“Dia tiba-tiba merasa takut jika menemukan hal-hal lain yang lebih mengejutkan, padahal itulah yang dicarinya sejak dia menyadari kejanggalan tingkah laku Jessica.”
—A Sticker For You; Bab 10
JESSICA menutup buku yang telah dibukanya sepuluh menit yang lalu. Dia benar-benar bimbang apakah dia akan memberikan izin kepada Clara untuk menginjakkan kaki di rumah ini atau tidak. Akhirnya, gadis itu memutuskan untuk ke luar kamar dan langsung berpapasan dengan seseorang yang ingin ditemuinya, Bi Sarah.“Bi, masih sibuk?”
Bi Sarah menggeleng. Beliau baru saja selesai memasak makan malam dan bersiap-siap akan menyetrika pakaian. “Apa ada yang mau dibantu, Non?”
“Ah, itu … saya penasaran kapan Papa dan Mama akan pulang ….” Jessica menggaruk kepalanya. Tanpa bisa direm, mulutnya mengeluarkan pertanyaan yang cukup bodoh, “Apa Bibi tahu?”
“Bibi nggak tahu, Non, tapi Tuan dan Nyonya memang jarang pulang meskipun Non Jessica sedang libur,” jawab Bi Sarah. Beliau tahu bahwa Jessica akan mendapatkan liburan akhir semester sebentar lagi. “Lagi kangen, ya?”
“Eh? Nggak—” Jessica membalas terlampau cepat, membuat Bi Sarah hampir saja mengerutkan kening sebelum gadis itu meralat ucapannya, “M-maksud saya, nggak gitu, Bi. Ada teman saya yang mau ke sini, tapi saya takut kalau Mama nggak suka sama dia ….”
Bi Sarah mengangguk-angguk. Dulu, ada seorang teman laki-laki Jessica yang datang ke sini dengan tujuan bermain. Selepas ashar, baru mereka berdua pulang dengan bercak-bercak cokelat di baju. Akibat dari bermain tanah entah di mana. Saat si anak laki-laki mengantar Jessica pulang, dia mendapati Mama Jessica berdiri dengan ekspresi kesal. Mama Jessica memang memarahi dan langsung menyuruh putrinya masuk serta tidak memedulikan keberadaannya, tetapi hal itu membuatnya takut. Sejak saat itu, anak laki-laki itu tidak pernah mengajak Jessica bermain lagi. Dia juga pindah rumah tak lama kemudian. Lalu, Jessica sendiri mulai melarang siapa pun yang ingin bermain di rumahnya. Bi Sarah sendiri melihat bagaimana anak laki-laki itu pulang diam-diam dengan ekspresi terkejut sekaligus takut. Beliau masih merekam jelas wajah anak itu, tetapi tidak dengan namanya.
“Kayaknya nggak apa-apa, deh, Non. Lagian, udah lama banget Non Jessica nggak bawa teman ke rumah, apa nggak merasa sepi?”
Jessica menelan ludah. Meskipun cukup menusuk, ucapan Bi Sarah benar. Jessica hanya membalasnya dengan senyuman. Ini adalah waktu yang tepat untuk memenuhi keinginan Clara. Apalagi beberapa hari lagi adalah waktu libur semester satu kelas delapan. Untuk kali ini, mungkin tidak apa-apa bila mengizinkan orang luar masuk.
Semoga tidak ada kejadian apa pun.
***
Jessica langsung melengkungkan bibir ketika melihat Clara berdiri di depan pintu rumah. “Ayo masuk!”
Clara mengedarkan pandangan di ruang tamu. Tidak jauh berbeda dengan rumahnya sendiri, hanya saja perabotan di sini terlihat lebih berkilau. Keluarga orang kaya, tetapi Jessica tidak pernah membicarakan keadaan keluarganya kepada siapapun. Clara tidak tahu apakah Brian pernah ke sini atau tidak. Namun, mengingat bahwa laki-laki itu bukan sembarang orang alias kekasih Jessica, pasti dia sudah pernah berkunjung. Ah, terkadang sahabat bukanlah apa-apa bila dibandingkan dengan kekasih.
Kamar Jessica yang memiliki dinding berwarna biru laut. Nuansa tenang, tetapi entah mengapa juga terasa sedikit gelap, langsung terasa. Ada sebuah vas kecil berisi batu-batu kecil berwarna putih yang di atasnya tumbuh replika bunga matahari. Selain biru, kuning juga merupakan warna favorit Jessica. Terbukti dengan adanya beberapa kartu post-it kuning di dinding yang berisikan jadwal pelajaran, daftar tugas beserta tenggat waktunya (membuat Clara merasa perbedaan antara kamarnya dan Jessica semakin terlihat), deretan angka disertai keterangan singkat—

KAMU SEDANG MEMBACA
A Sticker for You
Teen FictionHidup Clara biasa-biasa saja. Tidak ada yang mengharuskannya terlibat dalam suatu kejadian tak terduga. Semua tampak normal dan terkadang membosankan, sampai pada titik di mana Clara merasa tidak dipercaya Jessica, sahabatnya. Dia tidak tahu apa-apa...