Enam

2 1 0
                                    

Sudah beberapa waktu mereka berdua mengobrol. Dan akhirnya, topik obrolan yang dibicarakan pun habis.

Reina tidak tahu harus membahas apalagi dengan Alana. Alana juga begitu, ia tidak tahu topik apa selanjutnya yang akan jadi perbincangan.

"Hmm.. Na, kita ke situ yuk? Kayaknya nyemil di sana enak deh." Reina menunjuk tempat makan yang tidak jauh dari sana. Alana pun mengikuti arah yang ditunjukan oleh Reina.

"Tapi, Rein. Mark sama Renjun gimana? Mereka bilang, lo harus tetep nunggu disini." Alana sebenarnya ingin saja pergi ke tempat itu. Tapi ia teringat akan perkataan Mark tadi.

"Gampang. Gua kirim pesan aja ke dia. Bentar." Reina mengeluarkan ponselnya. Ia hendak mengirimkan pesan chat pada Mark.

Jari tangan Reina bergerak di atas layar ponsel. Gadis itu sedang mengetik sesuatu di sana.

"Udah. Yuk." Reina kembali mengunci layar ponselnya. Ia pun memasukan ponsel ke dalam tas selempang.

"Gak papa nih?" Alana masih duduk di tempatnya. Ia menatap Reina dengan tidak yakin.

"Gak papa elah. Ayoo.." Reina menarik lengan Alana, menyuruh gadis itu bangkit dari duduknya. "Oke-oke." Alana terkekeh karena Reina yang berusaha menariknya.

Mereka berdua berjalan menuju kafe yang tadi ditunjukan oleh Reina. Reina berjalan sambil menggandeng lengan Alana. Alana pun menggelengkan kepala pelan karena kelakuan Reina.

Tidak perlu waktu lama, mereka akhirnya sampai di kafe itu. Reina dan Alana langsung menuju ke tempat memesan menu.

Berhubung tempat memesan sedang sepi, mereka berdua tidak perlu mengantri.

"Mau apa, Rein?" Alana bertanya.

"Tiramisu cake satu, sama.. Iced cappucino." Reina menyebutkan pesanannya.

"Mbak, tiramisu cake satu, black forest cake satu, iced capuccino nya dua." Alana menyebutkan pesanan mereka pada pegawai yang menjaga kasir.

Pegawai itu menyebutkan kembali pesanan Alana untuk mengkonfirmasi. Setelahnya, Alana pun membayar pesanan mereka.

"Silahkan tunggu disini." Ujar pegawai itu. Reina dan Alana pun bergeser tempat duduk.

"Oh iya, waktu itu juga lo bayarin minuman gua kan?" Reina teringat akan sesuatu.

"Waktu yang di kantin?" Alana mencoba mengingat.

"Iya. Gua belum bayar. Berapa?" Reina baru teringat kalau dia belum mengganti uang Alana. Reina merogoh tas selempang nya untuk mengambil dompet.

"Eh, gak usah Rein." Alana mencegah Reina untuk mengganti uangnya.

"Loh, kenapa?" Reina keheranan.

"Kan waktu itu, gua yang ngajak lo ke kantin. Udah gak usah."

"Yaudah gua bayar yang sekarang aja."

"Gak usah."

"Kenapa lagi?"

"Kan temen lo udah traktir gua buat main ke Dufan. Jadi, gua traktir lo deh." Alana tersenyum.

"Ini pesanan nya kak." Pesanan Alana dan Reina sudah siap. Alana pun membawakan nampan itu ke meja yang kosong.

Alana menaruh nampan itu di meja. Ia dan Reina lalu duduk saling berhadapan. "Lo seharusnya traktir Chenle. Kan dia yang bayarin kita ke sini." Reina berujar iseng. Ia mengambil cake dan juga minuman dari nampan.

"Ahaha. Maybe next time? Tapi, emangnya dia bakal terima traktiran?" Alana merasa tidak yakin dengan hal itu.

"Bener juga ya." Reina juga tidak yakin Chenle akan menerima traktiran. Mereka berdua lalu tertawa bersama.

Can(not) Be TrustedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang