Hijau Zaitun

20 4 12
                                    

🏰

🏰

Chan jalan-jalan pagi berkeliling istana sebelum pelajarannya dimulai. Seorang kasim dan dua dayang berjalan menunduk mengikuti kemana Chan melangkah. Dan seringnya langkah itu kena larangan. Ada beberapa wilayah yang tidak boleh Chan kunjungi. Salah satunya ruang arsip.

"Jalan ini sudah licin aku lewati. Tidak bisakah aku pergi ke tempat calon permaisuriku?"

"Calon permaisuri saat ini belum ada. Tempat itu kosong," kata Kasim Yoon

"Pantas berhantu."

"Apakah saat ini Yang Mulia sudah memikirkan pernikahan? Ini sangat bagus untuk saya sampaikan-"

"Tidak tidak. Aku bercanda tadi." Chan sedang tidak ingin membahas pernikahan.

Seungsik berjalan dari arah berlawanan sambil membawa beberapa buku.

"Oh. Seungsik!!" seru Chan.

"Chan- Yang Mulia... Sedang apa?"

"Menghaluskan jalan seperti biasa," jawab Chan bosan.

"Ku bawakan beberapa buku. Mau baca? Aku temani."

"Eumm... Baiklah. Ayo..."

Mereka berjalan pulang ke paviliun.

Di paviliun Chan membolak balik buku mencari bagian menarik dari sana. Tapi buku yang semua berwarna biru pupus ini tidak ada yang menarik. Hanya berisi bait-bait puisi karya ratu-ratu terdahulu.

"Nggak ada buku lain?" tanya Chan.

"Buka saja semua. Cari yang paling mencurigakan."

"Buku puisi mana yang mencurigakan?"

"Ini penting."

"Semua buku bagimu penting Seungsik."

Seungsik tak menemukan keanehan dari semua buku yang ia bawa. Lalu apakah Seungwoo gagal menemukan yang ia cari?

Seungsik bahkan belum tidur sejak semalam setelah insiden itu.

⛰️

🏞

"Kak, bagaimana?" tanya Hanse.

"Tidak ada, aku rasa mereka memindahkannya."

"Mungkin aku yang kali ini harus kesana."

"Kau yakin?"

"Aku hapal peta yang Kakak buat."

Sebuah kertas peta terhampar di meja. Seungwoo telah menggambarnya beberapa tahun lalu sesuai yang ada di ingatannya.

"Waah. Aku baru pertama kali lihat peta ini." Horang masuk ke ruang rahasia klan Naga Hitam tanpa permisi.

"Yah! Horang kau dilarang masuk!" seru Hanse.

"Kenapa?!"

"Horang. Bisa kau keluar sebentar?" bujuk Seungwoo.

"Baiklah..." Horang menurut.

"Jadi Hanse, kau jangan ke sana malam ini. Aku yakin mereka memperketat keamanan. Kita rencanakan lagi lusa."

"Baik kak. Aku sangat tidak sabar menghunuskan pedangku ke jantung mereka..."

"Waktu itu akan tiba."

Horang memang keluar dari ruangan itu tapi dia tetap berdiri di depan pintu untuk menguping.

"Kak Seungwoo menggambar detail denah istana... Apa dia hendak masuk sana?"

Horang terus saja memikirkan untuk memcoba sekali-kali menerobos istana. Tadi dia juga melihat ada jalan masuk yang Seungwoo tandai. Lalu ada tanda lagi wilayah yang tak boleh di masuki. Mungkin karena banyak penjaga.

The Mirror TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang