12. Love Me?

213 41 0
                                    

Happy reading

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lo kesambet, Niel?" Arlin mengamati Daniel yang masih sibuk memilih makanan manis di kantin. "Serius lo mau makan makanan manis, Niel? Kalo gigi lo—"

"Bisa diem?!" tegur Daniel jengah.

Arlin menurut, tidak bicara lagi. Ia hanya memperhatikan Daniel, lalu keningnya berkerut, ada bayangan pertanyaan dipikirannya, "Niel—"

"Diem!"

"Ck!"


Daniel benar-benar kesal saat dia sedang fokos dengan apa yang dia lakukan malah di ganggu. Apalagi dengan Arlin yang jelas tidak ada bobotnya ketika bicara.

Kue coklat, cupcake, kukis dan berbagai jenis kue manis ada di sana walaupun tidak selengkap di toko kue.

Sebenarnya alasan Daniel ke stan makanan manis itu juga untuk Arlin, hitung-hitung membuat gadis itu senang.

"Lo suka yang mana?" putus Daniel menyerah. Niatnya tadi dia ingin memilih sendiri kue mana yang akan dia berikan pada Arlin, tapi nyatanya Daniel tidak tahu tepat yang mana Arlin suka. Macam dan rasanya begitu banyak. Ia hanya menghemat, Arlin suka semuanya.

Arlin yang tadi diam memperhatikan sekitar, menoleh dengan bingung, "Kenapa? Gue suka semuanya kok."

Daniel langsung mencibir, wajahnya yang dominan datar itu mendadak menjuliti Arlin, "Serakah."

"Sekarah apanya? Orang gue emang suka semuanya. Kalau gue nggak suka-"

"Maksud gue milih, lo mau yang mana, gue bayarin," kata Daniel langsung menyela kalimat Arlin, gadis itu terlalu terbelit, tidak sepertinya.

"Tumben."

Bukan, Daniel bukan tidak sering membayari Arlin. Hanya saja di situasi seperti ini, itu tidak biasa. Mereka tidak berada di situasi yang mendesak.

"Buruan."

"Iya, iya."

Tidak banyak yang pilih, hanya satu kue coklat dengan lelehan soas coklat di dalamnya dan satu kotak cupcake berbagai rasa, "Udah, banyak, 'kan?"

"Itu doang?"

"Napa? Kurang banyak?"

Daniel segera menggelang, "Nih, bayar sendiri." Daniel menyerahkan selembar uang merahnya pada Arlin, kemudian dia langsung beranjak dari sana.

Arlin tidak lagi bingung dengan sikap Daniel yang aneh sedari dulu, gadis itu berikutnya ia pergi ke kasir.

***

HI, BOY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang