Cover Up The Pain

18 1 0
                                    

"Mencoba untuk terlihat baik-baik saja, namun dunia tak menyetujuinya."-Aurora Aghasya Vallery.

***

Suasana kelas yang sangat sepi, hening dan penuh ketenangan. Itulah yang Aurora suka, datang lebih awal dari siswa  lainnya.

Aurora berjalan mengelilingi sudut-sudut sekolah. Menikmati udara pagi yang sejuk.

"Pagi non Aurora," sapa Mang Dharma, penjaga sekolah.

"Pagi Mang," balas Aurora dengan ramah.

"Sehat non? Gimana kondisinya," pilu Mang Dharma saat melihat Aurora masih mengenakan selang oxygen dihidungnya.

"Alhamdulillah sehat Mang. Tapi kata dokter belum bisa untuk melepas alat ini, karena sering drop hihihi. Mang Dharma juga sehat kan?"

"Alhamdulillah, non Aurora harus jaga kondisi atuh..Temennya yang lain belum pada datang ya non?,"

"Siap Mang. Iya, Aurora aja yang kepagian mang hehehe," gurau Aurora. "Ohh iya ini Aurora ada sedikit makanan untuk Mang Dharma," lanjut Aurora seraya memberikan bungkusan yang telah ia siapkan sejak pagi untuk Mang Dharma.

"Wahh apaa ini? Jadi ngerepotin non Rara. Saya sangat amat berterimakasih ya non,"

"Engga ngerepotin kok mang. Mumpung ada sedikit rejeki lebih,"

"Kalau begitu saya lanjut keliling ya Mang," pamit Aurora. Ia tak mau mengganggu Mang Dharma yang sedang mengerjakan tugasnya.

"Baik non terimakasih banyak. Kalau bahasa inggrisnya teh 'Thank yu somat' gitu non,"

"Thank you so much Mang," ujar Aurora membenarkan perkataan Mang Dharma.

"Ahh iya itu maksud saya,"

"Yaudah Aurora jalan ya Mang,"

"Baik non, hati-hati." Aurora membalas senyuman hangat.

Sunggu kenyamanan tiada tara. Menikmati pemandangan, menghirup udara pagi yang sejuk dan tiada seorangpun yang mengusiknya.

Aurora berjalan kembali menuju kelas. Siswa-siswi yang lain sudah mulai berdatangan karena jam menunjukkan pukul 06.15 WIB.

Saat Aurora hendak berjalan namun kakinya terjerat seutas benang, sehingga membuatnya susah untuk berjalan.

"Butuh bantuan putri?" Kata seseorang yang baru saja menghampiri Aurora.

"Maaf nama gue Aurora bukan putri," kata Aurora sedikit tidak terima ketika namanya diubah.

"Ya kan tuan putri AURORA. Sini gue bantu,"

"Gue bukan Tuan Putri. Toh nggak ada kerajaannya. Gue bisa sendiri," kekeuh Aurora.

"Udah sini. Lo lupa nanti gue yang bangun kerajaan khusus untuk lo Ra," kata cowok itu dengan tubuh yang sedikit berjongkok dihadapan Aurora. Membantu melepas seutas benang tersebut

"Ihh apaan sih Zidan," oceh Aurora, ia tak merasa senang jika diberi rayuan atau gombalan.

"Ya kan gue bercanda Ra," ucap Zidan yang masih mencoba mencairkan suasana. " OKEYY Selesai, yuk kekelas?" ajaknya kepada Aurora.

"Makasih. Gue bisa sendiri," ucap Aurora ketus.

"Nanti kalo kejerat lagi gimana?"

"Nggak akan,"

"Udah ayoo," Zidan masih berusaha. Ia menggandeng tangan Aurora

"Iya Zidan sabar. Nggak usah pake gandeng-gandeng segala. Gue bukan nenek-nenek!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hurts To ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang