Kring kring kring
Hari jum'at ini adalah hari terakhir para murid SMA Neo Technologi untuk bersekolah. Pada hari sabtu dan minggu, mereka libur.
Reina memasukan barang barangnya ke dalam tas. Guru yang mengajar pun sudah keluar tepat ketika bel berbunyi.
"Oh iya, Na." Reina teringat akan sesuatu.
"Kenapa, Rein?" Alana menengok pada Reina.
"Mending lo nginep aja di rumah gua. Jadi besok kan bisa langsung berangkat." Reina menyarankan. Ia memang sudah memikirkan hal itu dari kemarin. Namun, karena lupa, Reina baru menyampaikan hari ini.
"Emangnya gak papa gua nginep di rumah lo?" Alana bertanya. Ia merasa tidak enak jika menginap di rumah Reina.
"Ya gak papa lah."
"Yaudah, nanti gua ambil baju dulu ke rumah. Terus baru deh gua ke rumah lu." Alana akhirnya menyetujui. Ia berpikir itu bukanlah ide yang buruk.
"Oke. Nanti gua share alamatnya." Reina senang karena Alana setuju. Mereka berdua pun berdiri dari posisi duduk.
"Yuk, Queen." Sungchan berdiri di sebelah Reina sembari merangkul pundak gadis itu.
"Queen, balik sama gua aja yuk." Jeno pun menawarkan Reina agar pulang bersama dirinya.
"Oh iya, Alana. Tadi lo bilang mau nginep di rumah Queen?" Jaemin sempat mendengar percakapan antara Reina dan juga Alana tadi.
"Kenapa gitu, Jen?" Reina bingung.
"Iya. Kenapa Jae?" Alana balik bertanya.
"Enggak. Gua pengen aja balik bareng sama lo, Queen. Gak papa kan ya, Chan?" Jeno melirik ke arah Sungchan.
"Mau gua anter balik? Nanti gua anterin lo ke rumah Queen." Jaemin menawarkan untuk mengantar Alana. Mereka berdua pun memutuskan melanjutkan percakapan sembari berjalan.
"Gua sih gak papa." Sungchan tidak keberatan kalau Jeno mau mengantar Reina pulang.
"Oke. Gua balik sama lo." Reina maju ke hadapan Jeno. Sekarang, ia di rangkul oleh lelaki itu.
Jeno dan Reina berjalan terlebih dahulu. Sungchan dan Shotaro mengikuti mereka dari belakang.
"Ngerepotin lo gak nih?" Alana dan Jaemin berada cukup jauh di depan karena mereka berjalan terlebih dahulu.
"Enggak kok. Gimana? Mau gak?" Jaemin bertanya lagi.
"Oke boleh." Alana tersenyum. Ia menerima tawaran Jaemin untuk mengantarnya pulang.
"Tumben banget, Jen. Kenapa sih?" Reina mendongkak untuk melihat wajah Jeno.
"Gak papa dih. Masa gua gak boleh nganterin lo balik?" Jeno hanya tersenyum lebar sembari mendekap Reina dengan lebih erat.
"Dih dih.. Jujur aja, Jen. Ada apa?" Reina memeluk pinggang Jeno. Ia masih mendongkak memerhatikan lelaki itu.
"Apaan sih. Enggak ada apa-apa juga." Jeno mendekatkan wajahnya pada Reina. Dengan refleks Reina memundurkan wajahnya sembari tertawa kecil. "Aahh Jeno." Jeno dan Reina pun tertawa.
"Jen." Seseorang tiba-tiba berdiri di hadapan Jeno dan Reina. Reina tidak mengenali siapa gadis itu. Dia pun bertanya pada Jeno. "Siapa, Jen?"
Jeno hanya diam. Sedetik kemudian ia menatap Reina sembari tersenyum. "Bukan siapa-siapa."
"Jen. Gua mau ngomong sama lo." Gadis itu terlihat seperti menahan tangis.
"Duh, gabisa. Gua ada urusan. Sorry." Dengan tidak bersalahnya Jeno menolak untuk berbicara dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can(not) Be Trusted
Teen Fictionketujuh lelaki tampan memiliki rasa kasih sayang yang begitu tulus kepada sahabat mereka yaitu Zaqueenia Reinatha. Mereka menyayangi Reinatha sedari kecil, dan saat itu juga persahabatan mereka terbentuk. seiring berjalan nya waktu, mereka kedatang...