4. Sebuah Kisah Legenda

196 32 0
                                    

Sebuah kisah, yang diucapkan dari mulut kemulut. Sebuah kisah tentang penghuni langit. Sebuah kisah yang tragis namun manis.

☁⛅🌧

Waktu berlalu begitu cepat. Lampu lampu jalanan, mulai menerangi setiap penjuru yang gelap. Meski matahari tengah berganti dengan bulan. Tapi hal itu, tak menghentikan aktifitas warga desa konoha yang tengah sibuk menyiapkan tanabata matsuri, yang akan digelar hari esok.

Bambu bambu, dan lampion mulai dipasang disepanjang jalan utama. Stan stan, penjualan mulai berdiri berjajar rapih. Senda gurau dan tawa pecah, diantara para pekerja itu. Kerlap kerlip, lampu menambah suasana kehangatan yang ada didesa ini.

[Name] menudukkan dirinya dibangku rooftop tempat penginapannya. Menatap cahaya rembulan yang bersinar terang. Hembusan angin pun, terasa begitu menyegarkan saat menerpa wajahnya itu. [Name] menghirup udara segar itu dalam dalam, memberikkan pasokan bagi paru parunya.

Derapan langkah kaki, samar samar terdengar oleh telinga [Name]. Membuat [Name] memasang posisi waspada.

"Sedang apa kau disini?" tanya surai merah itu. Yang tiba tiba menempelkan minuman kaleng dingin dipipi [Name].

[Name] terperanjat, saat suhu dingin itu menyentuh kulitnya. "Ah, senpai. Kau membuatku terkejut." protes [Name].

"Lagi pula. Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya lagi.

[Name] tidak menjawab. Ia malah menyodorkan kaleng miliknya pada senpai nya itu. Memintanya membukakan klip kalengnya.

"Lihatlah Sasori-senpai, bulan kini tengah tertawa pada kita. Bahkan bintang pun ikut mengiringinya dengan tarian mereka." ujar [Name] memperlihatkan pemandangan langit malam itu.

Sasori mengangguk, membenarkan kiasan yang [Name] berikan untuk suasana malam ini.

"Malam ini mengingatkan ku pada musim semi bulan lalu. Saat, pertama kali, aku melihat senpai. Bahkan, pertemuan itu adalah sesuatu yang paling mengesankan dalam hidupku."

[Name] mulai kembali menguntai ingatan itu.

Sasori meneguk minuman kalengnya. Lalu meraih tangan name. "Apa itu berharga untuk mu?" tanya Sasori. Dengan wajah serius.

[Name] mengerutkan alisnya bingung, dan terkejut melihat tingkah Sasori.

"Bagaimana ya. Kenangan itu, menerutku lucu. Karena saat aku melihat cat tumpah yang mengotori tubuhmu, kukira itu adalah darah. Dan kau telah mengakhiri hidupmu, dengan alat pahat boneka yang saat itu tengah kau pegang." cerita [Name], saat mengingat kejadian memalukan itu.

Saat dimana ia heboh sendiri, mengira ada kasus yang tidak tidak terjadi disekolahnya. Tapi, ternyata hanya sebuah lumuran cat tumpah. Dan pemuda bernama Sasori itu, hanya tertidur di atas genangan cat. Bahkan bisa dibilang, tidur dengan pulasnya. Tanpa, merasa terganggung oleh basah cat yang merembas kedalam tubuhnya.

Sasori dan meneguk minuman kalengnya lagi. Ia mengangkat sebelah bibirnya. Dan hal itu, tertangkap jelas oleh mata [Name].

"Senpai, kau tersenyum?" tanya [Name] sedikit heboh.

Sasori menggeleng.

"Ah, kau bohong. Jelas jelas tadi, kau itu tersenyum." ujar [Name], tak merasa salah atas penglihatannya.

Sasori menarik pipi [Name], gemas. Lalu tangannya ia gerakan lagi keatas kepala [Name]. Mengusap lembut kepala kohainya itu.

[Name] dengan spontan menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajah memerahnya. Dan menekan suara jantungnya yang berdetak tak normal.

"Kenapa tiba tiba seperti ini senpai?" [Name] mulai bingung dengan suasana ini.

Sasori berdiri dan berjalan lebih dekat kearah tepian rooftop ini. Lalu berucap. "[Name], kau percaya tentang cerita sebuah benang merah?" tanya Sasori, sambil menatap patung ukiran hokage.

[Name] pun ikut mendekat kearah Sasori. "Entahlah, aku tak percaya sesuatu yang tak pernah aku lihat." jawab [Name], yang ikut menatap apa yang ditatap Sasori.

Sasori mengadahkan kepalanya. Melihat langit malam, lalu tangannya ia angkat ke udara. "Lalu, kau percaya tentang legenda Orihime seorang dewi tenun dan hikoboshi seoarang penggembala?" tanya Sasori lagi.

[Name] mengangguk. "Tentu, kisah kedua pasangan. Yang mana keduanya saling mencintai sampai mereka mengabaikan tugasnya masing masing. Hingga Tentei dewa langit memisahkan keduanya. Tetapi, karena rasa iba terhadap keduanya, akhirnya Dewa Langit mengijinkan mereka berdua bertemu walaupun hanya satu kali dalam satu tahun." ujar [name]. Menceritakan legenda itu.

"Hm, dan besok adalah hari peringatan keduanya bertemu."

"Tapi, senpai. Kenapa kau tiba tiba menanyakan hal itu pada ku?" [name] benar benar dibuat bingung saat ini.

Sasori meremas kaleng minumannya yang telah kosong. "Lihat lah [Name]. Ini adalah bukti, bahwa benang takdir mereka akan terus mengikat keduanya. Meskipun dewa langit sendiri pun tak bisa berbuat apa apa pada ikatan pasangan itu. Mereka akan bersama, walau pun memakan waktu yang cukup lama untuk keduanya saling bertemu. Lalu, bagaimana dengan ikatan takdir manusia? Apa akan selalu terikat?"

Mata Sasori menatap lekat mata [Name]. Tangan [Name] begerak mengusap pipi lembut Sasori.

"Tentu saja. Jika itu berlaku pada dewa dewi. Manusia pun, pasti memiliki ikatan itu. Dan seperti yang Sasori-senpai bilang. Meski pun kedua orang itu butuh waktu lama untuk saling bertemu. Dan, jika itu pada manusia. Mungkin, bukan diwaktu ini mereka akan saling bersama. Dikehidupan selanjutnya, ikatan mereka mungkin akan dipersatukan."

Sasori menarik [Name] kedalam pelukannya. Lalu membisikan sesuatu ditelinga [Name].

Sasori melepaskan pelukkannya itu, dan berjalan kearah pintu keluar rooftop. [Name], menghentikkan langkah Sasori dengan menarik jubah yang pemuda itu pakai.

Sasori berbalik menoleh kearah [Name].

Mata Sasori membulat. Sebuah senyuman lebar, dan air mata yang mengalir di kedua pipi [Name]. Membuat, suara dan pikirinnya tak bisa merangkai sebuah kata. Saat melihat gadis itu, kembali mendekap tubuhnya.

Hm, akan aku tunggu.

🎋Serendipity [Sasori x Reader]🎋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang