1. Are U Still Want

395 60 27
                                    

Daniel Arka Najendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daniel Arka Najendra


Happy reading •ω•

***

  
"Ekhem!"

"EKHEM!"

"Ekhem, hem, hem!"

Sudah cukup.

"DANIEL!"

Laki-laki yang diharapkan gadis itu menoleh saat dia berdeham itu akhirnya menatapnya juga. "Paan?"

"Pien. Budek ? Dari tadi gue panggil nggak nyahut. Sok sibuk banget sih, orang semua lagi pada free juga." Gadis bongsor itu mengomel dan kemudian duduk di samping Daniel. "Belum selesai?"

Daniel Arka Najendra — siswa dari kelas XII-MIA-2 yang pernah menjabat sebagai Ketua OSIS itu melongos dan kemudian menoleh sepenuhnya pada gadis yang duduk di sampingnya. "Lo kalau mau bacot mending keluar."

"Hilih."

Untuk kesekian kalinya, Daniel dibuat naik darah oleh gadis berambut hitam sebahu itu.

Brak!

Seperti biasa, karena kesal. Daniel membanting keras polpen yang dipegangnya. Dan berikutnya beranjak dengan langkah besarnya, keluar ruangan OSIS.

Arlinda Rylie — gadis yang tadi mengganggunya buru-buru ikut berdiri dan menahan Daniel untuk tidak pergi.

"Lo belum makan, 'kan?" tebaknya setelah berhasil menahan lengan kiri Daniel.

Dan laki-laki yang lebih bongsor dari Arlin itu terdiam. Sudah dapat Arlin tebak jika ia belum makan. "Lupa atau sengaja? Makan dulu sini."

Tanpa persetujuan dari Daniel, Arlin menarik lengan digenggamannya, membawanya keluar Ruang OSIS.

Beruntungnya kali ini Daniel tidak banyak memprotes seperti biasanya karena ia juga lapar. Bukannya ia sengaja, dia lupa. Benar-benar lupa. Menyelesaikan prosol untuk nanti bazaar benar-benar menyita waktunya akhir-akhir ini.

Namun soal ini, ia sengaja. Lebih tepatnya sengaja menyibukan dirinya sendiri dengan apapun itu. Berusaha untuk mengalihkan sedikit tentang apa ia hadapi sekarang.

Laki-laki dengan mata dihiasi bulu mata lentik dan bola mata yang bening itu memang dikenal pendiam dan arogan.

Begitulah, sikap yang diturunkan oleh orang yang ia benci dan sialnya takdir mengharusnya menyebutnya dengan sebutan ayah.

HI, BOY! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang