Sepuluh

1 0 0
                                    

Reina dan Alana menyimak guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Pelajaran kali ini adalah matematika, jadi Reina harus benar-benar menyimak dan mengerti.

"Oke. Tugas halaman 30, pilihan ganda sepuluh soal, dikerjakan pakai caranya. Dan dikumpulkan pada hari jum'at." Sebagai penutup mata pelajaran hari ini, guru tersebut memberikan tugas.

"Oke, kalian tunggu bel pulang sekolah baru keluar ya. Ibu duluan. Sekian." Guru tersebut keluar kelas terlebih dahulu.

"Terima kasih bu." Semua murid di kelas tersebut dengan kompaknya mengucapkan terima kasih.

"Oh ya, Na. Ada yang mau gua bahas sama lo.  Lupa kemaren gua mau ngomong." Reina mengajak Alana untuk mengobrol.

"Apaan tuh?" Alana tertarik dengan itu.

"Jadi.. Hari senin kan gua les sama Mark, intinya nih ya, dia biasa aja lo sama lo. Maksudnya, dia gak ada masalah apapun sama lo." Reina menyampaikan itu pada Alana. Dia berniat meluruskan kesalahpahaman.

"Wah serius nih?" Tentu saja Alana senang mendengarnya.

"Iya. Waktu hari senin dia bilang."

"Syukur deh. Gua kira dia benci sama gua." Alana merasa lega.

"Yakali.. Ngapain juga dia benci lo." Reina sudah menduga memang ada kesalahpahaman. Lagipula, Mark tidak punya alasan untuk membenci Alana.

"Btw, hari ini lo ada bimbel?" Alana bertanya.

"Enggak. Gua bimbel hari senin sama jum'at." Reina menggelengkan kepala.

"Hari ini main yuk?" Alana mengajak Reina untuk bersenang-senang.

"Ayo. Mau kemana? Ke rumah gua?" Reina ikut antusias. Ia sangat membutuhkan refreshing.

"Ayo. Mau ke rumah Queen sambil ngerjain tugas?" Jeno tiba-tiba menengok kebelakang dan ikut menimbrung.

Reina dan Alana menatap bersamaan ke arah Jeno dengan raut wajah datar. Namun, Jeno tidak menampakan wajah bersalah.

"Jen, gak mumet apa lo ngerjain tugas mulu?" Alana merasa kesal. Ia niat bermain untuk berefreshing, bukan untuk memikirkan apalagi mengerjakan tugas.

"Mumet? Tentu tidak.. Jeno kan anak rajin dan pintar." Jeno dengan bangga mengatakan hal tersebut.

"Jen, gua getok ya pala lo?" Reina mengangkat tempat pensilnya. Jeno mengalihkan pandangan pada Reina, lalu tersenyum lebar.

"Hehe. Ayo. Kita ke rumah Queen terus belajar." Jeno membereskan buku-bukunya yang berada di atas meja.

Reina dan Alana saling melirik kemudian mereka dengan kompak mendengus kesal.

"Ayo, Queen, Na." Jaemin sudah berdiri dengan menggendong tasnya. Alana menatap tidak percaya pada lelaki itu. "Lo juga ikut-ikutan?"

"Kita harus belajar, Na. Biar makin pinter." Jaemin berujar dengan lembutnya sembari tersenyum lebar.

"Pinter pala lo. Ngebul yang ada kepala gua." Alana membereskan barang-barangnya dengan hati jengkel. Ia sungguh ingin bermain, dan melepaskan diri dari belajar.

"Ciee marah." Jeamin mendekatkan dirinya pada Alana. Ia duduk di meja gadis itu.

"Awas gak lo. Gua getok nih?" Alana mengangkat botol minumannya.

"Eumm ngambek." Jaemin dengan santainya mencubit pelan pipi Alana. Gadis itu terkejut dengan perlakuan Jaemin. "Diem lo." Alana berusaha terlihat galak.

Bukannya ketakutan, Jaemin malah tertawa.

"Ayo, Queen." Sungchan tiba-tiba saja merangkul pundak Reina dari belakang.

Can(not) Be TrustedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang