Happy reading
***
Daniel berdiri tepat di sisi ranjang yang ditempati oleh Arlin. Masih ada waktu setengah jam, Daniel berharap setidaknya dalam waktu itu gadis yang terpejam itu dapat membuka matanya.Di kamar itu hanya ada keduanya karena Daniel yang memintanya sendiri pada Ghea yang menjaga kakaknya untuk meninggalkan mereka sebentar.
Daniel diam, sama sekali tidak bergeming. Matanya masih lurus menatap tulus Arlin. Terbesit rasa bersalah dalam hatinya.
Memang seharusnya dia meninggalkan Arlin. Tapi setelah tiga belas tahun selalu bersama, itu jelas tidak akan mudah.
Genap hari ini, sudah empat hari Arlin enggan membuka matanya. Daniel bingung juga gelisah, semenyenangkan apa memangnya Arlin di alam bawah sadarnya?
Sebelum kemudian, tangan Daniel mengelus rambut Arlin. Ia tersenyum miris, rambut yang memiliki wangi segar itu menepis.
"Cepat bangun, ya," bisik Daniel tidak tahan untuk mendekat wajahnya pada wajah Arlin, meninggalkan sebuah kecupan perpisahan di kening Arlin. "Bangun, ya? Gue mau pergi."
Tidak ada respon apa-apa dari Arlin, ia masih diam. Dan Daniel berharap besar saat itu juga Arlin akan bangun tidurnya.
Seperti Putri Tidur yang akan bangun dengan sebuah ciuman. 'Yang tulus.' Daniel ingat, hanya ciuman cinta sejati yang tulus, tapi bahkan itu tidak tahu apa itu cinta. "Bego."
Rasanya Daniel ingin sekali mengulang waktu, ia rindu Arlin dan ingin mengatakan padanya jika dia sebodoh itu untuk tahu cinta.
"Jadi, gini yang namanya rindu?" monolog Daniel pada dirinya sendiri. Ia merasa diusik oleh rasa ego dirinya yang ingin mengguncangkan tubuh Arlin, meneriakinya untuk bangun.
Setidaknya begitu yang terjadi jika dia hilang kendali.
"Sayang." Adalah kata yang Daniel gumamkan tanpa sadar setelahnya, Daniel yakin dia jika sedang tidak dapat mengontrol egonya sendiri.
Efek rindu? Mungkin, sejak pertama kata itu keluar dari mulutnya ingin sekali rasanya ia mengucapkannua lagi untuk gadis yang masih berbaring di depannya.
Dan dia rindu untuk mendapat respon seperti saat pertama kata itu keluar dari mulutnya. Biasanya Arlin akan langsung tersadar.
"Daniel."
Daniel berharap jika itu adalah suara Arlin yang terbangun. Namun sayangnya bukan. Itu adalah ibu tiri Arlin, di belakangnya ada ayah Arlin dengan tatapan yang langsung membuat Daniel merasa bersalah.
"Kamu ada penerbangan setengah jam lagi kan, Niel?" kata Aryan dengan nada datarnya.
Daniel diam. Sedikit menangkap dari nada bicara Aryan. Dugaannya ayahnya memberitahukan Aryan, "Om, aku butuh bicara sama Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
HI, BOY! [END]
Teen Fiction⚠YOUNG ADULT⚠ "Daniel!" Jangan harap laki-laki tampan itu akan menyahut, menoleh pun dia malas. Jika tidak ada urusan dengannya jangan coba-coba memanggilnya. Dan lebih baik jangan berurusan dengannya. Karena itu percuma, hanya membuang waktumu d...