II

68 14 4
                                    

Dia hanya tidak tahu harus bereaksi bagaimana terhadap Jessica yang mengetahui segala hal mengenai Brian lebih banyak daripada dirinya.”
A Sticker For You; Bab 2


FOTO pertama, halaman pertama. Dua gadis dalam foto itu, Clara dan Jessica, sama-sama menggunakan pose menunjuk pipi dengan jari telunjuk. Gaya foto yang sudah ketinggalan zaman, entah apakah masih ada orang yang menggunakan gaya tersebut ketika berswafoto di zaman sekarang. Clara mengusap potret mereka. Dia ingat kapan foto ini diambil meski tidak ada tanggal yang tertera di ujungnya.

Waktu itu adalah hari pertama sekolah setelah Masa Orientasi Siswa berakhir. Rasanya sedikit lega karena sudah bisa lepas dari satu hari sebelumnya yang benar-benar melelahkan. Pengenalan lingkungan sekolah yang aneh, menurut Clara. Meski begitu, dalam waktu tersebut, dia sudah memiliki teman yang akhirnya menjadi sahabat; Jessica.

Ini foto kita yang pertama. Kamu ingat, kan, pastinya?

Clara membaca kalimat di bawah foto itu dalam hati. Kalau saja pertanyaan itu ditujukan kepada dirinya, tentu tanpa ragu dia akan menjawab, “Iya.”

***

Baru saja Clara memasukkan semua buku dan peralatan tulisnya, terdengar panggilan dari salah satu pengurus OSIS di luar kelas. Clara tak ingat siapa nama gadis berkacamata dengan rambut lurus hitam yang berdiri di depan kelas yang Clara tempati sementara itu, tetapi dia adalah pengurus paling sabar daripada pengurus yang lain.

“Tolong diam semuanya. Buat namanya yang saya panggil, segera ke luar dan cari kelas yang akan kalian masuki, ya!” Gadis berkacamata itu berseru, lalu mulai menyebut nama sesuai daftar presensi yang dibawanya. “Eka Kinanti. Kelas 7A.” Dia memanggil nama yang tercantum di urutan pertama. “Silakan keluar dan pergi ke kantor guru. Kelas kamu di sebelah timur kantor guru, ya,” lanjut gadis itu setelah melihat seorang siswi bernama Eka Kinanti mengangkat tangan.

Kemudian, nama-nama selanjutnya dipanggil. Jumlah keseluruhan kelas tujuh ada tujuh, dan Clara sudah hafal semua tempatnya. Selain karena beberapa anak di kelasnya sudah lebih dulu dipanggil keluar dan gadis berkacamata itu memberitahu, susunan kelas tujuh juga berurutan; sama-sama terletak di sebelah timur ruang guru. Jadi, sebagai seseorang yang akan resmi menjadi siswi sekolah ini, Clara tidak perlu merasa takut akan tersesat.

“Clara Archie. Kelas 7B.”

Clara membelalakkan mata. Tidak menyangka akan mendapat salah satu dari dua kelas unggulan. Dia mengangkat tangannya patah-patah. Perasaan senangnya tiba-tiba menyurut, terganti dengan perasaan takut ketika mata si gadis berkacamata memandangnya.

“Kelas kamu di ruangan kedua sebelah timur kantor guru. Sebelah kelas A. Silakan ke luar.”

Pelan, Clara menganggukkan kepala sebelum berdiri. Sekilas, dia merasa terintimidasi dengan tatapan salah satu pengurus OSIS itu. Kontras dengan suaranya yang terdengar lembut. Ah, untung saja pengurus itu tidak galak. Clara harus bernapas lega.

Clara memperlambat langkah. Dia ingin melihat kondisi kelas barunya dari kejauhan. Tidak terlalu ramai, hanya ada lima anak yang ada di dalam ruangan. Diam-diam, Clara tersenyum lega. Gadis itu bisa memilih tempat duduk sendiri dengan leluasa sebelum jumlah anak yang masuk bertambah banyak. Namun, target tempat duduk yang dia pilih telah diduduki orang lain. Meski begitu, Clara tetap mendekat pada seorang gadis dengan rambut kecokelatan. Warna rambut yang sedikit berbeda dibandingkan anak-anak lain, termasuk Clara yang rambutnya berwarna hitam legam.

“Halo,” sapa Clara yang membuat si gadis berambut cokelat menoleh. “Tempat di sebelah kamu kosong, nggak?”

“Tentu,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Lesung pipinya terlihat samar.

A Sticker for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang