"Kalian apaan sih. Gak usah ikutin gue!" Reina membalikan badan, menghadap pada sahabat-sahabatnya yang sedari tadi mengikuti.
"Ya kan kita khawatir Queen." Jaemin yang menjawab.
"Apa yang perlu dikhawatirin sih? Gua cuman mau ke perpus doang ngembaliin buku. Lebay lo pada." Reina memarahi sahabat-sahabatnya.
"Ya siapa tau lu kenapa-napa kan di jalan." Jeno berbicara.
"Heh! Lo pada liat tuh koridor. Ada emang yang bisa bikin gua celaka? Koridor kosong melompong gitu juga." Reina menunjuk koridor yang berada di belakangnya. Dengan kompak para sahabatnya pun melihat ke koridor itu.
"Ya siapa tau ada batu, nanti lo ke sandung gimana?" Jisung membuka suara.
"Ya jatoh." Reina dengan santai menjawab.
"Nah maka dari itu, kita gak mau lo jatoh." Chenle dengan santainya membuat alasan. Yang lain pun setuju dengan apa yang dikatakan Chenle.
"Apasih, gua ke sandung juga gak bakal geger otak." Reina menatap julid para sahabatnya.
"Nih, kalau tiba tiba di perpustakaan ada hantu gimana? Lo bisa dimakan sama tuh hantu." Haechan membuat alasan lain yang lebih tidak masuk akal.
"Bener tuh."
"Iya bener."
"Nah kan."
"Bener."
"Nah hayo."
"Sebelum tuh hantu makan gua, gua makan dulu. Puas lo pada?" Perkataan Reina membuat para dreamies mendengus kesal. Mereka hanya bisa diam, kehabisan alasan.
Reina memutuskan meninggalkan mereka dan lanjut berjalan. Baru beberapa langkah ia berjalan, Reina membalikan badannya. "Kalau lo pada ngikutin, kita marahan tiga hari." Reina memperingati.
Ia pun kembali berjalan dengan terburu buru menuju perpustakaan sekolah.
Reina berjalan sendirian di koridor sekolah yang kosong. Sudah sedari tadi sekolah dibubarkan, Reina masih berada di sekolah karena ia harus menyelesaikan tugas literasi serta piket kelas.
Jangan tanya mengapa para sahabat Reina juga masih berada di sekolah. Tentu saja mereka menemani dan menjaga Reina. Kecuali Mark, saat ini ia tengah rapat organisasi.
Reina berjalan sedikit cepat agar mempersingkat waktu menuju perpustakaan. Karena jika ia lama sedikit, Reina yakin para sahabatnya itu akan mencari-cari dirinya.
Reina berjalan menyebrangi lapangan untuk menuju perpustakaan.
Duk
"Aw." Reina menghentikan langkah karena kepalanya terkena lemparan bola basket yang meleset.
"QUEEN!" Para sahabat Reina dengan sigap menghampiri Reina yang masih berdiri di tempat. Mereka berlari dengan cepat ke arah gadis itu.
"Queen lo gak papa?"
"Apa yang sakit?"
"Perlu gua panggilin ambulan gak?"
"Sakit kah Queen?"
"Ayo kita ke uks."
"Sakitnya banget banget gak?"
Reina memejamkan mata sembari memegangi kepalanya yang terkena pukulan bola tersebut. Suara ke khawatiran sahabat Reina justru membuat gadis itu semakin pusing.
"Eh sorry gak sengaja. Lo gak papa?" Mendengar suara itu, dengan kompaknya Renjun dan kawan-kawan menengok ke arah sumber suara.
Terlihat lah seorang lelaki yang tengah memegangi bola basket. Para sahabat Reina menatap lelaki itu dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can(not) Be Trusted
Teen Fictionketujuh lelaki tampan memiliki rasa kasih sayang yang begitu tulus kepada sahabat mereka yaitu Zaqueenia Reinatha. Mereka menyayangi Reinatha sedari kecil, dan saat itu juga persahabatan mereka terbentuk. seiring berjalan nya waktu, mereka kedatang...