#PrayforSJ182
Hai, sepertinya ini waktu yang terlambat untuk mengedit kembali bab ini. Dulu, saya berniat membahas bagaimana rasa empati kita bisa muncul, tetapi karena beberapa hal membuat saya sibuk dan itu terlupakan. Maafkan saya, teman-teman.
Jadi, bagaimana rasa empati kita bisa muncul?
Emosi yang sulit dijelaskan, dan sama seperti cinta, empati penting dalam kehidupan sosial kita.
Ini adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut.
Dalam psikologi dikenal tiga jenis empati.
Pertama adalah empati afektif, yakni kemampuan untuk berbagi emosi dengan orang lain. Orang yang memiliki empati jenis ini biasanya adalah mereka yang menunjukkan reaksi mendalam saat menonton film horor. Mereka akan merasa takut atau merasakan derita orang lain saat melihat orang lain mengalaminya.
Sebaliknya dengan jenis empati yang kedua, yaitu empati kognitif. Ini merupakan kemampuan untuk memahami emosi orang lain. Contohnya adalah psikolog yang memahami emosi kliennya secara rasional, tapi tak harus berbagi emosi secara mendalam.
Terakhir adalah empati regulasi emosional. Ini merujuk pada kemampuan untuk mengatur sebuah emosi. Misalnya, ahli bedah yang bisa mengendalikan emosinya saat mengoperasi pasien.
Empati tidak sama dengan meniru atau imitasi. Untuk memiliki rasa empati kita harus memiliki kesadaran diri dan juga jarak antara diri sendiri dan orang lain.
Empati juga tidak hanya dimiliki manusia, namun para ilmuwan menemukannya pada primata bukan manusia, bahkan pada tikus.
Orang sering mengatakan psikopat tidak memiliki empati, padahal tidak begitu faktanya. Seorang psikopat memiliki kemampuan empati kognitif, karena mereka perlu mengetahui perasaan korbannya saat disiksa.
Yang tidak dimiliki psikopat adalah simpati.
Mereka tahu orang lain menderita, tapi tak peduli. Penelitian juga menunjukkan bahwa seorang psikopat sangat mahir dalam mengatur emosinya.
Bagian otak yang mengatur empati sangat beradaptasi pada berbagai jenis situasi. Terkadang kita butuh rasa empati, tapi di lain waktu mungkin kita perlu mematikan rasa empati untuk melindungi diri dan orang lain.
Referensi :https://health.kompas.com/read/2017/01/09/140000423/memahami.empati.dan.mengapa.manusia.membutuhkannya?page=all:
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychology
Non-FictionPsikologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui prosedur ilmiah. Seseorang yang melakukan praktik klinis ilmu dalam psikologi disebut sebagai...