Biru Pupus

26 5 7
                                    

🏰

🏰

🏰

Hujan diawal musim semi apakah pertanda baik? Seekor tupai terpaksa berteduh di ranting yang lumayan rimbun setelah berlarian mengambil kacang dari tangan seorang pemuda. Ia masih saja memandangi rintik hujan saat temannya kehabisan suara menyuruhnya cepat masuk. Tidak ada gemuruh, mungkin ini adalah pertanda baik, pikirnya.

"Yah! Apa kau perlu ku tarik hingga duduk di tempatmu?" tegas Seungsik.

"Aku sedang membaca tanda-tanda...."

Seungsik benar-benar menariknya masuk.

"Kita ada pelajaran sejarah. Apa kau bahkan tahu siapa nama buyutmu?"

"Tahu. Beliau akan selalu ku kenang walau aku lupa namanya."

"Ish. Seluruh kerajaan mati-matian menghafal supaya diakui sebagai rakyat. Kau malah tak tahu!" Seungsik selalu kesal pada Chan.

"Aaa... Byungchan mana Byungchan..." Chan mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mencari keberadaan Byungchan yang memang belum terlihat di dalam kelas. Sebentar lagi guru datang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏰

"Wah. Kau pandai sekali..." sanjung Byungchan pada seorang perempuan yang baru ia temui di kampung. Perempuan itu membuat kaligrafi indah dengan huruh kanji. Padahal ia hanya menggoreskan arang kayu di tembok sebuah rumah.

"KALIAN YANG MENCORET-CORET TEMBOK! YYAAAH!" seorang pria paruh baya keluar sambil membawa kayu balok. Mungkin karena usia, setelah Byungchan dan temannya menjauh pria itu berhenti sambil terus berteriak.

Di tikungan mereka berhenti. Nafas tersengal, namun lega.
"Haah haah. Larimu cepat juga," kata Byungchan.

"Aku terlatih. Haah..."

"Rumahmu mana? Biar kuantar."

"Nggak usah. Rumahku membingungkan."

"Kalau begitu sama. Kau mau melukis lagi?"

The Mirror TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang