Satu kata untuk seorang siswa yang bernama Choi Ozkan. Tentunya pintar bukan? Siswa dimana sering sekali mengunjungi perpustakaan sekolah untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan mengenal makhluk mitologi Yunani. Hal yang paling menyenangkan menurut Ozkan yaitu membaca buku, dengan membaca buku otak menjadi lancar untuk berpikir. Tapi ia mengatakan kalau membaca tidak memungkinkan otak bisa berpikir jernih. Bukti nya, Ozkan selalu mendapat nilai yang biasa saja.
Hey! teman perempuan Ozkan yang mengatakannya. Lia yang sangat dekat dengan temannya ini masih suka merendahkan. Walaupun hanya sekedar lelucon, tapi itu sangat merendahkan sekali. Untung saja Ozkan tidak terbawa serius dan mengabaikannya. Bukankah seseorang harus fokus ke depan tanpa melihat ke belakang? Lagi pula untuk apa merespon seseorang yang suka sekali menjatuhkan orang lain. Percuma saja omongannya seperti melempar batu ke atas langit setelah itu jatuh mengenai kepala nya sendiri.
" Haha....Tumben sekali kau ke perpustakaan. "
Ozkan yang sadar kehadiran Lia, menyenggol perlahan bahu teman perempuan nya itu. Tidak biasanya gadis itu ikut membaca buku di perpustakaan, suasana yang sepi seperti ini sangat tidak disukai oleh Lia.
" Memangnya kenapa kalau aku kesini?! "
" Ssstttt....... "
Jari telunjuk Ozkan menyentuh bibir Lia. Tatapan mereka saling bertemu, bukan Ozkan yang menatap dalam tapi Lia. Perpustakaan tempat murid membaca buku, bukan untuk berbicara. Lia langsung menepis tangan laki-laki yang berada di hadapannya, tapi Ozkan membalasnya dengan senyuman miring. Ada apa dengan mereka berdua? Tiba-tiba saja mereka menjadi dekat seperti ini, tapi satu hal yang harus Ozkan perhatikan. Nada bicara serta tatapan yang berbeda, seperti elang yang ingin menerkam anak ayam untuk dijadikan mangsa. Sangat mengerikan.
" Kau dapat buku itu darimana? " Lia melirik sekilas buku yang dibaca temannya ini. Ozkan tidak menjawabnya karena terlalu serius membaca, ingin sekali menepuk kencang bahu laki-laki itu tapi seperti nya akan berdampak buruk. Ia menyentuh lengan temannya itu, sekali lagi Ozkan mengabaikan panggilannya.
" Mont Saint Michel, istana yang terletak di tengah laut. Tapi keadaan penghuni nya sama sekali tidak baik-baik saja, raja Leon mati dibunuh oleh seorang penyihir bernama Mia. Berawal dimana raja Leon mengetahui rencana buruk Mia si penyihir. " Mendengar apa yang dikatakan teman laki-laki nya, membuat Lia melihat ke arah buku itu.
" Mia—hurufnya jika diganti menjadi L berarti kau yang membunuh raja Leon. " Lihatlah kalau siswa laki-laki ini terlalu serius membaca buku legenda atau semacamnya yang berhubungan dengan dunia asing. Gadis itu hanya merotasikan bola matanya kemudian lanjut membaca buku nya.
" Tapi sebelumnya, buku itu serius ada disini? Gak biasanya ada buku setebal itu. Tampilannya juga berbeda dari yang lain, " gadis itu menarik buku temannya karena rasa penasarannya mulai muncul. Ia menutup buku, agar bisa mengetahui judul buku nya.
Legenda istana Mont Saint Michel. Sangat asing kalau dilihat dari tampilan buku nya, mulai dari halaman kertas buku itu lalu ketebalan yang sangat berbeda dibanding buku kamus bahasa inggrisnya. Ozkan mengambil balik buku itu untuk lanjut membacanya. Lia terlalu serius melihat benda yang baru saja ia pegang, sampai mata nya juga ikut membaca buku itu.
" Raja Leon mati pasti ada sebabnya, disitu ada lanjutan kalau si raja murka akibat wanita itu. Mia punya rencana buruk untuk menghancurkan istana, maka dari itu si raja tahu kalau Mia itu bukan penghuni dari istana. "
Ozkan bingung. Mengapa gadis ini sangat lancar dalam menyampaikan kalimat? Sudah lupakan, tidak penting juga dirinya memikirkan buku tentang legenda istana. " Tapi sepertinya akan ku pinjam buku ini, aku kembali ke kelas. " Ozkan beranjak dari kursi, meninggalkan teman perempuannya itu yang masih sibuk dengan buku nya. " Ya! Apa kau tidak ingin kembali ke kelas? Dikit lagi bel masuk, mata pelajaran selanjutnya biologi. "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dragon Keepers
Fantasy[ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Seperti sebuah permainan. Victoria, memiliki sebuah alasan mengapa dirinya memilih seorang manusia untuk dijadikan anggota peperangan. Hal buruk yang menimpanya, membuat pikiran lelaki itu terus merencanakan kem...