“Ning, perasaan gue ngga enak,” ucap Sunghoon dengan raut wajah ketakutan.
“Apa? kenapa?” tanya Ningning panik.
Saat ini, hanya mereka berdua lah yang ada di ruang tamu villa, mereka kira Gaeul masih ada di belakang villa untuk mencari cermin yang di maksud, dan Jooyeon yang menyusul Gaeul mungkin sedang menemani Gaeul untuk mencari cermin itu.
Mereka pikir, Jiyoon sekarang masih bermain di loteng, karena gadis itu sangat menyukai barang antik.
“Ada sesuatu, tapi gue ngga tau pasti,” jawab Sunghoon.
“Apa gue ikut nyusul mereka ke belakang villa ya?” tanya Ningning meminta pendapat kepada Sunghoon.
Pemuda itu mengangguk dengan tidak yakin, karena ia tahu, semua tahu, Ningning tidak akan seberani itu.
“Ajak Jiyoon aja,” usul Sunghoon, lalu gadis itu mengangguk dan berlari menaiki tangga loteng.
Sunghoon kini sadar, keterbatasannya memang sangat menghambat langkah teman-temannya, Sunghoon memiliki firasat dan logika yang sangat kuat, namun semua logika kritis selalu ia tepis kuat-kuat menjadikan langkahnya itu sembrono dan terlihat main-main.
Sesampainya Ningning di loteng, dengan langkah cepat akibat sisa berlarinya tadi dengan semangat ia tertegun di depan loteng yang gelap, sunyi dan menyeramkan.
“Jiyoon.. Jiyoon.. lu di mana?” teriak Ningning memanggil gadis Shin.
Karena setahunya Jiyoon masih ada di loteng dan sama sekali tidak ada tanda-tanda seseorang turun.
Ningning mencoba menggerayangi dinding loteng, mencari keberadaan saklar lampu, setelah ia menemukannya, mencoba menghidupkan saklar tersebut.
“Kok ngga bisa,” gumam Ningning sembari mengon-off kan saklar lampu.
“Mati kali ya lampunya,” gumamnya.
“Ji.... ngga usah nakut-nakutin gue deh, gue tau lu sengaja kan matiin lampu gara-gara denger gue lari dari bawah, terus elu sekarang sembunyi di balik lemari pasti, ngga usah banyak gaya lu juga penakut sat!” teriak Ningning sembari berjalan pelan menyusuri loteng.
Karena ia tahu, Jiyoon pasti masih ada di dalam loteng ini, bersama penerangan ponsel yang minim, ia berusaha celingukan mencari space yang besar, yang secara logika bisa untuk bersembunyi satu orang.
Kedua ainnya menoleh sekitar, tanpa sadar ia sudah di penghujung jalan, bertanda karena ia menabrak sebuah benda besar di depannya.
Ningning menutup mulut kaget, tak percaya, “Cermin kaca itu...”
“Kok bisa ada di sini,” lanjut gadis itu, sembari melihat space cermin kaca yang ia temui kemarin ternyata memang kosong.
“Kapan Gaeul dan Jooyeon bawa ke sini ini cermin,” bingung Ningning, lalu gadis itu mendengar sebuah pintu yang tertutup dan dikunci dari luar.
Suara tersebut ternyata dari pintu kotak akses masuk dan keluar loteng, letaknya ada di bawah lantai.
Dengan takutnya dan bulu kuduk merinding, gadis itu berlari ke pintu utama, mencoba untuk membuka dan menggedor-gedor pintu kotak itu.
“SUNGHOON!!!! SUNGHOON!!!! LU JAHAT BANGET NGUNCIIN GUE DARI LUAR!! HIKSSS SUNGHOON PLISS JANGAN ISENGIN GUE, DI SINI GELAP, GUE TAKUT!!! SUNGHOON!!! PLISSSS BUKAIN GUE MAU TURUN!!” teriak Ningning histeris, ia benar-benar sangat ketakutan, namun tidak ada respon dari Sunghoon.
Ningning yakin bahwa jika ia mati di dalam loteng karena dingin dan ketakutan, arwahnya akan menyalahkan Park Sunghoon.
Gadis itu menangis dengan menatapkan jidatnya ke pintu akses loteng itu, dengan posisi ia bersujud, kedua kaki yang miring di sebelah kiri, ia menangis histeris.
Namun yang ia rasakan saat ini, ada hembusan nafas kasar dan panas mengenai leher dan telinga kirinya, ia berhenti menangis, ia termenung, terpaku merasakan hawa panas ini, ia melotot kaget.
Gadis itu yakin bahwa loteng ini tidak memiliki ventilasi udara, sehingga pengap dan debu menyelimuti udara di sekitar sini, bahkan sama sekali udara dari luar tidak bisa masuk ke loteng ini, namun hawa panas apa ini?
Ningning dengan penampilan yang sudah tidak rapi, rambut acak-acakan serta baju dan celana yang sudah kotor, ia mendongak, dengan raut wajah ketakutan, tubuhnya bergetar hebat akibat gugup, ia memberanikan diri untuk melihat di sebelah kirinya, hawa panas apa yang menerpa telinga dan lehernya.
“KKKKKYYYYYYYAAAAAAAAA!!!!!!!!” teriak Ningning dengan nyaring ketika melihat Jiyoon dengan kedua bola mata yang hilang, darah hitam bercucuran di kedua matanya, hidung dan mulut yang terbuka lebar menampakkan darah segar di sana, serta rambut acak-acakan, tak lupa dengan goresan luka yang ada di tubuhnya.
Jiyoon berubah menjadi monster.
KAMU SEDANG MEMBACA
sleeping run ✔️
Korkuketika mereka ingin berlibur ke alam, hutan dengan daun kering berguguran, siapa sangka mereka akan berpetualang menghadapi sekte pemuja setan akibat mantra yang mereka putar pada sebuah radio jadul yang Gaeul temukan.