2. Be Yours?

320 53 3
                                    

Happy reading •ω•

Happy reading •ω•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


"Ngapain lo?"

"Biasa, mau bobo sama Daniel. Hehehe."

"Perlu banget mulut lo ngomong gitu?"

Arlin hanya bercanda. Tidak serius. Dan itu memang terdengar bercanda. Daniel saja yang terlalu menganggapnya serius.

Star Park Apartement
Lantai 10 No.1049

Di sanalah rumah ternyaman Daniel dan kedua untuk Arlin. Kepimilikannya atas nama Daniel memang. Tetapi dengan seringnya Arlin yang mengunjungi atau bahkan menginap di sana. Membuat apartemen itu seperti milik Arlin juga.

Hanya seatap tetapi tidak seruangan apalagi sekamar. Apartemen Daniel memiliki dua kamar tidur. Satu kamar utama yang ditiduri Daniel dan satunya kamar tamu, di sanalah Arlin tidur jika menginap tanpa sepengtahuan orang tuanya tentu saja.

Sebenarnya Daniel awalnya hanya ingin membeli apartemen yang memiliki satu kamar tidur saja. Tapi adanya Arlin yang ikut dengannya saat itu berhasil membujuknya setelah satu jam berdebat.

"Becanda, Niel. Gue lagi sumpek ini. Mau dengerin gue cerita nggak?" Arlin mengikuti Daniel masuk ke dalam dan mendudukan dirinya di karpet depan televisi dengan Daniel di atas sofa, duduk dengan enteng di sana.

Walau kelihatan tenang, tapi pemuda delapan belas tahun itu tidak juga menyahuti Arlin yang sudah rebahan tidak karuan di dekat kaki Daniel.

"Niel! Ih, Daniel!" rengek gadis itu berusaha membuat Daniel menyahutinya. "Daniel!"

"Apaan?"

"Tuh, kan! Beneran budek apa gimana sih, Niel? Gue udah capek ini sama hidup gue. So, please banget, Niel. Jangan bikin hidup gue makin capek. Gue tuh."

Entahlah, Arlin hanya merasa jika dia ingin mengatakan apa saja. Walau dia sendiri tidak mengerti apa yang katakan sebelum kalimat frustasinya itu terhenti ketika mata bulatnya tertemu dengan manik coklat Daniel.

"Nggak lo doang, Lin."

Arlin diam. Dia tahu. Tapi kalimat dari Daniel membuat hatinya ingin Daniel berkata lain. Seperti, 'lo nggak sendiri, Lin. Ada gue.'

Gadis itu hanya menginginkan teman yang bisa menjadi tangannya untuk membasuh keringan ataupun air matanya, atau juga menjadi pundak untuknya bersandar saat dia kelelehan.

Dan itu Daniel.

Secara tidak sadar, Daniel adalah orang itu. Yang tanpa ia sadari telah menjadi rumah untuk Arlin.

Begitu Arlin menganggapnya. Arlin menyukai Daniel yang dengan polosnya tidak tahu tepat isi hatinya dan begitu Arlin tetap diam untuk tidak mengusik Daniel karena perasaan berlebihannya untuk Daniel.  

HI, BOY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang