⛩️
🏯
⛩️
Takk!
Takk!
Takk!
Chan menghabiskan belasan tongkat kayu untuk berlatih hari ini. Peluhnya bercucuran. Disana sekarang ada pengawal yang menemani. Chan memulai dari pagi buta. Setelah matahari terbit dia menghentikan latihannya lalu beristirahat di gazebo.
"Yang Mulia anda kedatangan Ibu Ratu," ucap salah satu pengawal.
Chan menoleh, Ibu Ratu dan iring-iringannya berjalan ke arah gazebo. Chan segera bangkit untuk menyambut.
"Selamat datang Ibu Ratu."
"Putra Mahkota. Anakku, kau sangat hebat."
"Terimakasih. Saya masih belum seberapa. Silakan duduk."
"Chan. Kau sudah pantas untuk menikah."
Chan terkejut namun masih bisa mengendalikan diri.
"Hhmm. Maksud Ibu Ratu?""Aku memilihkan seorang gadis untukmu."
"Ibu Ratu tak perlu bersusah-"
"Tidak ada yang susah. Dia akan datang menemuimu sebentar lagi."
"Apa?? Aku, aku belum siap." Chan gelagapan. Ia belum terbiasa dekat dengan perempuan.
"Kau harus berani memulai, Chan." Ibu Ratu tersenyum lalu berdiri. "Aku harus kembali." Lantas meninggalkan gazebo.
🌄
Chan mondar-mandir, dia memikirkan apa-apa yang perlu dia katakan. Sialnya dia tak pernah mendekati perempuan mana pun selama ini. Terbersit untuk bertanya pada Byungchan. Tapi dihari libur akademi seperti ini dia pasti sedang tidur. Sejun? Ahh... Sudahlah Chan masih tidak enak karena marah padahal dia sudah melupakan kejadian itu lagipula Sejun mana tahu tentang perempuan? Batin Chan. Seungsik? Ya Seungsik.
Chan bergegas meninggalkan gazebo namun iring-iringan calon permaisurinya datang lebih cepat. Chan yang sedang lari terpergok Mina, calon permaisuri.
"Owh! Tabib Lim!" seru Mina.
"Sa-saya...." Chan terbata.
Para dayang dan pengawal langsung membungkukkan badan setelah menyadari Yang Mulia Putra Mahkota dihadapannya. Mina bingung.
"Yang Muliaaa..." sebut semua yang mengiringi Mina.
"Yang Mulia? Tabib Lim?" Mina dibuat bingung. Chan yang berpakaian mewah dengan lambang burung phoenix hanya menatap Mina.
"Ahh... Maaf. Maafkan saya. Putri Mina. Boleh saya memanggilmu seperti itu?" Chan berusaha mengatasi kecanggungannya.
"Tentu saja tabib- ah bukan. Yang Mulia Putra Mahkota." Mina segera membungkukkan badan.
"Kalian bisa meninggalkan kami berdua," titah Chan.
Mina senang bisa bertemu dengan Putra Mahkota, laki-laki impiannya. Namun dia masih penasaran mengapa dia menyamar pada malam itu?
"Kau pasti bingung?" tanya Chan
"Maafkan saya yang tak mengenali Yang Mulia," kata Mina menundukan kepala. Gaya bahasa dan intonasi Mina berbeda, tidak seperti malam itu yang terdengar mudah mengumpat. Membuat Chan seperti sedang berdrama.
"Jangan terlalu formal. Tidak ada orang lain," bisik Chan.
"Ne?!" Mina agak terkejut, namum melihat Chan sangat santai dia bisa beradaptasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/254617166-288-k568091.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Tales
FanfictionSebuah kerajaan hampir runtuh karena pewaris tak sanggup memimpin. Tak ada prinsip dalam hidupnya untuk memerintah dan menguasai, yang dia tahu hanya kebaikan dibalas kebaikan. Seungwoo sahabat sehidup. Byungchan sahabat semati. Seungsik harus tetap...