Baca dulu part sebelumnya ya gaes, biar kagak hilap sama alurnya, hehe🙏
***
Ana masuk ke dalam rumah orang tuanya dengan langkah gontai, mata sembab. Begitu pun dengan Bian–dia setia menemani Ana, selalu berada disisi gadis itu.
Ana mengedarkan pandangannya, ternyata Burhan sudah lebih dulu berada disini. Burhan dan Elsa tengah duduk di sofa panjang.
"Mama," teriak Ana, langsung menghampiri Elsa dan memeluk Mama nya.
Ana menangis lagi dalam pelukan Elsa. "Kenapa kamu nangis? Anabel nya Mama kok cengeng, sih?" goda Elsa seraya terkekeh pelan.
Ana mendongakkan kepalanya sedikit kaget dengan apa yang di ucapkan Mama nya barusan. Apa Elsa tidak merasa sakit hati dengan Burhan? Mustahil, jika Elsa tidak merasa sakit hati.
"Mama udah tau?" tanya Ana dengan suara lirih.
Elsa mengusap pipi putrinya yang basah karena air mata. "Bertahun-tahun Mama menyembunyikan kebenaran ini dari kamu. Mama bertahan meski sakit, karena Mama tau kamu butuh sosok seorang ayah."
"Selama Mama mengandung kamu, selama itu juga Papa kamu menduakan Mama dengan Sinta, ibunya Mira. Mama mencoba untuk menerima semua itu demi kamu, tapi setelah Mama melahirkan kamu, Sinta juga melahirkan Mira. Dan setelah Sinta melahirkan dia meninggal dunia."
"Pada saat itu Papa kamu nyuruh Mama untuk menjadi ibu sambung Mira, tapi Mama menolaknya. Karena setiap Mama melihat Mira, rasa sakit itu selalu tiba-tiba muncul."
Ana terisak, dia benar-benar kecewa dengan Papa nya.
Elsa melirik Burhan sekilas kemudian kembali berkata, "Papa kamu orang baik. Meski dulu dia gagal menjadi sosok suami yang baik, tapi dia sekarang berhasil menjadi sosok ayah yang sangat amat baik untuk kamu, Ana."
"Tapi, Ma—" ucapan Ana terpotong.
"Kamu gak boleh membenci Papa kamu," sahut Elsa cepat.
"Biarkan ini semua menjadi kenangan buruk di masalalu. Jangan sampai semua ini merusak kebahagiaan kita dimasa sekarang dan masa yang akan datang." Elsa memeluk putrinya itu kemudian mencium puncak kepala Ana.
"Maafin aku, Ma," Ana mendongakkan kepalanya menatap ibunya sendu. Kemudian Ana beralih menatap Burhan. "Pa," ucapnya.
"Enggak, Ana. Papa yang harusnya minta maaf sama kamu," balas Burhan. "Maafin Papa, Ana."
Ana melepas pelukannya pada Elsa, kemudian berjalan menghampiri Burhan. Ana menggeleng, "Enggak, Pak. Kalo Mama bisa menerima semua ini, Ana juga harus bisa. Papa gak perlu minta maaf."
Burhan memeluk putrinya dengan erat. Perasaan bersalah menyelimutinya.
"Makasih udah mau maafin Papa,'' ucap Burhan.
Jujur saja Ana merasa bersalah telah mengatakan hal yang buruk pada Papa-nya. Ana mengurai pelukannya.
''Makasih juga, udah jadi Papa yang baik untuk Ana,'' balas Ana seraya tersenyum.
"Udah atuh, acara makasih-makasihnya. Laper, nih, ada acara makan-makan nya gak?" ujar Bian mencairkan suasana.
Ana memutar bola matanya malas, "Makan mulu di otak lo!"
"Yaiyalah, dari pada otak lo, cogan mulu!''
Belum sempat Ana menjawab, suara dari arah tangga membuat atensi mereka semua teralihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bian & Ana
Teen FictionFOLLOW DULU ATUH BRO<3!!! _____________________________ Bagaimana jika dijodohkan dengan orang yang kita idam-idamkan? Orang yang kita sukai tapi gak suka balik sama kita? Sebuah kebetulan yang luar biasa bukan? Ya, itulah yang sedang dialami oleh B...