16 | Denial

782 48 4
                                        

"Sejak hukum semesta dilanggar mulai munculah pelanggaran lainnya. Muncul kembali ego dan rasa ingin menguasai. Karna ini takdir diubah dan sang dewa membangkitkan raja demon untuk menghukum semua kaum, namun raja dan ratu yang memulai pelanggaran pertama kali meminta ampun dan bersujud pada dewa. Sang Dewa mengampuni keduanya, namun ia memberikan sebuah kutukan yang tak lain adalah Tak adanya keturunan laki laki, dan yang paling menyakitkan Kerajaan vampir akan terus dilanda ke kegelapan. Namun sang Dewa menambahkan bahwa kutukan tersebut akan dibarengi dengan anugrah keistimewaan pada keturunannya. Sedangkan kaum wolf sendiri dikutuk menjadi budak demon. Kutukan itu benar terjadi, namun karna begitu besar kasih Dewa ia membuat sebuah ukiran takdir yang akan mengakhiri semua kutukan dan awal dari sebuah pembaharuan." Baca Lisa

"Trus? Takdir apa? Apa yang hrus kita lakukan?" tanya Jennie tergesa gesa

Lisa membalik halaman selanjutnya lalu melihatkan sebuah halaman yang telah robek tersebut. Ketiganya saling menatap lalu menghembus nafas pasrah kemudian. 

"Apakah tak ada yang bisa kita lakukan?" tanya Rose frustasi yang dijawab gelengan oleh keduanya. 

"Sebaiknya kita fokus untuk mencari penawar itu, nyawa Jisoo taruhannya." saran Jennie

"Aku sudah menemukannya." balas Lisa

"Apa? Bagaimana?" tanya Rose

"Campuran bunga Tiger Lily dan darah wolf bangsawan. " tutur Lisa, Jennie dan Rose terdiam mendengar penuturan Lisa.

"Bunga Tiger Lily hanya ada di Pegunungan Cohutta di Appalachian. Manusia menandai tempat itu sebagai tempat mistis karna konon katanya terdapat monster di pegunungan tersebut. Namun sebenarnya gunung tersebut berada di alam Xizi, tempat terlarang dan paling berbahaya. Disana ada lebih dari 100 jenis monster disana markas makhluk demon menjijikkan itu." terang Jennie. 

"Darah bangsawan wolf..." gumam Rose lirih

"Bangtan... kita harus mengakui jati diri dan meminta bantuan mereka." ujar Lisa

"Gw gak setuju, terlalu banyak kemungkinan dan berbahaya!" tolak Jennie mentah mentah.

"Tapi Jisoo..." lirih Rose

Hening. Tak ada satu pun yang bersuara, ketiganya sibuk dengan pemikiran masing masing. Hingga seperkian detik kemudian Jennie mulai menghela nafas lalu berkata "Tak ada cara lain, huftt kita cari Bangtan." 

Ketiganya segera bangkit dan pergi mencari keberadaan sekumpulan pangeran wolf tersebut. Sesampainya di lapangan terlihat anak Bangtan sedang bermain basket dengan yang lainnya, Lisa, Jennie, dan Rose memutuskan untuk duduk dipinggir lapangan menunggu pertandingan basket itu usai. Teriakan teriakan para siswi begitu riuh, masing masing dari mereka mendukung idolanya. 

"JUNGKOOOKKK FIGHTINGGGGG !!!"

"JIMIN GO GO GO GO."

"TAEHYUNG HUAAAA AKU PADAMU !!!"

Begitulah teriakkan teriakkan yang memenuhi pendengaran Lisa, dalam hati ia terus bergerutu dan menyumpah serapahi para siswi tersebut. Hingga bunyi pluit terdengar menandakan akhir dari pertandingan tersebut. Team Jungkook menang dengan skor 10-15. Banyak siswi bergerombolan mengerubuni Jungkook, ada yang memberi minum, handuk, cari perhatian, hingga sekedar memuji pertandingan tadi. Jennie dan Rose menyiku lengan Lisa, berusaha memberi kode pada gadis berambut blonde tersebut. Lisa menghela nafas sejenak, lalu melangkahkan kaki menuju tempat Jungkook berdiri. 

Seketika atensi para siswa/i terfokus padanya. Dengan tangan membawa handuk dan air mineral, Lisa menuju Jungkook dengan ragu. Disisi lain pemuda bergigi kelinci tersebut tersenyum tipis melihat kehadiran sang pujaan hati. Tanpa babibu Jungkook segera berjalan menuju Lisa dan menerima handuk serta air mineral tersebut.

XANAC {BlackTan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang