Chapter 6 : A Marriage Proposal

16.5K 2K 16
                                    

"Ada lamaran pernikahan yang datang dari kekaisaran Lorne?" Tanyaku sembari menatap ayahku yang duduk di atas singgasananya.

Bagaimana bisa? Munculnya Clarissa di cerita seharusnya dimulai saat Clarissa dan Charlotte bertemu di pesta kedewasaan Clarissa.

-Flashback start-

Aku bangun di pagi hari dengan pikiran yang segar. Aku menarik tali yang ada di samping tempat tidurku dengan senyuman berpikir bahwa hari ini aku akan bisa menikmati enaknya hidup menjadi seorang putri.

Setelah menunggu beberapa menit, Eve masuk ke dalam kamar sembari membawa sebuah baskom berisi air dingin di tangannya, "selamat pagi tuan putri, anda lagi-lagi bangun lebih pagi hari ini" ucapnya sembari tersenyum kepadaku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku sekali dan mencuci wajahku dengan air yang ada di baskom, "apa anda ingin saya siapkan baju untuk berlatih pedang, tuan putri?" Ucap Eve yang sedang berjalan menuju ke lemari bajuku.

Sebelum aku menganggukkan kepala, aku melihat Eve yang berdiri di dekat lemari dengan senyuman di wajahnya sembari menatapku.

Clarissa memang bisa menggunakan pedang, tapi aku tidak yakin kalau aku bahkan bisa menggunakan pedang karena aku bukanlah Clarissa yang sudah berlatih sejak kecil.

"Tidak perlu, aku tidak ingin berlatih untuk hari ini" ucapku kepada Eve yang menganggukkan kepalanya.

Tok tok!

Suara pintu yang diketuk membuatku menoleh menatap ke arah pintu. Aku menatap Eve yang membuka pintu dan mengangguk sebelum menutup pintu kembali dan menatapku, "tuan putri, yang mulia raja meminta anda untuk datang ke ruang singgasana sekarang juga" ucap Eve kepadaku.

Apa? Apa aku dipanggil?

-Flashback End-

Aku tidak menyangka alasan aku dipanggil sepagi ini ke ruang singgasana atau lebih tepat nya istana utama adalah karena sebuah lamaran pernikahan.

Omong-omong ruangan ini mewah juga, banyak sekali hiasan mutiara. Ah—iya, aku harus fokus sekarang.

"Apa yang mulia akan menerima lamaran pernikahan dari kekaisaran Lorne?" Tanyaku kepada ayahku tersebut.

Ayahku menggelengkan kepalanya, "tidak, kita akan mendiskusikan dahulu mengenai hal ini dengan kekaisaran Lorne" ucapnya sembari menatapku yang sedikit membuka lebar mataku.

Diskusi? Jadi ini adalah lamaran pernikahan kontrak ya?

"Mereka akan sampai disini kurang lebih dua hari lagi, jadi aku mau kamu bersiap" ucap ayahku itu yang membuatku terkejut.

Hah? Bersiap untuk apa? Mempersiapkan hatiku? Tenang saja ayahanda, akan aku tolak lamarannya itu dengan tegas. Lagipula siapa juga yang mau mengambil pasangan orang lain.

"Baik baginda, saya akan mempersiapkan diri dengan baik."

Aku terdiam sejenak sebelum mendongak kepalaku dan membuka mulutku dengan ragu, "ngomong-ngomong yang mulia, apa saya boleh meminta sedikit dana kepada bagian keuangan? Saya berencana untuk membuat beberapa gaun baru yang akan saya kenakan nantinya" ucapku kepada ayahku itu yang menatapku.

Aku sering mendengar bahwa para wanita bangsawan memiliki banyak sekali gaun karena mereka selalu membuat gaun baru untuk setiap acara yang mereka hadiri, aku juga ingin meniru mereka. Berhubung aku seorang putri sekarang, kukuku.

"Baiklah, temui saja Charlize di ruangannya, minta berapapun emas yang kamu butuhkan kepadanya" ucapnya kepadaku yang langsung membungkukkan punggung ku.

"Baik yang mulia, terimakasih atas kemurahan hati anda" ucapku sembari tersenyum kepadanya yang masih menatapku.

Ayahku itu hanya menatapku tanpa mempersilahkan ku pergi walau urusan ku dengannya sudah selesai. Lama-kelamaan aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya yang hanya tertuju kepadaku.

"... Apa ada hal lain lagi yang ingin anda katakan kepada saya, yang mulia?" Ucapku setelah memberanikan diri untuk bertanya.

