4

1.7K 297 29
                                    

"Tapi Soobin- dia mantan kekasihku yang mengidap sindrom Tourette, dan meninggal 3 tahun yang lalu karena sindromnya juga"

.

.

.

Soobin total membisu. Ia yakin ia tak salah dengar. Pengakuan Taehyun yang tiba-tiba membuatnya terkejut bukan main.
"A-apa?"

Taehyun duduk disebelahnya sambil memangku kotak coklat yang berukuran sedang. Ia haya diam memandangi foto perempuan yang katanya "mantan kekasihnya" itu, matanya menyiratkan kesakitan dan kesedihan yang teramat dalam. Dan ini pertama kalinya Soobin melihat pemandangan seperti ini.

Taehyun seorang pemuda yang lebih kecil dan pendek darinya ini berbeda dengan kesehariannya yang berapi-api dan bersemangat, serta dengan mulutnya yang pedas jika sedang mengkritik dirinya. Kesedihan yang dirasakan Taehyun saat ini menular pada Soobin, hingga ia merasa sesak yang luar biasa karena kasihan dengan nasib mantan kekasih Taehyun.

Soobin ikut mengamati foto perempuan yang sedang ia pegang. Perempuan dengan rambut hitam legam yang dipadukan dengan spring dress berwarna putih yang sedang ia kenakan. Berfoto diatas tebing yang dibawahnya terdapat air terjun besar yang indah.

"Namanya Jihyun, Lee Jihyun. Ia wanita terbaik yang pernah aku kenal setelah Ibuku, Jihyun dan Ibuku adalah orang yang berarti dalam hidupku tapi kenapa mereka lebih memilih pergi dari pada menemaniku berjuang di dunia yang keras ini?"

"Apakah kau berfikir mereka terlalu baik untuk dunia yang kejam ini? Sehingga Tuhan ingin mereka kembali pada-Nya?"
Taehyun menatap Soobin masih dengan matanya yang sembab. Soobin sama sekali tidak ingin menyela, ia tahu jika ada banyak hal yang Taehyun pendam selama ini dan ingin ia keluarkan sekarang.

"Jihyun suka sekali berjalan-jalan dialam, berdekatan dengan alam membuatnya merasa lebih tenang dan membuat sindromnya membaik. Saat itu ia sangat tertekan dan cemas sehingga membuat tic nya semakin parah, maka aku berinisiatif untuk membawa berjalan-jalan untuk membuatnya lebih tenang"

"Dia suka suara air, maka aku membawanya ke daerah pedesaan yang tenang dan memiliki air terjun yang cantik. Hari itu ia sangat bahagia. Ia terlalu bahagia, Soobin"
Taehyun menjeda ucapannya. Mengatur nafasnya yang memburu, bercerita kembali tentang Jihyun selalu membuatnya sedih dan sangat emosional.

"Dan kebahagiaan itu, serta sindromnya yang membuatnya meninggalkanku"
Tangis Taehyun pecah. Soobin menatapnya dengan wajah yang sedih, tidak menyangka dibalik sifatnya yang berapi-api Taehyun adalah orang yang rapuh. Tangan besar Soobin mengelus punggung Taehyun yang bergetar, mulutnya terkunci rapat mendengar isakan Taehyun.

"Karena terlalu senang, ia selalu melompat-lompat yang dipengaruhi oleh tic nya. Aku tidak mengerti, kenapa aku begitu lengah, ak- aku.. aku-"
Taehyun tidak dapat menahan tangisnya lagi.

"Saat melompat, ia terpeleset dan jatuh kedalam jurang"
Soobin langsung menutup matanya dan memeluk Taehyun.
"Aku selama ini selalu menyalahkan sindromnya, karena tic Jihyun terjatuh, tapi disaat itu juga aku terlalu lengah berfikir bahwa tidak akan terjadi apa-apa, aku seharusnya menyalahkan diriku yang tidak bisa menjaga Jihyun"

"Tidak, tidak Taehyun. Ini bukan salahmu, bukan salah Jihyun bukan salah siapa-siapa. Ini semua terjadi karena takdir, kita semua tidak bisa menyalahi takdir Tuhan"
Soobin berbisik di samping telinga sahabatnya. Ia tak menyangka bahwa kisah percintaan Taehyun pernah setragis ini dan pernah membuat seorang Taehyun menjadi lemah.

Tourette [SooJun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang