— ini hanyalah cerita horor klasik yang dikonsumsi banyak orang.
— namun, jika kamu membacanya lagi, kamu akan merasakan keanehan yang tidak wajar dan tidak masuk akal.
Mobil tua yang dikendarai pria tampan 'si penari es' tersebut nampak mulai menyusuri jalan raya yang menuju ke hutan, tempat mereka akan kunjungi.
“Jangan tidur ya lu nyet,” ujar pria tampan yang memegang setir mobil menggunakan kedua tangan pucatnya, seputih cat.
“Kaga anjing, gua capek daritadi ngga ada sinyal, nggabisa lacak maps lagi,” ujar pria yang tak kalah tampan di belakangnya itu.
Jika kita menemukan dua orang pria tampan, yang satunya berprofesi sebagai penari es, yang satunya bisa kita sebut sebagai anak band.
“Gua bawa altas kok,” ucap cewe berambut bondol, rambut pendeknya cukup membuat wajahnya terlihat imut.
“Isinya peta-peta negara, Jiyoon!” ketus cewe berambut coklat pirang itu, diantara keempat manusia di dalam mobil itu, Ningning lah yang memiliki suara senyaring lumba-lumba, tunggu saja ketika gadis itu merengek pada Sunghoon yang memegang kemudi.
“Gua pake telkomsel, hp gua aman,” ujar si cewek terakhir, rambut bawahnya yang blonde bergelombang, membuatnya sangat suka mencepol rambut panjangnya itu.
“Eh itu di pinggir jalan manusia bukan sii?” tanya Sunghoon sembari mengklakson objek di depannya.
“Berhenti geblek!!” ketus Jooyeon lalu Sunghoon meminggirkan mobilnya.
“Loh kok lari,” tanya Ningning heran, ia duduk di sebelah Sunghoon.
“Ngeliat gue kali, soalnya jendelanya gua buka tadi kita sempet tatap-tatapan,” ucap Gaeul.
“Terus mereka kabur gitu ngeliat kecantikan elu, iyaaa???” ledek Jiyoon.
Para gadis nampak tertawa, sebelum decakan Sunghoon mengheningkan suasana.
Sunghoon keluar dari mobil, diikuti Jooyeon di belakangnya. “Gue nggabisa ngandelin elu sumpah, Yeon,” ucap pria bermarga Park itu.
“Yaelah, gitu doang ngambek lu, ayo dah kejar aja tu orang,” ucap Jooyeon seraya berlari memimpin di depan.
Mereka memasuki hutan-hutan yang gundul, banyak daun-daun kering yang berjatuhan dan bertebaran, seakan membuat keramaian ketika dua manusia tampan itu berlarian untuk mencari manusia lain yang sempat mereka lihat di pinggir jalan tadi.
“Hah itu bukan sii??” tanya Jooyeon kepada Sunghoon yang sudah berada di sampingnya.
“Permisi, Pak, ijin bertanya,” Sunghoon ingin berjalan lebih mendekat ke arah seorang pria yang memunggungi mereka.
“Eh, jangan dekat-dekat, biar dia noleh, lu gatau apa yang dia pake sekarang?” tahan Jooyeon sembari berbisik, karena orang asing tersebut nampak memakai topeng, terlihat dari belakang telinga dan kepalanya, yang terlilit sesuatu.
“Jooyeon!! Sunghoon!! ayo balik, kalian ngapain di sini?!” teriak Gaeul dari kejauhan, dua pria tampan tersebut nampak menoleh ke arah Gaeul, lalu Sunghoon menghampiri Gaeul.
Jooyeon sempat menoleh ke arah orang asing tersebut, namun nihil, orang asing tersebut tiba-tiba sudah menghilang saja.
Jooyeon dengan pandangan yang tak lekang melihat ke arah orang asing tersebut, seraya memundurkan badannya, berjalan menghampiri Sunghoon dan Gaeul.
“Biarin, dia kabur kali, orang aneh,” gumam Sunghoon.
Setelah mereka bertiga sampai di mobil lagi, Jooyeon dan Gaeul mengecek ponsel mereka, “Eh!! sinyal gue balik!! udah bisa buka maps,” ucap Jooyeon dan Gaeul kegirangan.
“Ngga dari tadi anjir, kita ngabisin waktu 45 menit loh di jalan antah berantah ini,” dumel Ningning lalu dihadiahi cubitan oleh Jiyoon dan Jooyeon yang di belakang.
“Dah-dah, kita berangkat lagi, sebelum malem.”
Pada saat Sunghoon menancap gas mobilnya, di pinggiran hutan gundul tersebut, banyak sekali manusia memakai topeng bermacam-macam bentuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
sleeping run ✔️
Horrorketika mereka ingin berlibur ke alam, hutan dengan daun kering berguguran, siapa sangka mereka akan berpetualang menghadapi sekte pemuja setan akibat mantra yang mereka putar pada sebuah radio jadul yang Gaeul temukan.