Dia terdiam untuk sejenak sebelum membuka mulutnya, "aku akan menghargai apapun pendapatmu tentang lamaran ini, jadi aku harap kamu memikirkannya dengan baik" ucapnya yang membuatku terkejut

Walau aku terkejut tapi aku juga senang mendengar perkataan ayahku itu, "baiklah yang mulia, saya akan memikirkannya dengan baik. Terimakasih banyak" ucapku sembari membungkukkan punggungku untuk yang kedua kalinya.

"Baiklah, kamu boleh kembali. Aku berharap keputusan yang kamu buat tidak akan mengecewakan."

"Baik yang mulia, sebuah kehormatan dapat bertemu dengan anda hari ini" ucapku sembari membungkuk sekali lagi dan tersenyum semanis mungkin kearah ayahku itu.

Bagus lah tadi aku bertanya tentang etiket yang sering aku lakukan kepada Eve. Sial sekali rasanya karena tidak tahu apa-apa tentang hal-hal yang dibutuhkan seperti ini.

Aku membalikkan badanku dan berjalan menuju ke pintu besar yang langsung terbuka dan aku pun keluar dari ruangan singgasana dengan perasaan senang.

-
-
-

Aku kini duduk termenung di atas sebuah bangku kayu yang berada di taman bunga mawar yang ada di istana milik Clarissa.

Tentu saja Clarissa memiliki istana miliknya sendiri, nama istananya adalah Crystal Rosa atau bahasa latin dari bunga mawar. Nama itu tidak salah karena memang banyak sekali bunga mawar yang ditanam disini.

Kalau tidak salah istana ini dibangun karena permintaan ulang tahun Clarissa yang berumur sepuluh tahun. Sebenarnya Crystal Rosa hanyalah sebuah paviliun, tapi aku menyebutnya istana karena ukurannya yang lumayan besar.

Aku melihat matahari yang sudah berada di atas kepalaku dengan perasaan bosan, setelah beberapa saat memandang matahari secara terus menerus, aku tiba-tiba bersin dengan suara yang sangat keras.

Sembari memastikan tidak ada orang yang melihat, aku mengelap air liur ku yang terciprat kemana-mana dengan perasaan malu.

Aku benar-benar tidak menduga akan mendapat memori tentang orang-orang di istana Crystal Rosa, beberapa ksatria yang pernah Clarissa temui dan juga kenal, jalan-jalan di dalam bangunan istana, ruangan yang ada di istana, dan juga tentang raja kerajaan ini saat tertidur tadi.

Raja kerajaan Leinster, Alastair Dian Leinster, itulah nama raja atau ayahku sekarang. Jujur saja aku tidak menyangka bisa mendapatkan informasi tentang Clarissa bahkan saat tidur.

Saat bangun aku merasa aneh karena tidak ada efek samping apa-apa. Aku kira aku akan batuk darah saat tidur, tapi aku malah batuk darah saat sedang diganti bajunya oleh Eve.

Bahkan darahnya banyak sekali tadi, Eve kelihatan sangat pucat saat tiba-tiba aku memuntahkan darah, ekspresi wajahnya benar-benar lucu.

Aku menyentuh bagian pinggang ku yang sekarang tidak sakit sembari mengusapnya, "bagaimana luka ini bisa sembuh dengan cepat sekali? Aku tidak merasakan rasa sakit saat bangun tidur" gumamku.

Oh iya, kalau tidak salah tadi saat aku membaca buku tentang sejarah kerajaan, di sana di bahas kalau anggota kerajaan Leinster mendapatkan berkat dari dewi Brigid, dewi penyembuhan dan kesuburan.

Mungkin Dewi Brigid adalah salah satu Dewi di dunia ini, tapi aku tidak menyangka berkatnya adalah kemampuan pemulihan yang sangat cepat, tapi ini terlalu cepat. Kemampuan ini bahkan bisa di sebut sebagai regenerasi.

Tidak hanya itu, kelima indra ku juga menjadi sangat sensitif. Masakan koki istana saja di juluki "masakan dari surga" karena rasanya yang sangat enak.

Tanah kerajaan pun katanya juga diberkati oleh dewi Brigid, sehingga tanahnya sangat subur dan itu pula salah satu alasan kenapa kerajaan ini sangat disegani oleh kerajaan lain bahkan kekaisaran.

"Clarissa, apa yang sedang kamu lakukan disini? Padahal disini panas sekali" ucap seorang laki-laki yang suaranya terdengar familiar olehku.

"Yang mulia pangeran?" Ucapku sembari menoleh kearah Aiden yang tersenyum kepadaku.

The Evil Princess is ChangingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang