20. throw away the two diamonds and the cursed radio

55 13 0
                                    

*guysss sorry banget baru bisa update ternyata aku kemarin sakit lagi, dan aku kena tipes sama lambung, semuanya gara-gara setress again, mikir banyaakkkkkkk hallllll ini lagi dalam masa pemulihan cuma udah better kok, tinggal ngobatin lambungku masih sakit huhu, doakan aku cepet sembuh ya, doa terbaik bakalan kembali ke yang mendoakan, terimakasih 🥰👼✨🦋


























































































































Setelah melewati banyak sekali ratusan ular yang melata, sekarang hambatan mereka tinggal para penduduk desa yang beringas berlari untuk mengejar dan menculik sang tumbal yang mereka maksud.

Taehyun dan Jisung menggedor pintu utama villa, lalu Jooyeon mencoba untuk mencari benda tajam agar bisa membuka kenop pintu villa itu.

Jooyeon menemukan linggis yang berada di dekat tanaman bunga, langsung saja ia arahkan pada kenop pintu villa itu, namun belum sampai kena tiba-tiba pintu villa terbuka dengan sendirinya.

Mereka bertiga masuk dan langsung menutup pintu villa itu lalu mereka slot agar para penduduk desa tidak bisa masuk.

Nafas mereka tercekat, hampir saja mereka tertangkap dan menjadi bagian dari sang tumbal, mereka bertiga mengatur nafas lalu gedoran pintu yang sangat keras mereka rasakan.

“Yeon, lu cepetan bawa temen-temen lu kabur dan jangan lupa berlian sama radionya, gue sama Taehyun di sini jaga pintu, biar penduduk desa gila itu nggabisa masuk,” teriak Jisung lalu menahan pintu yang semakin digedor-gedor dengan keras, tak hanya pintu, jendela yang disegel besi itupun mulai digoyang-goyang.

Jooyeon mengangguk lalu langkahnya itu terhenti ketika melihat Jiyoon dengan tubuh dan wajah yang sudah tidak seperti dahulu, ia sangat menyeramkan persis seperti monster, Jiyoon menyapa Jooyeon dengan cara merayap dan terkadang melata, sempat lidahnya yang panjang mengenai leher Jooyeon.

Ia panik lalu mencoba untuk melawan Jiyoon, ia tahu Jiyoon adalah anak baik, anak imut, salah satu sahabat yang sangat mengagumkan juga, namun Tuhan memberikan jalan lain kepada Jiyoon, setidaknya arwah gadis Shin sudah tenang bersama Tuhan. Taehyun yang paham jika Jooyeon tidak segera menemukan kedua temannya rencana mereka kabur akan sangat tertunda.

“Gue lawan dia, cepetan elu temuin kedua temen lu!!” teriak Taehyun lalu menahan leher Jiyoon agar tidak mencabik-cabik tubuh Jooyeon.

Setelah lepas dari cengkraman Jiyoon dengan langkah cepat Jooyeon berlari sekuat mungkin dan ia ingat apa yang dikatakan Sunghoon jika pemuda Park dan gadis Ning sedang bersembunyi di bawah bilik tangga.

“Sunghoon!! Ningning!!” teriak Jooyeon, Sunghoon dan Ningning yang sedang berpelukan menahan rasa takut itupun langsung membuka pintu kecil bilik tersebut lalu keluar dan berpelukan dengan Jooyeon.

“Kita nggabisa lama-lama, kita harus cepetan kabur dari sini, Ning berlian aman?” tanya Jooyeon lalu Ningning mengangguk.

“Gue ngga bawa radionya, radionya ada di ruang tamu tempat kita muter radionya kemarin,” ucap Sunghoon panik. Jooyeon mengangguk lalu mereka bertiga berjalan ke ruang tamu.

“Jiyoon!!” seru Ningning lalu menutup mulutnya, “Hoon lu cepetan ambil radionya, gue bakalan bantu Jisung buat nahan pintu villa, para penduduk desa udah ada di depan, mau nangkep kita sebagai tumbal, Ning ini linggis tolong bantu Taehyun ngelawan Jiyoon, karena dia udah dirasuki iblis, dia lebih kuat daripada tenaga Taehyun,” ucap Jooyeon lalu diangguki oleh Sunghoon dan Ningning.

Jooyeon berlari membantu Jisung, lalu Ningning membantu Taehyun dengan cara membuat taktik untuk mengunci dan memukul kepala Jiyoon di kamar.

Dengan sangat mudah Sunghoon menemukan radio tersebut lalu ia berteriak kepada teman-temannya menginformasikan bahwa ia sudah mendapatkan benda sebagai penghantar mantra kutukan tersebut.

“ADA PINTU BELAKANG VILLA, KITA LEWAT SANA AJA!!” teriak Ningning lalu dengan pukulan terakhir ia menghunuskan besi berat linggis itu di perut Jiyoon.

Darah bercucuran dari sana, Ningning tersenyum kelu karena merasa ia sudah membunuh sahabatnya, ia merentangkan tangan kirinya untuk membantu Taehyun berdiri, lalu Taehyun mengelus pundaknya seakan tahu apa yang dirasakan Ningning karena bagaimanapun juga tubuh ini adalah tubuh Jiyoon, sahabatnya.

Jooyeon dan Jisung yang sudah berpeluh keringat dengan raut wajah memerah seperti kepiting rebus, ia menggandeng yang lainnya untuk segera pergi ke pintu belakang villa.

Mereka menyusuri basement dan gudang yang sangat gelap, lembab dan bau menjadi satu, banyak sekali debu, serangga dan jaring laba-laba, untung saja Sunghoon membawa penerangan untuk memudahkan mereka segera pergi.

Bagaimana dengan penduduk desa yang sudah menggedor-gedor pintu utama villa itu? sebagian dari mereka ada yang sudah memasuki villa tersebut dan mencari keberadaan sang tumbal, dan sebagian penduduk desa pergi untuk kembali ke tanah lapang itu.

Mereka berlima sudah sampai di belakang villa, mereka tidak perlu menyusuri pinggiran hutan lagi, mereka akan melewati tanah lapang karena tidak ada tanda-tanda penduduk desa di sana.

“Cermin kaca itu mana?!!” tanya Jooyeon sembari mengatur nafas, yang lainnya juga ikut berhenti lalu mengatur nafas dengan gesture kedua tangan menyentuh lutut.

Perasaan panik, takut, ingin bebas menjadi satu, seakan diaduk-aduk rasa itu, sangat tidak nyaman dirasakan.

“Kalian lihat api unggun yang sangat besar itu?” tanya Jisung ketika mereka sudah hampir sampai di tanah lapang tempat persembahan para penduduk desa tadi, jalan akses menuju ke pemukiman desa sebagai jalan untuk mereka kabur.

Yang lain mengangguk, “Cermin kaca itu ada di sana, di tengah-tengah api unggun yang sangat besar, masalah kita pasang apa enggaknya dua berlian tadi kita tinggal lempar berlian sama radio itu, kutukan berakhir, seluruh penduduk desa bakalan kesakitan, begitu halnya dengan para setan dan iblis yang udah bangkit sekarang,”

sleeping run ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang