Happy reading •ω•
***
"Arlin ada?""H-ha?"
Jam tujuh kurang tiga puluh menit, Daniel sengaja datang ke rumah Arlin yang berada di depan rumahnya.
Maksud kedatangannya di hari Senin itu jelas tidak lain adalah untuk menjemput gadis itu.
Dan Daniel harus menahan dirinya ketika yang membukakan pintu adalah adik tiri dari teman perempuannya. Bukan apa-apa, hanya saja Daniel malas menghadapi gadis dengan tingkah anehnya saat di dekatnya.
Seperti Ghea sekarang yang malah jadi gagu ketika membukakan pintu untuk tamu tidak terduganya.
Walaupun tidak mencarinya, Ghea tidak masalah. Asalkan bisa bertatap muka dengan salah satu laki-laki populer di sekolahnya yang dikenal arogan dan tampan itu ia sudah bangga.
Itu bisa ia pamerkan pada teman-temannya nanti.
"Daniel, ngapain? Kok tumben."
Arlin datang dari arah dapur. Tidak menyangka jika laki-laki yang seharian kemarin tidak bertemu dengannya tiba-tiba saja datang ke rumahnya pagi Senin seperti ini.
"Bareng sama gue," katanya. Tubuhnya yang lebih tinggi dari Ghea memudahkannya untuk menatap kelereng di mata bulat kecil milik gadis yang masih berada di rumahnya dan dia masih berada di luar. Terhalang Ghea yang masih kaget.
Arlin berjalan mendekat, mendorong tubuh adiknya yang menghalangi tamu. Meskipun ia tahu apa yang terjadi pada Ghea. Tetap saja Arlin merasa jengah dengan kebodohan adik tirinya yang tidak bisa menjaga image-nya sendiri.
"Kenapa nggak ngabarin dulu, sih?" tanyanya pada Daniel setelah mengode laki-laki itu untuk duduk di kursi teras.
Arlin memang sudah siap akan berangkat. Sudah pakai seragam lengkap, sepatu dan rambut sebahunya yang dibiarkan terurai.
Gadis itu ikut duduk di sebelah Daniel diikuti Ghea yang tidak mau ketinggalan.
Daniel sama sekali tidak mempedulikan Ghea yang secara terang-terangan menatapnya dengan berbinar.
"Dadakan. Berangkat sekarang?" tawar Daniel sembari berdiri dengan mata bundarnya tertuju pada Arlin yang risih karena Ghea terus saja mengulet padanya dengan manja.
"Kak, ikut, ya?" cicit Ghea pada Arlin yang sudah berdiri. Membuat Arlin meringis, ia pasti tahu jika Daniel mendengarnya.
"Tanya sendiri sama Daniel." Ditatapnya sang adik dengan tatapan penuh arti, kemudian berganti dia menatap Daniel, "Gue ambil tas dulu."
Sepeninggal Arlin, Ghea menjadi semakin gugup. Terlebih Daniel yang berdiri dengan wajahnya yang terlihat tenang namun sorot matanya mengisyaratkan untuk diam atau kena semprot mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI, BOY! [END]
Teen Fiction⚠YOUNG ADULT⚠ "Daniel!" Jangan harap laki-laki tampan itu akan menyahut, menoleh pun dia malas. Jika tidak ada urusan dengannya jangan coba-coba memanggilnya. Dan lebih baik jangan berurusan dengannya. Karena itu percuma, hanya membuang waktumu d...