6. Omongan Orang

445 89 10
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mengucapkan kata-kata yang jahat ke orang lain itu seperti meneteskan air yang sangat panas ke kulit seseorang. Air panas tadi akan berubah jadi air dingin, tapi bukankah kulit yang terkena air panas itu akan melepuh dan terasa sakit?
~Davina Nur Latifah~

Tidak Bolehkah Aku Bahagia?
Rani Septiani

***

Perhatian!
Mohon maaf apabila terdapat kata-kata kasar dan tindakan kasar di dalam cerita ini. Mohon untuk tidak ditiru!
Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya. 😊🙏

***

Jangan lupa untuk membaca Surah Al-Kahfi dan perbanyak membaca shalawat yaa.

***

Selamat membaca.

***

Setibanya di kantor pos, aku membuka helm. Mengaca di spion dan membuka ikat rambut, membiarkan rambut panjang sepinggang dengan bagian bawah diombre ini tergerai indah. Dua hari yang lalu, aku baru saja mengganti warna rambut. Orang salon menyebutnya blue galaxy, perpaduan warna ungu dan biru tua yang sangat .... sangat menawan. Satu kata yang aku ucapkan waktu itu saat melihat warna baru rambutku, perfect. Setelah merapikan rambut yang terkena angin, aku membuka tas dan mengambil lip tint berwarna maroon. Mengoleskannya di bibir tipisku. Ya, padahal aku sudah terlambat ke kantor pos ini. Tapi, bagiku penampilan tetap nomor 1. Bukan, bukan untuk membuat para lelaki melirik. Tapi, aku suka penampilan yang rapi dan menawan.

Aku mengambil paketan yang aku taruh di jok belakang dan di kardus di bagian depan. Berat? Pasti. Tapi aku bukan tipe cewek-cewek manja dan tidak mau mengangkat barang berat. Aku sudah biasa melakukan ini. Aku mulai melangkah ke dalam kantor pos. Menaruh kardus di bawah kursi kosong lalu mengambil nomor antrean. Kenapa aku ngotot ingin datang pagi? Karena aku paling tidak suka mengantre. Lihat saja, jam segini sudah ramai. Aku paling tidak suka keramaian, sangat tidak suka.

Beberapa orang yang duduk di depanku memperhatikan membuat aku sebal dan memutar bola mata malas. Pasti, jika ada orang yang tampak berbeda contoh dari segi penampilan. Pasti mereka akan memberikan tatapan. Entah itu kagum, risih, atau menganggap norak. Menurutku mereka yang norak. Suka-suka orang ingin berpenampilan seperti apa. Toh, tidak merepotkan mereka. Kenal aja tidak.

"Ada orang luar nyasar nih," celetuk kumpulan cewek-cewek yang duduk di dekatku membuat aku menoleh dan memberikan tatapan sinis. Kulitku memang putih, bahkan masuk kategori sangat putih. Ditambah rambut yang aku beri warna. Makanya mereka mengejek seperti itu.

Dasar! Tukang nyinyir. Pikirku sembari tersenyum sinis.

"Sok sok an biar viral paling tuh orang. Atau mau godain cowok-cowok tajir," sahut temannya yang satu lagi.

Oke. Aku sangat muak sekarang. Tahan. Aku tidak mau membuat keributan di dalam kantor pos.

Akhirnya dua orang cewek itu selesai mengirimkan paketannya dan kini giliran nomor antreanku. Aku mengerjakan semuanya dengan cepat.
Berjalan setengah berlari untuk mengejar dua perempuan tukang nyinyir tadi.

"Heh!" panggilku saat tiba di parkiran. Mereka berbalik badan. Tunggu, mereka masih mengenakan seragam SMA dijam sekolah? Fix, bolos!

"Iyaa tante," jawab perempuan bertas warna hitam. Ada name tag, namanya Fila.

Bolehkah Aku Bahagia? | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang