Happy reading ・´з'・
***
TIIN, TINN, TINN!
Seorang anak laki-laki lima tahun tersentak kaget dengan bunyi klakson yang entah berasal dari mana. Sebelum ia yang sedang berada di ruang tengahnya sendirian melihat keluar untuk memastikan klakson mobil asing itu.
TIINNNNNN, TIIINNNNN!
"ALLOOO! INI ALIN! ALLOOO!"
Anak laki-laki yang memiliki nama lengkap Daniel Arka Najendra itu keluar dan menemui seorang gadis gembul yang tengah menunggangi mobil-mobilan besarnya di depan teras rumah Daniel.
TIINNNN!!
Tin!
Gadis kecil gembul itu turun buru-buru dari mobil-mobilannya. Dan langsung berlari ke arah Daniel yang sudah keluar.
"Hallo!" sapanya dengan suara khas anak kecilnya yang lucu. "Kamu tetangga baru, ya? Mau main sama aku? Namaku Alin. Kata Mama, kamu suka belajar, ya?"
Dengan antusias, gadis kecil yang memperkenalkan dirinya sebagai Alin itu mengambil tangan kanan Daniel dan kemudian menyalamaninya. "Hehehe, nama kamu apa?"
Daniel tidak tahu harus menggapinya bagaimana. Lima tahun dia hidup, temannya hanya benda mati, tidak ada benda hidup. Bahkan diperlakukan dengan antusias seperti ini saja ia tidak pernah.
Hidupnya begitu datar. Menyebalkan, padahal usia baru lima tahun. Dan sepertinya berbeda dengan hidup gadis gembul di depannya yang terlihat abstrak dengan warna pelangi dan mata bulat kecil yang berbinar.
"Allo? Kamu ndak ada nama?"
"Hm?"
Karena kaget baru saja disadarkan dari kebengongannya, Daniel jadi gugup dan ia jadi menghempaskan tangan gembul putih yang menyalaminya.
"Ih kok nakal!?" decaknya dengan mata yang sudah berkaca.
"Nggak! Aku nggak nakal!" Buru-buru Daniel menyanggahnya. Ia tadi tidak sengaja.
"Nakal! Anak nakal ndak ada namanya! Nggak jadi mau main." Dengan tengilnya lalu Alin berkata seperti itu dan menghapus lelehan bening yang siap turun dari matanya.
"Jangan." Dan sekarang berganti Daniel yang matanya yang berkaca-kaca.
Alin kecil diam, agak bingung antara ingin menenangkan laki-laki sebayanya atau juga ikut kembali menangis karena merasa bersalah.
"Aku Daniel, nggak ada yang mau main samaku. Kamu juga," gumamnya pelan yang masih didengar sama oleh Alin.
Membuat anak kecil itu kembali mendekati Daniel dan berikutnya menepuk pelan punggung Daniel. "Ndak gitu, kita teman. Jangan nangis, hiks!"
Bukan Daniel yang menangis tentu saja, melainkan gadis gembul kecil itu sendiri. Perasaannya benar-benar sensitif memang, sangat mudah untuk tersentuh begitu saja.
Beruntung dengan otak cepat tanggap Daniel, anak laki-laki lima tahun itu ganti yang menepuk pelan punggung si gembul, hanya menirukan apa yang gadis kecil itu lakukan tadi padanya. "Jangan nangis."
"Ndak, hiks. Aku ndak nangis!"
"Kita temenan, ya?"
oo000oo
Daniel Arka Najendra
Arlinda Rylie
A/N:
Cerita ini diikut sertakan dalam Nulis Bareng primrosemediayang diselenggarakan tanggal 10 Januari sampai 10 Maret 2021.
Mohon dukungannya.
Terimakasih.TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
HI, BOY! [END]
Teen Fiction⚠YOUNG ADULT⚠ "Daniel!" Jangan harap laki-laki tampan itu akan menyahut, menoleh pun dia malas. Jika tidak ada urusan dengannya jangan coba-coba memanggilnya. Dan lebih baik jangan berurusan dengannya. Karena itu percuma, hanya membuang waktumu d...