"Gre, gw tau lo kecewa banget sama si b*ngs*t, itu. Gw juga kecewa sama dia, tapi perlu diinget, lo jangan sampe sakit gara-gara masalah hari ini ya" Ucap Alex khawatir dengan kondisi kembarannya.
"Hahaha, iya lo tenang aja" Ucap Grasya terkekeh mendengar kata 'si b*ngs*at' yg dilontarkan Alex untuk Erick.
"Nah, sekarang lo harus ke UKS" Ucap Alex yg membuat Grasya bingung.
"Hah?? Ngapain gw ke UKS?" Ucap Grasya mengangkat sebelah alisnya.
Alex menyentil pelan dahi Grasya.
"Pake acara nanya ngapain lagi, ya ngobatin luka lo lah. Tuh liat pipi lo merah, darah dari hidung lo juga keluar lagi tuh. Masa gak sadar sih" Ucap Alex nyerocos."Iya iya bawel" Ucap Grasya yang belum sadar akan situasinya.
Beberapa detik kemudian...
"Ehh ehh anjir, apaan kata lo tadi, darahnya keluar lagi??" Ucap Grasya baru tersadar."Iya" Ucap Alex sambil mengangguk dengan polosnya.
"Tisu anjir, malah iya iya aja lo. Ini ntar kena seragam gw, bego" Ucap Grasya yg akhirnya membuat Alex tersadar.
"Lah iya, gw gak ada tisu nih gimana dong" Ucap Alex panik.
"Nah ini aja nih, cepet seka tuh sebelum netes ke seragam lo" Ucap Alex memberikan sapu tangannya.
"Iya iya, lagian lo lama sih, dasar lemot lo anjir" Umpat Grasya.
"Hehe ya maap. Lagian lo aneh, masa mimisan kok ga sadar" Ucap Alex dengan wajah sok polosnya.
Kini mereka sudah sampai di UKS. Sebenarnya bel sekolah sudah berbunyi sejak tadi, tapi Grasya sempat menghubungi gurunya yg mengajar hari ini dan meminta izin sakit, tidak lupa untuk meminta izin juga untuk Alex.
"Ehh, Lex. Ambilin handuk sama es batu dong, gw mau ngompres pipi ama hidung gw nih" Ucap Grasya yang langsung dilaksanakan oleh Alex.
"Sini gw aja yang kompresin"
"Ututuu makasih adikku yang ganteng yang paling aku sayanggg seduniaaa" Ucap Grasya berlagak seperti ingin mencium pipi Alex.
"Najis" Ucap Alex sambil menjauhkan wajah Grasya darinya. Grasya terkekeh.
"Aw, bego, jangan di pegang pipi gw anjir. Udah tau perih juga" Gerutu Grasya kesal.
"Cih sok-sokan kesakitan lo, biasanya jatoh dari lantai 3 juga lo udah kebel" Ucap Alex berdecih karena tau kalau kembarannya itu sedang berakting.
"Ck, gak asik lo" Ucap Grasya mencibirnya.
Alex mengabaikan cibiran Grasya dan lebih memilih untuk fokus mengobati luka kembarannya itu. Dia tampak sedikit termenung.
Grasya yang melihatnya tentu paham apa yang sedang dipikirkan adiknya itu.
Dia mengelus kepala Alex dengan sayang lalu menghela napas.
"Lex" Panggil Grasya yang berhasil membuyarkan lamunan Alex."Hm? Iya kak?" Ucap Alex tanpa sadar menyebut Grasya dengan sebutan kakak.
Grasya tersenyum kecil lalu mengelus pipi Alex.
"Hehe sekarang lo udah jarang ya manggil gw kakak? Rasanya kangen juga dipanggil kek gitu" Ucap Grasya terkekeh kecil. Alex tak terlalu menghiraukannya."Hei, gw tau lo sekarang lagi mikirin apa. Lo tenang aja, gw yakin Erick gak bakalan jadi kayak para bajingan itu kok" Ucap Grasya sangat yakin.
"Kenapa lo bisa seyakin itu? Jujur gw aja takut Erick bakal jadi kayak mereka, Gre" Ucap Alex menahan tangis.
"Gw bener-bener gak mau itu terjadi, Gre. Gw udah terlanjur sayang dan percaya banget sama kak Erick, dan gw gak mau kepercayaan yang gw kasih ke dia malah dihancurin lagi, Gre. Gw bener-bener takut hiks" Ucap Alex yang sudah tak bisa menahan air matanya lagi.
Grasya memeluk Alex. Dia tahu betul apa yang Alex takutkan. Dia sebenarnya juga takut, tapi dia mencoba percaya. Mencoba sekali lagi untuk mempercayai seseorang, seseorang yang sangat dia sayangi saat ini, yaitu kakaknya, Erick.
"Ssst udah ya, Lex. Lo gak boleh kayak gini terus, biarin semuanya ngalir gitu aja, kita serahin semuanya sama takdir, ya?" Ucap Grasya dengan lembut.
"Permisi" Ucap seseorang yang memasuki UKS. Grasya dan Alex melepaskan pelukan mereka dan Alex segera menghapus air matanya.
"Maaf gw ganggu, tapi gw butuh beberapa plester nih. Ada?" Tanya gadis itu.
"Coba lo cari aja di kotak P3K itu" Ucap Grasya menunjuk kotak P3K yang ada di UKS itu.
"Owh, oke" Ucap gadis itu.
"Btw kalian gak masuk kelas? Grasya? Alex?" Tanya gadis itu menyebut nama mereka berdua.
"Nanti. Gw mau ngobatin luka-luka gw dulu" Jawab Grasya, gadis itu pun hanya mangut-mangut saja meskipun sebenarnya dia penasaran dengan luka Grasya.
"Btw, lo siapa?" Tanya Grasya yang mewakili rasa penasaran Alex juga. Sebenarnya mereka berdua memang agak penasaran sejak tadi karena gadis itu tau nama mereka berdua, meskipun Alex tidak sekepo Grasya sih.
"Loh, kalian gak inget sama gw ya?" Tanya gadis itu yang didapati gelengan oleh mereka.
"Gw Vio. Viona Adinda Kauthar, bendahara kelas"
"Oke deh gw mau balik ke kelas duluan ya guys, soalnya gw bilangnya ke guru kalo gw cuman ke toilet bukan ke UKS hehe" Ucap Vio terkekeh kecil.
"Oke deh" Jawab Grasya. Alex hanya diam saja karena sedang malas berbicara.
"Oh iya" Ucap Vio berbalik badan saat hendak pergi.
"Hm? Iya?" Jawab Grasya.
"Kalo lo berdua butuh sesuatu atau ada apa-apa langsung chat gw aja, no gw ada di grup kelas, oke?" Ucap Vio, Grasya pun mengerti arah pembicaraan Vio lalu mengangguk kecil sambil tersenyum tipis.
Mereka saling melambaikan tangan. Vio pun beranjak kembali ke kelas dengan beberapa plester ditangannya yang sebenarnya sudah dia temukan sejak tadi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
It's my life
De Todo"Mau lo kakak gue kek, papa gue kek, gue gak peduli. Gue gak pernah dan ga bakal ngasih siapapun hak untuk ikut campur dalam hidup gue!" -𝘎𝘳𝘢𝘴𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘩𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘦𝘭𝘣𝘦𝘳𝘵 "Kalo lo terus-terusan kayak gitu, mending lo hidup sendirian aj...