena Jessica tidak bicara apa pun sejak pagi dan tiba-tiba saja meninggalkannya pada saat jam istirahat tiba.

Farah mengangguk lagi. Membiarkan dan tidak menentang apa yang diucapkan Clara. “Oh iya, aku tanya gitu cuma heran aja. Jessica lagi bareng Brian di kantin, sementara kamu malah di sini,” jelasnya sambil mengarahkan jari telunjuk kepada si lawan bicara. “Udah ya, bye! Aku mau ke perpus.”

Diam-diam, Clara mengembuskan napas lega. Untung saja Farah tidak mencecarnya dengan berbagai pertanyaan lagi dan langsung pergi. Dengan begitu, Clara tidak perlu khawatir Farah akan mengetahui ada yang aneh antara dirinya dengan Jessica. Jadi, dia melanjutkan langkah menuju ke kantin sebelum akhirnya tiba-tiba terkesiap. Langkahnya kembali terhenti.

Tidak hanya dirinya, orang lain perlahan mulai menyadari hubungan pertemanannya dengan Jessica yang sedikit lain dari biasanya. Ini bukan hal yang baik. Mereka tidak pernah bertengkar sebelumnya, dan tiba-tiba Jessica tampak sedikit menjauh. Clara harus tahu dengan bertanya kepada Jessica, atau dia akan dihantui rasa penasaran.

Akan tetapi, tunggu, ada satu alasan lagi mengapa sampai sekarang Clara masih belum melangkahkan kaki lagi. Dia menangkap pemandangan Jessica dan Brian yang duduk di meja paling barat. Persis seperti yang dikatakan Farah beberapa menit yang lalu. Dua orang itu sedang bercengkrama. Brian menyeruput es tehnya. Diam-diam mendengarkan Jessica yang tengah berbicara dengan saksama. Memberi tanggapan berupa gelak tawa. Jessica ikut tertawa. Tawa paling tulus yang pernah Clara lihat. Tidak ada unsur dibuat-buat.

Tidak ingin menginterupsi Jessica dan Brian, Clara memasuki kantin tanpa menoleh ke arah mereka. Gadis itu benci keramaian, tetapi untuk kali pertama, dia bersyukur atas hal itu. Dia tidak ingin terlihat sombong karena sengaja tidak menyapa dua teman sekelasnya, dan orang-orang yang berlalu-lalang sungguh membantu menyembunyikan wajah dan postur tubuhnya.

A Sticker for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang