Hari ini | 08.03

195 31 2
                                    

死後 7時間。
7 jam setelah kematian.
 

。。。
 

Mau bekerja seribu tahun sekali pun, tidak akan ada cara untuk menangani kasus pembunuhan diri sendiri. Camkan ini: pembunuhan dan diri sendiri. Bukan bunuh diri.

Maka, sewaktu aku tertatih-tatih mendekati tubuh itu, Kashihara-sama[1] langsung menyuruh Nobuo-kun[2] untuk membawaku kembali ke Kantor Kepolisian Morigasaki. Aku diperintahkan untuk diam berpangku tangan menanti kelanjutan titik terang anomali ini demi kewarasanku sendiri.

"Itu benar kau."

Aku, yang masih berpijak di bumi ini, telah dinyatakan tewas.

Deretan data forensik yang disodorkan Kashihara-sama jelas menunjukkan bahwa dari atas ke bawah, dari ujung rambut hingga ujung kaki, jenazah itu adalah aku.

Aku, Lee Juyeon.

"Bagaimana bisa?"

Tepat sekali. 

Bagaimana bisa?

Satu pertanyaaan itu bertengger di benak semua anggota kepolisian sektor Morigasaki sejak ditemukannya mayat berlumuran darah tanpa identitas di sebuah rumah kosong dekat pinggiran kota. Gempar betul para petugas lapangan. Namun rekan di bagian Reserse dan Kriminal, yang (sialnya) menerima foto TKP lewat komputer kantor, spontan berteriak histeris sewaktu aku masuk ruangan sambil mengunyah Onigiri.

"Waktu kematian diperkirakan pukul 1 pagi. Penyebabnya kehabisan darah karena luka tusukan di perut. Tim forensik tidak menemukan gejala perlawanan, jadi kemungkinan ini ... bunuh diri."

Mengerikan. Ini sangat konyol.

"Tidak mungkin itu saya," sanggahku agak gemetar.

Kashihara-sama menggeleng lalu menepuk bahuku dengan sorot mata prihatin, "Juyeon-kun, shinpaishinaide kudasai[3]. Semuanya akan kami selidiki, percaya lah."

Aku meneguk saliva dan peluh mulai mengembun di pelipis. Daripada menenangkan, perkataan itu malah menambah besar porsi risauku. Namun tentu saja, yang bisa kukatakan hanya, "Ya, terima kasih," dengan cicitan pelan.

Aku semakin cemas sewaktu Kashihara-sama mengelus-elus dagunya dengan wajah khas yang selalu ia pasang tiap menghadapi kasus pelik. Kasus yang tak meninggalkan jejak secuil pun.

"Sayangnya, tidak ada jejak yang ditemukan disana. Satu-satunya benang merah berujung padamu, Juyeon-kun. Mungkin, siapa tahu. Jadi, barangkali kau bisa diceritakan apa yang kau lakukan kemarin, huh?" kata beliau.

Dilempar pertanyaan begitu memoriku lantas melemparkanku kembali pada hari kemarin. Akhir pekan yang begitu normal. Bangun tidur, sarapan dengan Miyawaki Sakura, tidur lagi sampai sore, makan malam dengan Saku-chan[4], lalu pergi tidur dan bangun pagi ini.

"Tunggu, siapa Miyawaki Sakura?"

"Kekasihku," jawabku dalam nada bertanya. Agak aneh karena beliau tidak tahu padahal kami sudah seperti teman dekat.

Atasanku lantas mengangguk paham lalu menatapku lekat-lekat, "Bagaimana kalau kita tanya Miyawaki-san[5]?"

Benar. Benar sekali. Saku-chan pasti tahu apa yang kulakukan kemarin.

ㅡㅡㅡ

Footnote:
1. -sama : Panggilan untuk atasan yang dihormati
2. -kun : Panggilan untuk laki-laki yang sudah saling kenal
3. Shinpaishinaide kudasai: Jangan khawatir
4. -chan : Panggilan kepada orang terdekat
5. -san : Panggilan untuk orang yang tidak dikenal

Summer Night Scenario✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang