Hujan Turun

22 1 0
                                        

Pukul lima pagi matanya baru merasakan kantuk yang sangat luar biasa. Namun sekarang, tepat pukul enam tiga puluh ia sudah siap pergi ke kampus untuk pertama kali. Waktu seperti itu, baginya sudah cukup digunakan untuk tidur malamnya. Sayangnya, ia masih memandang datar jendela di hadapannya. Memerhatikan air yang jatuh ke bumi tiada hentinya.

Gawai Khaylila bergetar, dilihatnya nama Candra tertera dilayarnya.

"Sudah siap?" Tanya Candra di sebrang sana.

"Sudah, tapi hujan." Jawab Khaylila tidak senang.

"Tunggu, aku akan menjemputmu!" Ujar Candra seraya mematikan gawai tanpa menunggu jawaban dari Khaylila.

Hari pertama masuk kampus, tapi terasa begitu berat bagi Khaylila. Khaylila benci dengan hujan. Baginya hujan adalah pembawa petaka.

Seseorang menggedor pintu apartemen Khaylila. Membuat sang empu segera beranjak mendekatinya.

"Candra?" Ucap Khaylila setelah membuka pintu.

"Yuk berangkat!" Ajak Candra.

Khaylila diam, terlihat ia yang sedang berfikir keras.

"Why? Is there problem?" Tanya Candra memastikan.

Khaylila menggeleng, lalu melangkah meninggalkan Candra yang masih mematung.

***

"Kamu engga kerja Can?" Tanya Khaylila, mencoba mencairkan suasana, kala mobil yang ia tumpangi terjebak macet.

"Selama kamu ada di sini, aku akan menjagamu." Ucap Candra sambil menginjak pedal gas.

"Tapikan kamu juga punya kesibukan sendiri, aku bisa ko pulang atau pergi sendiri ke kampus." Ujar Khaylila merasa tidak enak hati merepotkan Candra.

"Selama aku masih bisa, aku akan mengantarmu kemanapun kamu pergi!" Tegas Candra.

Candra mengajak Khaylila makan di kantin kampus. Khaylila menolaknya, tapi Candra tidak menerima penolakan dari wanita itu. Ia terus saja berjalan menuju kantin, karena ia tahu wanita itu sangat sulit sekali dengan makan. Apalagi terlihat dari tubuhnya yang semakin kurus dan mata yang semakin cekung, dibandingkan dengan foto-foto yang sering ia lihat di Instagram dan Facebooknya ketika ia masih di Amerika. Tak banyak yang Khaylila makan, hanya tiga sendok nasi goreng, masih terhitung jari.

"Yuk ke kelas!" Ucap Candra kala menandaskan makanan dipiringnya, melihat Khaylila yang mulai bosan.

"Ko ke kelas sih?" Khaylila bingung.

"Kan kamu mau kuliah, trus kemana?"

"Kan yang mau kuliah aku, bukan kamu. Kamu harus kerja Candra, jangan tinggalin pekerjaan kamu hanya demi mengantarku ke kelas!" Ucap Khaylila.

"Pokonya aku antar kamu sampai kelas yah!" Ujar Candra. Perkataannya seperti tidak ingin ada penolakan dari wanita di hadapannya.

Khaylila sangat tidak suka diperlakukan seperti anak kecil begini. Bahkan anak yang berseragam merah putih saja sudah tidak diantar oleh ibunya. Kenapa dia yang bahkan sudah berumur dua puluh tahun masih diantar pergi kuliah. Tragis sekali bukan. Khaylila diam, lalu memutuskan mengekori Candra saja.

Khaylila's SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang