07. Terlambat

1.1K 232 73
                                    

***

"Woy, yang! Cepat napa!"

Ana yang tengah berjalan pun berdecak. "Sabar dikit bisa gak sih?!"

"Kita udah telat banget ini," ujar Bian.

Dengan segera Ana berjalan menyamakan langkahnya dengan Bian.

"Iya gue tau, tapi gue gak bisa di buru-buru!" Kesal Ana.

"Bisa gak sih kalo punya masalah rumah tangga, jangan-jangan dibawa-bawa ke sekolah!" Adit yang mendengar pertengkaran mereka pun ikut bicara.

"Anjing! Lo malah ceramah lagi Dit, cepat ke buru gerbang belakang ditutup juga!" Damprat Panji.

"Beli bekicot ke Papua, bacot lo semua!" Jonet pun ikut berbicara.

Mereka terlambat masuk sekolah, sebenarnya Ana tidak terlambat, gadis itu tadi tepat datang ke sekolah. Tetapi dirinya harus telat karna mencari Bian–suaminya. Ana menemukan Bian di warung sebrang sekolah sedang bersama teman-temannya. Alhasil kini dirinya juga ikut terlambat.

Mereka pun masuk lewat gerbang belakang sekolah, karna gerbang depan sudah ditutup. Untung gerbang belakang masih di buka.

"Berhenti!"

Saat mereka tepat masuk melewati gerbang, seseorang menghadang jalan mereka. Siapa lagi kalo bukan anak OSIS? Lebih tepatnya ketua OSIS SMA Garuda.

"Kalian telat!" ujar Juan sang ketua OSIS. Menatap mereka satu persatu.

Bian melemparkan tatapan tak suka kepada Juan. Bukan karna Juan ketua OSIS, melainkan karna Juan mantan Ana.

"Udah tau kali!" jawab Bian sewot.

Juan menoleh kesamping. "Dito, tulis nama mereka dibuku catatan siswa-siswa yang telat hari ini," perintah Juan kepada Dito- temannya.

Dito mengangguk dan mulai mencatat.

"Nama mantan lo tulis juga, Ju?" tanya Dito polos.

Juan melolot ke arah Dito. Ana melangkah satu langkah, hingga sekarang dirinya berhadapan langsung dengan Juan.

"Juan, jangan dong! Nama kita jangan ditulis disitu ya, please Juan!" Ana menangkup kedua tangannya di depan dada. Memohon.

Bian menggeleng kemudian menarik tas Ana. Ana sedikit terhuyung ke belakang. "Na, lo apaan sih?! Biarin aja kali," kata Bian menatap Ana kesal.

"Aduh... Diem aja deh! Gue gak mau sampai kita di hukum sama Pak Budi!" Jawab Ana berbisik.

"Nah, iya tuh, gue juga gak mau!" Timpal Adit di belakang Ana.

Panji dan Jonet yang mendengar pun ikut bicara. "Na, lo bujuk lagi si Juan sana!" Titah Panji.

Ana mengacungkan jempolnya ke arah Panji.

"Juan, please lah nama kita jangan di tulis disitu," ucap Ana seraya kembali menangkup kedua tangannya di depan dada. "Gue janji gak ngulangin lagi!" Lanjutnya.

Juan melirik kesamping. "Dito hapus nama mereka," perintah Juan. Ana tersenyum ternyata mudah sekali membujuk mantan yang kaya setannya ini.

"Thanks, Ju!" Ucap Ana tersenyum.

"Oke, gue pegang janji lo. Dulu waktu lo masih sama gue lo gak kayak-" ucapan Juan terpotong.

"Kayak apa?" Tanya Bian.

Juan terseyum miring. "Kenapa lo?"

Bian mengepalkan kedua tangannya kuat. Ingin sekali ia memukul Juan saat ini. Bian tau apa maksud ucapan Juan tadi.

Bian & Ana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang