#11

5.3K 237 11
                                    

Hari telah berlalu, waktu terasa begitu cepat. Tidak terasa ternyata sudah satu minggu sejak kejadian itu berlalu.

Aku menolak lupa akan semua itu. Aku masih ingat dan hafal betul dengan alur cerita yang ku alami saat itu. Rasa sesak dan sakit di dada semakin menjadi, setelah kak Abi meminta kontak Sovi. Belum lagi harus melihat mereka yang selalu mesra dan mereka berdua terlihat benar-benar cocok dan sangat kompak.

Membuat hati kecil ku bertanya

"Apa aku harus mundur? Apa aku harus rela untuk kebahagiaan kedua orang yang aku sayangi ?"

Bingung

Entah mengapa pikiran ku lebih memilih 'mundur' tetapi hati berkata sebaliknya 'maju'

Hati dan pikiran tidak selalu sama, tidak selalu beriringan seirama senada.

Melihat mereka berdua, membuat air mata bebas meluncur turun dari tempatnya.

Mencoba tegar! Tapi tetap saja hati ini terluka, sedikit demi sedikit, perlahan demi perlahan. Luka yang ada di hati ku pun semakin dalam!

Ini yang ditakutkan saat jatuh cinta.

Terlebih lagi jika ia cinta pertama kita. Bagaimana bisa aku mencoba melupakannya? kalau ternyata hati ini masih menginginkan dia, menginginkan yang tak pasti.

Menginginkan dia selalu ada untuk ku

Rasa suka terhadapnya membuat ku tanpa sadar berubah menjadi rasa sayang. Entah bagaimana, mungkin ini yang disebut diam-diam menyayangi seseorang. Begitu dalamnya sampai hati ini sangat sakit dan sedih

Berharap?

Itu terlalu konyol.

Percuma saja berharap pada orang yang tidak peka. Orang yang tidak mengetahui jika disebrang sana ada seseorang yang menunggunya, yang mencintainya dengan tulus.

Apa boleh buat ?

Hanya sakit yang bisa dirasakan

Setiap kali melihat mereka berdua, membuat air mata menggenang di pelupuk mata. Dan jika sudah tidak kuat, seringkali meluncur tanpa permisi terlebih dahulu.

Kini aku merasa, diri ku lemah tanpa dirimu

Aku ingin bersama berdua selamanya. Jika aku mbuka mata ini, aku ingin selalu ada dirimu, dalam kelemahan hati ini bersama engkau aku akan selalu tegar.

Kriingg..Kriingg..Kriingg.. bel istirahat berbunyi. Murid-murid pun berhamburan keluar kelas.

"Tan, yuk ke kantin!?" Ajak Sovi sambil mempersiapkan diri ke kantin, merapihkan rambutnya hingga terlihat sempurna

"Lo duluan ajah, gue nyusul, biar lo sama kak abi ajah" Ujar ku bernada flat dan sebisa mungkin tersenyum. Ya, tersenyum karena terpaksa.

Sovi pun berdecak kesal "Gue gak mau sama dia! Ilfeel tau gak sih" ucapnya sambil mengibaskan rambutnya yang lurus dan indah itu.

"Kok gitu sih sov? Kak Abi kan baik, dia selalu ada buat lo! Kenapa lo malah gitu?" aku berkata dengan sedikit nada penekanan. Bisa-bisa nya Sovi mencap kak Abi menjijikan,  pikir ku

"Kok lo jadi sewot sih tan?" Tanya sovi bingung dan menatap ku dengan penuh tanda tanya di kepala nya

"Yaa.. gu-gue gak suka ajah!" aku langsung membuang muka dan bergumam pelan

"Bego bego kelepasan!"

"Yaudah gue sama revan ajah deh! Revan udah tungguin gue, kalo lo laper ke kantin yak? Jangan ke perpus!" Ucap sovi sambil memukul-mukul meja dan sesekali membenarkan rambutnya.

Sorry I Can't Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang