Chapter 52: Kamu Tidak Boleh Pergi dengan Perut Kosong

428 28 0
                                    


Qiao Mianmian tercengang.

Dia melebarkan matanya dan mundur selangkah juga. "Anda adalah?"

Lei En tersenyum pada Nyonya Muda lugu, seorang gadis yang baru genap berusia 20 tahun. "Saya Lei En, kepala pelayan Kediaman Mo. Tuan Muda sekarang sedang sarapan di ruang makan, apakah Nyonya Muda juga ingin menyantap sarapan sekarang?"

Kediaman Mo...

Qiao Mianmian mengamati sekeliling, mengamati rumah yang mewahnya tidak masuk akal itu.

[Jadi ini rumah Mo Yesi.]

Dia tadinya mengira ini adalah vila. Tapi... Sekarang dia tahu bahwa kemiskinan sudah membatasi imajinasinya. Rumah yang bak kastil ini berkali-kali lebih besar dari vila.

"Mo Yesi masih di rumah?" Qiao Mianmian mengecek jam berapa sekarang dan mengira dia sudah pergi ke kantor.

Mendengar Nyonya Muda memanggil Tuan Muda secara langsung sebagai "Mo Yesi", Lei En menjadi sedikit terkejut. Tetapi dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya dan mengangguk. "Ya, Tuan Muda masih ada di rumah."

"Oh."

Qiao Mianmian mengangguk. "Kalau begitu aku mau menemuinya dulu. Aku akan merepotkanmu untuk menunjukkan jalan."

Lei En buru-buru menjawab, "Nyonya Muda, Anda terlalu sopan."


***


Ketika Qiao Mianmian mencapai ruang makan setelah berjalan beberapa menit, dia menyadari bahwa dia benar-benar membutuhkan bantuan Lei En untuk menemukan jalan kemari. Jika tidak, dia pasti tersesat.

Seorang pria dengan pakaian rumah yang santai duduk di meja makan putih berukir yang membentang beberapa meter, dengan elegan sedang menyesap kopi.

Mendengar langkah kaki yang mendekat, dia mendongak. Mata gelapnya mendarat di Qiao Mianmian. Setelah melihatnya selama beberapa detik, alisnya sedikit berkerut.

Qiao Mianmian secara otomatis menjadi kikuk. Dia merasa seolah-olah dia telah melakukan sesuatu yang salah.

Sesaat kemudian.

Mo Yesi mengangkat tangannya mengisyaratkan kepadanya, "Datanglah kemari."

Suara pria itu terdengar berwibawa seperti biasa. Qiao Mianmian berjalan ke arahnya. Tapi berhenti sekitar satu setengah meter darinya. Ketika menatap wajah tampan pria itu, detak jantungnya meningkat tanpa sadar. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

Dia mengerutkan alisnya dan buru-buru berkata, "Mo Yesi, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."

Tetapi pria itu tampak tenang dan tenang seolah-olah tidak ada yang perlu diburu-buru. "Duduk dan makan dulu, kita bisa bicara nanti."

"Tidak bisa..." kata Qiao Mianmian mendesak. "Aku nggak ada waktu untuk sarapan. Apa kamu bisa meminta seseorang untuk mengantarku ke kampus sekarang? Ada kelas penting hari ini, aku nggak boleh absen."

"Kelas apa? Jam berapa kelasnya dimulai?" Pria itu masih berbicara dengan tenang.

"Kelas pertujukkan." Qiao Mianmian memeriksa waktu di ponselnya lagi dan menjadi lebih tergesa-gesa. "Sekarang sudah jam 10. Aku hanya punya waktu kurang dari satu jam..."

"Mm." Mo Yesi mengangguk, mengakui bahwa dia mendengarnya.

Hanya begitu.

Sikapnya membuat Qiao Mianmian semakin cemas.

"Mo Yesi, tadi malam kamu bilang kamu akan mengantarku ke kampus. Kamu tidak boleh menarik kembali kata-katamu."

"Ada apa terburu-buru, ini bukan seolah-olah aku tidak membiarkanmu pergi." Mo Yesi mengetuk meja dengan ringan, memberi isyarat padanya untuk duduk. "Makan dulu."

Bagaimana mungkin Qiao Mianmian sedang ingin makan?

"Aku..."

"Mianmian, jangan membantah." Suara pria itu sedikit lebih rendah sekarang dan memiliki sedikit kelembutan seolah-olah dia sedang membujuk seorang anak kecil. "Aku akan menyelesaikan masalah kelasmu, jangan khawatir tentang itu. Secemas-cemasnya kamu, kamu tetap harus sarapan dulu. Kamu tidak boleh pergi ke kampus dengan perut kosong."





(。・㉨・。) (ó㉨ò) (。・㉨・。)


MUMU: 2 dari 5 chapter minggu ini

*kelas kinerja diganti jadi kelas pertujukkan.

Diam-diam Menikahi Bos BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang