Dalam lembaran kisah kehidupan, perpisahan tak akan pernah bisa dihapuskan. Lalu sudahkah kamu merasakannya?
Akan aku bagikan sedikit lembaran kisah hidupku dan aku berharap kalian menyukainya serta berakhir di perpustakaanmu untuk dijadikan kenanga...
"Nggak. Aku bukan Gilang yang kamu kenal dua tahun yang lalu. Dan kamu juga bisa lihat banyak perbedaan dengan Gilang yang sekarang."
Aku masih memandangnya dengan penuh tanda tanya dan aku yakin ia tahu ada banyak rasa penasaran yang ada dalam diriku kenapa ia muncul dihadapanku setelah sekian lama.
"Aku bukan Gilang yang nakal, yang dulu hanya senang menjailimu, aku bukan Gilang yang bodoh dan tak mau belajar, dan aku bukan lagi Gilang yang melihatmu lagi sebagai teman."
Entah apa maksudnya, yang jelas bukan ini yang ingin ku dengar darinya,
"Tolong dengerin penjelasan aku ya La."
"I'm all ears."
"Dua tahun yang lalu, aku harus pindah ke Bandung. Aku juga gak bisa memberimu kabar karena papa mendadak membawa kami pergi."
"Tiga bulan setelah kami pindah, papa jatuh sakit, dua minggu kemudian, papa pergi. Untuk selamanya. Dan hanya aku dan kakakku seorang tinggal disana. Kakak secara langsung menggantikan posisi papa di perusahaan. Singkatnya, kakakku ingin kembali kesini setelah urusan di perusahaan selesai."
"Maaf, aku gak tahu kalo-"
"It's ok La."
"Sekarang siapa yang pegang perusahaan disana?" tanyaku.
"Disana diurus sama sepupuku, Kak Nila, kamu tahu kan?"
Hanya ku tanggapi dengan anggukan.
"Alasan aku bisa kembali kesini salah satunya adalah kakakku. Kak Jefri mau buka cabang disini dan nantinya dia bakal menetap disini untuk ngurus semuanya. Dia percayain kak Nila buat urus kantor yang di Bandung."
"Lalu, maksud kamu tadi apa?"
"Yang mana?"
"Kamu bilang kamu nggak melihatku sebag-"
"Itu nanti."
"Kenapa?"
"Udah malem, pasti kamu dicariin."
Dan benar saja, ada notif panggilan tak terjawab dari ibu. Aku pun segera membalasnya melalui chat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yuk, pulang." Ajaknya.
Aku pun menurutinya meskipun masih banyak yang ingin ku bicrakan dengannya.