Kemarin | 06.37

130 23 0
                                    

死亡 時刻 の 18時間前。
18 jam sebelum kematian.

。。


Keren. Naga di perutku mengamuk dan menghancurkan rencana bangun siangku. Alhasil, pukul setengah tujuh ini aku sudah melipat futon[1] kemudian melangkah lemas menuju dapur.

Desah kecewaku meluncur persis saat membuka kulkas. Alih-alih menenangkan gemuruh laparku, aku malah dihadapi kedongkolan. Sial. Bisa-bisanya aku lupa berbelanja dan sekarang di depanku cuma tersisa sebutir telur duduk imut di tempatnya. Keterlaluan.

"Juyeon-chan!"

Wah.

Suara yang amat kukenali lantas meluncurkanku menuju pintu depan, lalu persis setelah membuka pintu, Saku-chan menghambur ke pelukanku, "Ohayou[2], Juyeon-chan!"

Aku tersipu sesaat. "O-ohayou, Saku-chan," jawabku sembari membalas pelukannya.

"Ayo kita sarapan."

Saku-chan berlari kecil mendahuluiku menuju ruang makan. Hari ini dia tak seperti biasanya. Jauh lebih ceria. Jauh.

Aduh, tolong. Aku mulai besar kepala membayangkan dia sedang kangen aku.

Ah, dasar konyol.

Kusembunyikan senyum tersipuku di balik alibi senang mendapat sarapan enak. Memperhatikannya sudah membuka furoshiki[3] di meja makan dan satu per satu menaruh bagian kotak bekalnya, rasanya seperti ... sudah berkeluarga.

"Hari ini ada apa sampai kau repot-repot memasak sarapan?"

Kepala Saku-chan menoleh sambil melepas kekehan lucu. Saking manisnya aku sampai ikut menyengir juga.

Ia menunjuk salah satu kursi meja makan dan berkata, "Makan dulu."

Tentu saja. Tanpa sungkan, aku duduk lalu mengangkat sumpitㅡsiap menyikat habis setiap porsinya. Sepotong telur dadar gulung kucapit paling pertama.

"Proposal penelitianku disetujui Profesor," ucap gadis itu bersama binar bintang di matanya. Penuh sukacita. "Aku bisa melakukan penelitian sekarang."

"Oh, ya?" Wah, oishi! Kenapa telur dadar saja bisa seenak ini?

Dia mengangguk sarat semangat. Matanya mengawang bersama senyum tiga jari terpatri di bibir. "Kalau ini berhasil aku akan jadi peneliti terhebat di dunia abad ini!"

"Wah, pasti keren sekali!" Tunggu, sosis gorengnya, kok, enak sekali? Apakah ini yang dinamakan masak dengan cinta?

"Kamu bangga?"

"Hmm," gumamku. Setelah menelan, aku berusaha menjawab dengan nada semanis mungkin, "Setelah itu, mari kita menikah."ㅡlalu aku bisa makan masakan Saku-chan sepuasnya.

Namun saat aku mengangkat wajah dari kotak bekal, senyum Saku-chan larut ke dalam atmosfer kami yang perlahan canggung.

"Kau tidak mau?" tanyaku, berhati-hati.

Saku-chan menghela napas. "Bukan begitu. Apa kau yakin? Apa kau tidak trauma dengan perceraian orang tuamu?"

Aku kembali menyumpit sepotong sosis. "Kalau Okaasan[4] tidak membawaku ke Jepang, aku tidak akan bertemu denganmu. Jepang rasanya lebih baik daripada Korea karena ada kamu."

"Tapi itu tidak cukup membuatku yakin."

Menguap lah nafsu makanku. Kucari sepercik kebenaran dari perkataannya tetapi beruntungnya, dia tak balas menatapku. Kelegaan segera merambati tubuhku sebab tahu bahwa Saku-chan tidak serius pada ucapannya.

"Kau marah padaku?" tanyaku setenang mungkin. Kuraup tangannya ke dalam genggamanku.

"Aku ..." Saku-chan berhenti sesaat dan menarik tangannya. "Lebih memprioritaskan penelitianku lebih dari apapun. Kau juga tahu itu, Juyeon."

Maka, meluruh lah sudah kekuatanku. Punggung jatuh lemas ke sandaran kursi, mata menatap kosong  seulas wajah Miyawaki Sakura.

"Saku-chanㅡ"

"K-kita bicarakan nanti."

Sontak ia berdiri, agak menyenggol kaki meja sampai keseimbangannya agak terganggu. Buru-buru.

Aku nyaris membuka suara kala ia berbalik kembali. Sebelah tangannya mengeluarkan tumpukan kertas dari tas dan menaruhnya di meja. "Kalau kau mau tahu betapa pentingnya penelitian ini bagiku, ini salinan rencana proposalku."

Lalu, sebelum bisa kucegah lagi, Saku-chan sudah menghilang di balik pintu.

Hening. Sepotong kebisuan yang diisi patah hati menyekapku untuk sejenak. Tercenung. Menyesal. Marah. Semua bercampur dan sukses mengalirkan satu anaksungai kecil di pipiku.

ㅡㅡㅡ

Footnote :
1. Futon : Satu set perangkat tidur tradisional di Jepang yang terdiri dari alas tidur dan selimut.
2. Ohayou : Selamat pagi (informal)
3. Furoshiki : Alat atau kain yang digunakan untuk membungkus barang seperti hadiah, bekal, pakaian, dan lainnya.
4. Okaasan : Ibu

Summer Night Scenario✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang