5. Ditolong Lagi

469 91 9
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mereka hanya datang disaat membutuhkan bantuan kita dan pergi saat dibutuhkan. Tanpa peduli apa yang kita rasakan.
~Arisha Kirana Nafisha~

Tidak Bolehkah Aku Bahagia?
Rani Septiani

***

Perhatian!
Jika terdapat kata-kata kasar di dalam cerita ini. Mohon untuk tidak ditiru!

***

Aku kembali terduduk di kasur. Kalian percaya tidak. Sekarang aku tidak pernah berinteraksi dengan teman ataupun keluarga. Aku benar-benar sendiri menjalani hari. Teman online pun hanya beberapa, itupun tidak akrab. Aku kenal mereka saat mengikuti seminar tentang bisnis. Dan, kini ada seseorang yang mengkhawatirkanku. Aku sungguh terharu. Apa dia benar-benar peduli? Atau sebatas kasian? Aku pernah menemui yang seperti itu. Dan kalian tahu? Mereka perhatian karena ada maunya. Dan aku muak dengan semua itu! Makanya aku tidak terlalu menaruh rasa peduli atau bersikap ramah pada mereka. Buang-buang waktu saja! Toh, mereka hanya bersandiwara peduli padaku.

Ana
Lukanya udah nggak sakit. Thanks.

Putra
Alhamdulillah. Jangan lupa salamnya dijawab ya

Aku memgerutkan dahi. Maksud Putra apa?

Ana
Salam?

Putra
Iyaa yang ini Assalamualaikum. Kamu jawab Waalaikumussalam. Jawabnya boleh diucapan tanpa diketik di chat. Kalau mau diucapkan terus diketik juga lebih bagus hehe. Karena menjawab salam itu wajib

Ana
Oke. Waalaikumussalam

Aku menaruh ponsel di atas nakas dan menuju kamar mandi dengan berbagai pertanyaan yang bermunculan di dalam kepala. Ternyata ada orang yang seperti Putra? Mau berbagi hal yang dia tahu bahkan ke orang yang tidak dikenalnya. Bahkan dia mengkhawtirkan orang yang tidak dikenalnya. Aku selama ini beranggapan kalau orang-orang hanya peduli pada orang yang mereka sayangi, pada orang yang menurut mereka penting. Apa aku salah beranggapan seperti itu?

***

Aku menguap untuk kesekian kalinya, ingin tidur tapi barang-barang yang harus aku packing masih sangat banyak. Bahkan pinggang dan pundakku sudah terasa sakit dan pegal.

"Apa gue harus nyari karyawan? Tapi gue nggak pernah sepenuhnya percaya sama orang lain."

Hal lain yang tidak aku sukai adalah perdebatan antara kata hati dan logika. Itu benar-benar membuat kepalaku pusing dan sakit. Lagipula, kata hati dan logika jarang sekali sejalan. Jika ada, itu sangat jarang.

"Nggak tahu! Pusing gue mikirin itu. Mending gue kerjain sekarang. Dari pada itu pelanggan pada ngomel, bikin hati dan pikiran gue panas!"

Aku melihat jam dinding yang terus mengeluarkan bunyi setiap kali berdetak. Sekarang pukul 01.00 dini hari. Pantas saja aku sudah menguap beratus-ratus kali. Pundakku semakin terasa panas saking pegalnya. Tapi barang-barang ini baru setengahnya aku packing. Biarpun aku tidak suka untuk bersikap peduli pada orang lain, ada pengecualian untuk barang-barang orderan pelanggan. Siapa tahu mereka sangat butuh barang ini segera sampai. Ya, aku hanya peduli pada mereka yang order barang-barang di online shop ku. Di luar itu, aku tidak peduli.

"Putra ... lo lagi ngapain ya? Pasti dia udah tidur. Tapi gue pengen telepon dia."

"Ishh, ngapain jadi mikirin cowok itu sih? Ana buruan lo beresin, ngapain mikirin cowok yang nggak lo kenal. Jangan mudah luluh, hanya karena dia bersikap baik ke lo. Inget itu!" Aku memperingatkan diriku sendiri.

Bolehkah Aku Bahagia? | TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang