I. Sasori-senpai

424 51 2
                                    

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

|||Beritahu dan katakan padaku. Bagaimana cinta, takdir, kehidupan dan kematian ini, membawa dan mengikatmu menjauh atau mendekat padaku?|||

🦊&🐶

Aroma kopi panas, mengepul bercampur dengan aroma cat dan kayu. Yang memenuhi setiap penjuru ruangan, yang bahkan cahaya pun sulit merambat kedalamnya.

Seorang pemuda dengan surai merah, perlahan tertidur diatas tumpukan boneka boneka kayu karya miliknya. Wajah yang penuh dengan coretan cat, pakaian yang menyerupai jubah, menenggelamkannya dalam mimpi pagi. 

Secangkir kopi, panas ia biarkan begitu saja. Hingga derapan langkah kaki, membuatnya menggeliat seperti anak kucing diatas tumpukan jerami.

"Ah, lagi lagi senpai tertidur disini. Sudah kubilang berapa kali, ini tidak baik untuk tubuhmu. Lalu, senpai membiarkan kopi ini terbuka begitu saja. Bagaimana, jika debu dari kayu masuk kedalamnya? Dan lagi, senpai harus membuka gorden dan jendela, agar cahaya dan udara masuk." omelnya pada pemuda itu.

"Sasori-senpai, kau mendengarkan ku?" lanjutnya, memastikan orang yang tengah ia ceramahi itu mendengarkan perkataanya.

Sasori menggesek matanya, saat cahaya perlahan mulai menyilaukan penglihatannya. "Hm, Ohayou [Name]." itulah respon Sasori.

Mendengar ucapan Sasori, membuat [Name] sedikit jengkel. Sedikit aja, gak usah banyak banyak. Dia enggak tega, apa lagi orangnya model Sasori.

"Ah, Ohayou. Eh, bukan. Argh, Senpai!" latah [Name].

Sasori menghampiri [Name] mengusap kepala kohainya itu, dengan lembut.

"Aku, mendengarmu. Karena suara mu itu, sangat jelas berdengung ditelingaku." dengan wajah yang datar tanpa ekspresi, Sasori melontarkan kalimat itu.

Meski tanpa ekspresi, entah kenapa mendengar hal itu. Membuat wajah [Name] memerah, bahkan jantungnya hampir saja berhenti mendadak.

"Kau memuji suaraku, atau mengejek suaraku?" tanya [Name], berusaha tetap cool.

"Keduanya."

Hm, seketika ekspetasi hancur. [Name] menggulung bibirnya, kesal mendapatkan jawaban yang tak ia duga duga. Yah, sebenarnya apa sih yang diharapkan dari Seorang Sasori.

Tak

Sebuah sentilan yang cukup keras mendarat didahi [Name]. Yang nyentil malah ngeluyur nyeruput kopi, yang pasti sudah dingin.

"Senpai!" teriak [Name], kesal.

Sasori hanya merespon dengan kedipan mata. Dan lagi lagi, membuat [Name] meleleh.

"Ah, aku hampir lupa. [Name], kau sudah menyiapkan apa yang akan kau buat untuk Tanabata matsuri?" tanya Sasori, mulai serius.

"Eto, eto,... Go-gomen, senpai. Aku belum memikirkannya." ujar, [Name] tergagap gagap.

"Yare-yare. Apa kau juga lupa tanabata matsuri nya, akan dimulai besok didesa konoha?" ujar, Sasori kembali membangunkan ingatan [Name].

Name menepuk jidatnya. Lalu tersenyum, canggung kearah Sasori yang tengah memasang muka datar. Yah, emang itulah Sasori. Mau marah, mau seneng, mau sedih. Mukanya, lebih tepatnya ekspresinya akan selalu datar. Always.

"Hm, baiklah. Setelah pulang sekolah, kau langsung kemari. Kita, akan lembur. Dan aku akan mengawasimu membuat boneka kugutsu." putus Sasori.

"Maksud, Senpai kita akan menginap disini?"

"Hm."

"Berdua?"

"Memang ada anggota lain diklub ini?"

"Enggak, tapi senpai..." [Name] menggantungkan kalimatnya.

"Kenapa?ada masalah?" tanya Sasori, dengan polosnya.

Jantung [name] be like: masalah buat kesehatan gue! Dasar, kagak peka!

🎋Serendipity [Sasori x Reader]🎋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang