Awan hitam membuat langit menjadi gelap dari biasanya. Padahal jam masih menunjukan pukul dua siang, tetapi suasana sudah terasa seperti sore menjelang malam.
Walau begitu, taman bermain masih dipenuhi oleh anak-anak yang masih asik bermain.
Ada yang bermain persotan, ayunan, jaring laba laba, bahkan ada yang sedang bermain kejar kejaran.
Mereka semua tampak sedang sibuk bermain dan tertawa.
Salah satu anak kecil yang baru turun dari perosotan menatap pada seorang anak kecil yang tengah duduk di ayunan. Gadis itu hanya duduk, tidak menggerakkan ayunan itu.
Anak kecil itu menghela nafas, ia berjalan menghampiri temannya yang masih duduk di ayunan itu.
"Queen, kenapa bengong?" Tanya anak lelaki itu pada temannya. Ia sudah berdiri tepat di samping anak perempuan itu.
"Emangnya Rein bengong?" Gadis itu menatap bingung pada anak lelaki yang bertanya padanya.
"Iya, tadi Queen cuman liat ke depan, gak gerakin ayunan nya. Mau Mark bantu dorong?" Anak lelaki yang bernama Mark itu menawarkan.
"Enggak usah. Rein lagi gak mau ayunan. Kepala Rein lagi sakit." Anak kecil yang bernama Reina itu menyenderkan kepalanya pada tali ayunan.
"Queen lagi sakit?" Seorang anak lelaki datang menghampiri mereka berdua. Reina dan Mark menatap pada anak lelaki itu.
"Iya nih Njun. Kepala Rein sakit, gendong dong.." Reina berujar dengan manja pada anak lelaki yang bernama Renjun.
"Ih gak mau. Kenapa Njun harus gendong Queen?" Renjun tentunya menolak hal itu. Ia tidak bisa membayangkan jika harus menggendong Reina.
"Ya kan kepala Rein sakit. Ya ya?" Reina memajukan badannya. Ia menatap Renjun dengan penuh harap.
"Enggak ah. Queen berat." Renjun tetap menolak.
"Ih! Enak aja! Rein gak berat." Reina tidak suka mendengar itu. Ia pun berdiri sembari menegur Renjun.
Renjun hanya menghela nafas melihat itu. Ia tidak mau membalas perkataan Reina.
"Kenapa sih? Kok kalian berantem." Dua orang anak lelaki menghampiri mereka bertiga.
"Gaada yang berantem kok." Mark menjawab.
"Kok Queen marah?" Salah satu anak lelaki yang bernama Jaemin bertanya.
"Queen kepala nya sakit. Dia minta tolong di gendong Renjun, tapi Renjun nya gak mau." Mark menjelaskan.
"Ohh gitu. Yaudah sini, Queen di gendong sama Jeno aja." Anak lelaki yang bernama Jeno membalikan badannya. Seolah olah memberi isyarat untuk Reina naik ke punggungnya.
Reina mengangguk setuju.
Ketika Reina hendak naik ke punggung Jeno, mobil ambulan melewati taman bermain itu. Menarik perhatian hampir semua anak anak yang tengah bermain.
"Uwahh ada mobil ambulan." Seorang anak lelaki pindah ke dekat Reina dan teman temannya untuk melihat ambulan itu lebih dekat.
"Echan norak. Kayak gak pernah liat mobil ambulan aja." Seorang anak lagi baru saja sampai di sana. Ia tidak sendiri, melainkan bersama anak lelaki yang satunya lagi.
"Chenle diem aja. Gak usah banyak ngomong." Haechan melirik tidak suka pada Chenle.
"Loh, Jisung kira itu tadi mobil polisi." Anak lelaki yang bernama Jisung kelihatan kebingungan.
"Polisi dari mana nya Cung, jelas jelas itu ambulan." Reina menengok ke arah Jisung.
"Suaranya mirip. Hehe." Jisung pun terkekeh.
"Queen, jadi naik ke punggung Jeno gak?" Jeno mengingatkan. Perhatian mereka semua sudah teralihkan pada mobil ambulan itu.
"Eh? Jadi jadi." Jawab Reina dengan cepat.
"Queen kenapa? Sakit?" Jisung bertanya mendengar obrolan Jeno dan Reina.
"Anggap aja gitu." Jawab Reina.
Reina pun naik ke punggung Jeno. Lalu Jeno berjalan meninggalkan taman bermain untuk mengantarkan Reina pulang sampai ke rumahnya.
Bukan hanya Jeno, tetapi keenam anak lelaki yang lainnya juga ikut mengantarkan Reina pulang.
Ketika mereka baru beberapa langkah berjalan, seorang wanita yang Reina kenal datang ke taman bermain itu.
"Bibi?" Reina pun bergegas turun dari punggung Jeno. Para anak lelaki yang mengikuti, menjaga Reina dari belakang. Takutnya gadis itu jatuh.
"Kenapa Rein?" Jeno berbalik menghadap Reina.
"Ada Bi Yuni. Rein pulang sama dia aja." Reina menjawab. Bi Yuni pun sudah semakin dekat dengan Reina. Ia seperti berjalan dengan cepat ke arah gadis itu.
"Non, ayo pulang, Mamah ada di rumah." Bi Yuni memberitahu. Mendengar itu tentu saja Reina senang bukan main.
Mamahnya sudah pulang, ia tak sabar bermain di rumah bersama Mamahnya. Reina pun berlari begitu saja meninggalkan teman temannya dan Bi Yuni.
"Queen, jangan lari lari entar jatoh." Renjun memperingati. Namun gadis itu tidak menghiraukannya, ia tetap berlari walau tidak kencang.
Teman teman Reina menyusul untuk memastikan Reina tidak terluka di perjalanan.
"Hiks hiks. Pasti Non Reina bakal sedih liat Mamahnya." Bi Yuni mulai meneteskan air mata.
Mark dan Renjun yang melewati Bi Yuni, tentu saja dapat mendengar hal itu. Mereka berdua berhenti di hadapan Bi Yuni dengan kompak. "Maksud bibi?" Mark bertanya.
Bi Yuni berusaha menahan tangis. "Mamahnya Non Reina, udah gaada karena kecelakaan." Bi Yuni tidak bisa menahan tangisnya lagi. Ia menangis di hadapan Renjun dan Mark.
Mendengar itu, dengan cepat Renjun dan Mark berlari menyusuli Reina. Bahkan mereka melewati teman-teman yang lain begitu saja. Yang mereka pikirkan hanya Reina, mereka berdua khawatir Reina akan histeris.
Teman-teman yang lain melihat Renjun dan Mark berlari cepat melintasi mereka. Terlihat kedua anak lelaki itu tengah mengejar Reina.
Tanpa perlu di beritahu, mereka berlima ikut berlari mengejar. Mereka tahu ada yang tidak beres, walau belum tahu dengan detail, yang pasti mereka yakin, itu adalah tentang Reina.
***
Halo gaiss. Author S bawa cerita baru nih. Kali ini main cast nya Nct Dream dan juga Sungchan Shotaro.
Semoga kalian suka yaa.
Happy reading:)
-Author_S
KAMU SEDANG MEMBACA
Can(not) Be Trusted
Teen Fictionketujuh lelaki tampan memiliki rasa kasih sayang yang begitu tulus kepada sahabat mereka yaitu Zaqueenia Reinatha. Mereka menyayangi Reinatha sedari kecil, dan saat itu juga persahabatan mereka terbentuk. seiring berjalan nya waktu, mereka kedatang...