Kamis

3.3K 602 129
                                    

Hari kamis kali ini diselimuti awan hitam dilangit. Mendung. Tapi beruntung Sakusa menjemput (Name) tepat waktu. Karena jika telat lima menit saja dijamin (Name) akan basah kuyup.

"Bagaimana harimu?" tanya Sakusa begitu (Name) mendudukan bokongnya dikursi penumpang.

"Uhm, lumayan. Bagaimana denganmu?" balas (Name).

"Cukup menyebalkan." Jawab Sakusa. Keningnya berkerut begitu mengingat kejadian di gor tadi.

"Si pirang menyentuh jaketku dan sekarang aku tak bisa melindungi lenganku dari kuman." lanjutnya. (Name) tertawa kecil ketika tahu Atsumu menyentuh barang milik Sakusa lagi. Sakusa selalu menjadi sedikit sensitif ketika barangiliknya disentuh orang lain. Ya, pengecualian untuk (Name). Gadis itu punya akses tanpa batas untuk menyentuh barang milik Sakusa ataupun menyentuh Sakusa secara langsung.

"Atsumu kan hanya menyentuhnya tidak menjatuhkannya kan?"

Sakusa berdecak kesal. "Aku tidak keberatan jika ia adalah orang yang memiliki kebiasaan menyemprot tangannya dengan handsanitizer atau cuci tangan setiap lima menit sekali. Tapi kau tahu, kebiasaannya itu mengerikan. Argh pokoknya dia berantakan."

"Sudah cukup bagiku untuk menyentuh bola yang sama dengannya. Oh astaga aku tidak percaya ini."

Bagi (Name) cerita Sakusa terdengar cukup lucu. Tapi ia tahu kekasihnya mungkin tidak akan suka jika ia tertawa keras karena tentu saja hal yang Sakusa ceritakan merupakan hal yang sangat menyebalkan baginya.

Gadis itu hanya terkekeh dan menggenggam tangan besar Sakusa yang tidak sedang memegang setir. "Jangan khawatir, aku akan mencucinya untukmu ketika sampai dirumah."

Raut wajah Sakusa melembut. "Aku sangat sangat berterimakasih untuk itu. Aku beruntung memilikimu karena kalau tidak ada kau mungkin aku akan membuang jaketku langsung."

***

"Kau sedang belajar?" Sakusa barusaja selesai mandi dan mendapati kekasihnya sedang lesehan di karpet depan televisi dengan beberapa buku tebal disekitarnya.

"Uhm, ya. Dua minggu lagi aku ada ujian jadi aku harus mulai belajar agar tidak dapat C." jawab (Name). Gadis itu kemudian bangkit menghampiri Sakusa dan mengambil handuk yang masih bertengger di leher Sakusa.

"Duduklah, biar aku yang mengeringkan rambutmu." Sakusa menurut dan duduk dikarpet sedangkan (Name) duduk disofa dan mulai mengeringkan rambut sang kekasih dengan handuk.

"Kau lulus berapa tahun lagi?" tanya Sakusa.

"Untuk lulus sarjana aku akan lulus sekitar satu tahun setengah lagi. Tapi untuk menyandang gelar dokter sepenuhnya aku harus menjalani koas dan internship dulu yang totalnya 3 tahun." jelas (Name).

"Memangnya kenapa?"

"Ah, apakah ketika koas sudah boleh menikah?" tanya Sakusa lagi.

"Boleh, bahkan salah satu seniorku menikah ketika sedang menjalani studi sarjananya." jawab (Name).

"(Name), dengarkan aku." ujar Sakusa.

"Aku tahu aku bukan laki-laki sempurna. Beberapa sifatku mungkin menyebalkan bagimu tapi aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan aku benar benar serius tentang itu. Aku sudah bicara dengan orangtuamu dan mereka bilang mereka senang tetapi semua keputusan ada padamu." Tangan (Name) sudah berhenti mengeringkan rambut Sakusa dengan handuk. Gadis itu benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan kekasihnya dengan seksama.

"Jika kau tak keberatan, kurang lebih dalam dua tahun lagi aku ingin mengganti nama belakangmu menjadi Sakusa tentu saja. Bagaimana? Apa kau mau?" lanjutnya.

Blank

(Name) tak bisa menahan senyumnya tentu saja. Bahkan gadis itu tak bisa mengendalikan detak jantungnya. Ia benar-benar terkena takikardi saat ini.

Gadis itu beranjak dari sofa dan pindah kepangkuan Sakusa.

"So, what's your answer lady?" kedua tangan Sakusa berpindah pada pinggang ramping milik (Name)

"Kupikir aku tidak punya alasan untuk menolak, Omi-kun. Jadi jawabannya tentu saja aku mau."

Sakusa tersenyum begitu lebar. Kali ini bukan sekedar senyuman tipis ataupun seringaian. "Aishiteru."

"Aishiteru mo, Omi-kun."

Tangan kanan Sakusa mendekatkan tengkuk (Name) sementara tangan kirinya tetap melingkar di pinggang gadisnya. Begitupun kedua tangan (Name) yang telah melingkar di leher Sakusa.

Bibir keduanya bersentuhan. Saling mengecup, saling melumat sampai dirasa cukup Sakusa pun mengakhiri ciumannya.

Sakusa menyelipkan helai rambut (Name) ke telinganya.

"Pilihlah cincin yang kau mau dan kau suka besok, aku akan membayarnya berapapun."




Assalamualaikum, AYO BANGUN SHAY UDAH SELESAI.

日 : Day - Sakusa KiyoomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang