#14

4.7K 218 4
                                    

"Tan? Gue kesana dulu ya?" Tanya sovi meninggalkan gue yang lagi speechless melihat kak abi pegang dan tarik pergelangan tangan sovi.

Disaat itu gue hanya bisa diam. Ya, kak abi yang melihat gue terdiam pun hanya menatap tanpa berekspresi sama sekali.

Sejak kejadian waktu itu, kak abi benar-benar total tidak pernah menyapa gue, dan bahkan untuk senyum tidak pernah!

Entah kenapa kak abi berubah secepat itu. Setelah dia meminta maaf gara-gara dia gak sengaja lempar bola basket itu dan sampai membuat luka dikening gue, dia menjadi berubah.

Bukan seperti Kak Abi yang gue kenal.

Sovi maupun Kak Niko, sama sekali tidak tahu akan perubahan Kak Abi terhadap gue.

Sakit memang.

Bagaimana tidak? Jika orang yang kita sukai, bahkan kita cintai pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Selalu terlintas dalam pikiran gue tentang kak abi. Rasa sesak di dada gue setiap kali mengingat akan kejadian yang pernah gue lewati bersama kak abi.

Meskipun gak banyak dan gak se-romance sovi, tapi itu cukup buat gue tersenyum-senyum sendiri.

Teringat saat kita pertama kali berkenalan dengan adegan harus bertubrukan badan dan mungkin jika gue dan dia gak bertubrukan, mungkin kita gak akan pernah kenal satu sama lain. Sampai ia selalu datang sebagai Pahlawan gue saat gue melewati masa-masa ada Kak Tamara.

Yaaa, semuanya sudah direncanakan oleh Tuhan. Sudah ditakdirkan gue harus mengalami rasa sakit di dada gue. Selalu gue bertanya pada Tuhan dalam doa, kenapa gue harus dipertemukan sama kak abi

Kenapa dia harus jadi firstlove gue? Kenapa sovi yang harus dapetin hati dia?

kenapa dan kenapa! Itu semua banyak pertanyaan muncul dikepala gue.

dan gue berpikir

Terkadang Tuhan mempertemukan dan bukan menyatukan.

Dari kalimat tersebutlah gue bisa menyimpulkan.

Mungkin memang kak abi gak pantes buat gue. Mungkin gue terlalu buruk di mata dia. Mungkin cinta gue bertepuk sebelah tangan atau, iya bukan Mungkin.

Tetapi sekarang gue mencoba untuk ikhlas, mencoba untuk melepas cinta pertama gue. Gue rela asalkan kak abi bahagia! Walaupun bukan dengan gue.

Tapi gue gak bisa.

⏩Skip

Hari ini cuacanya lumayan dingin. Matahari tertutup awan dan membuat gue harus memakai sweater ke sekolah.

Gue berjalan dikoridor sekolah menuju ruang musik. Saat jam istirahat ini memang cocok untuk mengisi waktu luang dengan bermain piano, karena perut gue masih kenyang dengan sarapan pagi tadi.

Saat gue udah masuk didalam ruang musik, gue pun segera menuju piano dan mengambil posisi yang baik untuk segera memainkan piano. Saat, gue udah menekan tuts hitam dan putih tersebut, diujung piano tersebut ada sesuatu yang janggal.

Gue segera menoleh keujung piano tersebut, dan ternyata disana ada setangkai bunga mawar putih yang masih segar.

Gue mencoba mengambilnya, dan menghirup aroma dari bunga tersebut.

"Ini bunga siapa?" Tanya gue pelan sekaligus kebingungan. Gue menoleh kesana kemari namun hasilnya nihil. Tidak ada satu pun orang di ruangan ini kecuali gue.

Gue segera menaruhnya kembali dan membuang pikiran yang aneh-aneh dikepala gue dengan segera memainkan lagu Justin Bieber - Love Your Self

Niko's POV

Sorry I Can't Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang