Sakusa tersenyum dibalik masker yang ia kenakan begitu melihat kekasihnya tak berhenti memandangi jari manisnya yang berhiaskan cincin berlian yang baru mereka beli. Yah, sekarang mereka berdua resmi bertunangan. Selangkah lebih maju dari hubungan mereka sebelumnya.
"Kau senang?" tanya Sakusa. (Name) menoleh menatap kekasihnya lalu mengangguk antusias.
"Senang sekali! Terimakasih banyak Omi-kun."
"Apapun untukmu." Sakusa mengecup punggung tangan (Name) membuat sang gadis merona. Sakusa memang bukan orang yang romantis tapi menurut (Name), Sakusa itu bisa romantis dengan caranya sendiri. Perlakuannya yang biasanya cuek lalu mendadak manis merupakan serangan tersendiri bagi jantung (name).
"Ah, Omi-kun apa kau keberatan kalau kita mampir sekalian ke supermarket? Beberapa bahan makanan dan sabun habis." ujar (Name).
"Tentu saja tidak. Jadi, ayo kita belanja." jawab Sakusa.
***
"Ah! Deterjen yang biasanya kita pakai lebih mahal dari yang lainnya. Menurutmu lebih baik yang mana?" (Name) menunjukkan dua macam deterjen pada Sakusa. Satunya berwarna hijau satunya lagi warna biru.
"Yang ini lebih murah terus dapat piring, yang biasa kita pakai yang ini tapi mahal. Aku tak tahu sih apa bedanya. Menurutmu apakah jika kita beli yang murah ini pakaian kita jadi tidak bersih?" lanjutnya. Sakusa pikir (Name) sudah satu level dengan ibu-ibu. Alias rempong.
"Kupikir hasilnya akan sama saja." timpal Sakusa.
"Ah, baiklah kita beli yang murah ini sekalian mencoba dulu kalau misalkan tidak bagus, selanjutnya jangan beli lagi." kata (Name). Yah, perempuan satu ini entah kenapa selalu antusias jika masalah belanja.
"Deterjen, lisol, handsanitizer, tissu, sayuran, buah, telur, sabun mandi, pasta gigi, deodoran, pembalut, um.. Apa lagi ya?" (Name) mengabsen satu-satu belanjaan yang ada di troli. Memastikan bahwa tak ada satupun benda yang terlewat.
"Omi-kun kau yakin barangmu tidak ada yang terlewat?" tanya (Name).
"Ya, aku yakin sudah semua." jawab Sakusa.
Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, keduanya mengantre di kasir. Sampai saatnya giliran mereka, (Name) teringat akan sesuatu yang ia inginkan.
"Omi-kun, aku mau mengambil sesuatu dulu. Tunggu ya sebentar." Belum sempat Sakusa bertanya (Name) sudah melangkahkan kakinya secepat kilat mencari barang yang ia mau lalu kembali tak lama kemudian.
"Heheheh aku beli ini ya?" (Name) membawa sekotak ice cream dan beberapa batang coklat dengan berbagai varian.
Sakusa ingin sekali berkata tidak boleh karena ice cream dan coklat yang (Name) bawa terlalu banyak. Ia khawatir (Name) akan mengkonsumsinya setiap hari dengan jumlah besar kemudian gula darahnya naik seketika.
Namun, niatnya ia urungkan karena mbak kasir sudah menunggu. Terpaksa mereka membelinya.
"Pintar ya, membawa sekotak ice cream dan beberapa coklat ketika akan bayar." ujar Sakusa sambil membawa belanjaan mereka.(Name) menampakkan jejeran giginya yang rapi dan dengan santainya berkata, "Calon dokter harus pintar, kan?"
Sakusa merotasikan bola matanya, "Terserah bu dokter."
"Tapi janji makan ice cream dan coklat hanya satu minggu sekali." kata Sakusa.
(Name) mendelik tak terima, "Mana bisa begitu Omi-kun? Ayolah, empat kali seminggu?"
"Dua kali seminggu. Dua ice cream dan dua coklat satu minggu. Itu sudah cukup bukan?" kata Sakusa.
"Bagaimana kalau ti-
"Dua atau tidak sama sekali? Aku akan membuangnya sekarang kalau kau mengajukan penawaran lagi."
(Name) cemberut pasrah tak bisa melawan apa yang dibilang Sakusa. "Baiklah dua kali seminggu."
"Bagus."
"Aku tahu kau sangat menyukainya, tapi mengkonsumsi makanan manis terlalu banyak pun tidak baik. Kau pasti tahu sendiri karena kau pasti mempelajarinya. Jadi, makanlah sesuai batasan." lanjut Sakusa.
"Iya aku mengerti. Dan entah kenapa sekarang malah kau yang kedengaran seperti seorang dokter." balas (Name)
Satu prat lagi selesai. I know mungkin kalian bosen sama ceritanya xixixi tapi jangan lupa vote sama kasih komentar ya sayang
KAMU SEDANG MEMBACA
日 : Day - Sakusa Kiyoomi
FanfictionHanya hari-hari yang kamu lalui bersama Sakusa Kiyoomi. Character Haikyuu belongs to Haruichi Furudate Story by Biya 🐝 Picture by Pinterest