Rencana

372 42 6
                                    


Sinar matahari mulai meninggi menandakan hari berganti siang, burung - burung yang sibuk berkicau beranjak mengibaskan sayapnya meninggalkan pohon dan melesat jauh ke angkasa. Tetesan embun dan kabut tipis yang menambah hawa sejuk di pagi hari tergantikan dengan panasnya terik yang menyengat kulit.

Seorang pemuda masih saja bergelung dalam selimutnya, mengabaikan cahaya matahari yang menyapa melalui celah - celah jendelanya. Tay baru menginjakkan kakinya di rumah sekitar pukul empat pagi dini hari, ia mengendap - endap masuk dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan kedua orangtuanya.

Pintu menjeblak terbuka, menampilkan sosok wanita dewasa memakai setelan rumahan berkacak pinggang "Tay bangun!" Tangannya menyibak gorden yang seketika membuat ruangan terang.

"Kalo kamu gak bangun, mama siram." ucap Olivia, mama Tay.

"Oke, mama hitung sampai tiga."

"Satu..."

"Dua..."

"Tig-"

"Oke oke Tay bangun."

"Bagus. kamu mabuk lagi kan semalem?"

"Apasih mah?" Tanya Tay, ia menguap dengan lebar.

"Gak usah bohong kamu. Mau sampai kapan kamu begini terus? Kamu sebentar lagi ujian Tay"

"Hmm"

"Bisa gak sih sekali aja kamu dengerin mama ngomong?"

"Udah deh ma-"

"Diam. mama belum selesai ngomong. Kamu bukannya belajar malah asik main sana sini, mabuk - mabukkan, mau jadi apa? tanggung jawab kamu itu besar Tay, siapa yang bakal ngegantiin papa kalau bukan kamu?"

"Iya ma Tay minta maaf" Ucap Tay lirih.

Olivia melipat kedua tangannya di dada matanya menatap Tay yang menunduk. "Mungkin keputusan yang udah papa sama mama pikirin dari lama akan jadi keputusan yang tepat buat kamu."

Tay mengernyit, kepalanya mendongak menatap ibunya. "Maksudnya ma?"

"Nanti malam ikut papa sama mama, pakai baju yang rapi"

"Tapi ma-"

"Gak ada tapi - tapian" Katanya tegas.

Olivia Vihokratana melangkah keluar kamar dan menutup pintu dengan keras. ia kesal bukan main dengan kelakuan anak semata wayangnya itu.

***

Diruang keluarga Olivia Vihokratana duduk di atas sofa dengan kaki ditekuk, wajahnya masih kesal. Ia meraih telfon genggamnya dan menghubungi seseorang.

"Halo jeng, sepertinya rencana kita dulu soal anak - anak kita bakalan segera terlaksana."

"Hah? Seriusan? apa gak terlalu cepat?" Ucap seseorang diseberang sana.

"Lebih cepat lebih baik gak sih? jujur aku capek banget Din ngehadapin Tay yang kelakuanya begitu."

"Aku setuju aja sih"

"Kita bahas nanti malem gimana? Ketemuan di restoran biasanya, sekalian kamu bawa anak kamu, kita makan malam"

"Oke deh, aku ngomong sama suami aku dulu."

"Oke" Olivia mematikan sambungan teleponnya, ia menghela nafas. semoga keputusan yang tepat.

Tay bangkit dari tempat tidurnya, ia sedikit bingung dengan perkataan mamanya tadi. Tay mengusap wajahnya kasar kepalanya sedikit pusing, mungkin efek dari banyaknya alkohol yang ia minum tadi malam,kemudian tangannya merogoh ponsel yang ia letakkan di nakas sebelah tempat tidurnya, melihat apakah ada seseorang yang menghubungi, ternyata tidak jadi Tay memutuskan mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Promise? (Taynew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang