بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
***
Untuk sebagian orang mungkin belum paham. Untuk sebagiannya lagi mungkin sudah paham dan memilih abai karena terasa menyenangkan.
Tidak Bolehkah Aku Bahagia?
Rani Septiani***
Aku sampai menahan napas saat memperhatikan wajahnya. Dia ... begitu tampan. Bahkan sangat tampan. Belum pernah aku bertemu lelaki setampan dia selama ini. Siapa dia? Apakah dia pangeran? Atau seorang aktor?
"Ekhem," dehaman cukup keras darinya membuat kesadaranku terkumpul.
Aku menunduk malu. Kenapa aku malah menatap dia selama itu? Memalukan! Tidak pernah aku terpesona dengan seorang lelaki. Bahkan mereka sama sekali tidak menarik perhatianku.
Kruyukk
Tangan kiriku memegangi perut yang berbunyi. Aku sampai lupa dengan tujuan awalku adalah mencari makan. Tetapi bagaimana? Aku tadi hanya membawa uang seratus ribu dan tidak membawa dompet.
Lelaki tampan ini bangkit dan memberi tahu seseorang yang duduk di bagian depan. Mungkin itu supir pribadinya, begitu pikirku.
Dia menuju warung setelah mobil melaju. Aku tidak mengerti kenapa dia tidak ikut dengan mobil itu? Karena aku yakin itu adalah mobilnya.
"Kalau saya boleh tahu, tadi kejadiannya gimana?" tanyanya sembari menyerahkan air di botol mineral. Aku menatap botol yang masih mengambang di udara itu.
"Jangan takut. Ini air mineralnya masih bersegel dan baru saya beli dari warung itu." Dia menunjuk warung yang tadi aku membeli bensin eceran.
Aku mengambil air mineral itu dan mengucapkan terima kasih. Kami duduk dengan jarak 1 meter.
"Kamu belum jawab pertanyaan saya," ungkapnya setelah keheningan menyelimuti kami.
Aku berusaha mengingat kejadian yang terjadi sangat cepat itu, "Tadi gue kehabisan bensin dan ngisi bensin eceran di warung itu. Terus waktu gue nyimpen uang kembalian ke sling bag, ada motor yang ngedeketin. Mungkin karena gue megang tali sling bag cukup kuat akhirnya mereka pakai pisau untuk memutus tali sling bag. Tapi malah kena lengan kanan gue." Aku terdiam setelah menjelaskan. Cukup heran kenapa aku bisa berkata panjang lebar pada orang yang tidak aku kenal. Bahkan aku terkenal cuek dan dingin. Lebih suka mengacangi orang yang bertanya atau mengajak aku bicara karena menurutku mereka nggak bener-bener peduli, hanya sebatas penasaran.
"Isi tasnya apa aja? Dompet sama handphone di dalam tas?" tanyanya lagi.
Aku menggelengkan kepala. "Gue nggak bawa dompet. Handphone ada di saku celana soalnya tadi sebelum isi bensin ada yang nelpon."
"Saya nggak akan menyalahkan kamu karena keluar malam. Karena pasti kamu punya alasan kenapa keluar malam. Tapi, emang ada baiknya perempuan nggak keluar malam apalagi sendirian karena berbahaya. Masih terasa sakit lukanya?" tanyanya di akhir kalimat.
Jujur, aku terharu dengan apa yang diucapkannya. Setelah belasan tahun, baru kali ini ada yang mengkhawatirkan bahkan ngasih nasihat tanpa menyudutkan atau menyalahkan.
Lagi-lagi aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya. Semuanya terasa gamang, membuat aku terkejut. Di satu waktu aku mengalami hal menyeramkan sekaligus mengharukan.
"Jangan khawatir sama obat-obat yang saya kasih tadi. Di saya ikut organisasi palang merah indonesia. Jadi tahu gimana cara menangani luka. Asal bukan luka di hati apa." Dia terkekeh setelah berkata itu membuat seulas senyuman terukir dari bibirku.
Bagian hoodie yang menutupi kepalaku terbuka membuat angin menerbangkan beberapa anak rambutku.
"Kita udah ngobrol. Tapi saya belum tahu nama kamu. Oh iya, nama saya
Adzriel Rafiq Syahputra. Terserah kamu mau manggil apa, kalo orang-orang manggil saya Putra. Kalau nama kamu?"Aku bingung, dia mengajak berkenalan tapi tidak mengulurkan tangan kanannya. Akhirnya aku mengulurkan tangan kanan, mungkin dia lupa karena asyik menatap kendaraan yang berlalu lalang. "Nama gue Arisha Kirana Nafisha. Panggil aja Ana."
Dia menoleh dan tersenyum lalu menangkupkan kedua tangannya di depan dada membuat aku mengernyitkan dahi. Kenapa dia tidak mau bersalaman denganku? Apa dia merasa jijik padaku?
"Maaf. Kamu dan saya bukan mahram sehingga saya tidak bisa berjabat tangan denganmu," ucapnya hati-hati.
"Mahram? Apa itu?"
"Mahram adalah adalah semua orang yang haram untuk dinikahi selamanya karena sebab keturunan, persusuan dan pernikahan dalam syariat Islam. Jadi teman kita yang lawan jenis itu bukan mahram sehingga tidak boleh bersentuhan dengan kita."
"Tapi banyak tuh orang yang bukan mahram gandengan tangan, bahkan pelukan. Misal lagi jalan sama pacarnya terus gandengan tangan."
"Untuk sebagian orang mungkin belum paham tentang batasan bergaul dengan yang bukan mahram. Untuk sebagian lagi mungkin sudah paham tapi lebih memilih abai karena semua itu terasa menyenangkan. Kesenangan yang menipu karena sebenarnya itu dosa. Kita doakan aja semoga mereka segera sadar kalau yang dilakukannya itu tidak benar."
Aku mengangguk-anggukkan kepala. Bahkan aku baru tahu kalau bersentuhan dengan yang bukan mahram itu dosa.
Mobil itu kembali datang, lelaki berusia kisaran 40 tahunan itu keluar sembari membawa plastik dan menyerahkannya pada Putra.
"Mungkin kamu keluar malam karena mau beli makanan. Tapi yang jual makanan dari sini masih lumayan jauh. Jadi kamu terima ini ya. Nanti dimakan di rumah kalau disini nggak ada sendok dan piring soalnya." Dia menjelaskan sembari menyerahkan plastik berisi nasi goreng, bakso dan martabak. Kenapa aku bisa tahu? Plastiknya bening jadi terlihat.
Aku ragu untuk menerima. Selama ini aku tidak pernah diberi makanan oleh orang yang tidak aku kenal. Bahkan orang terdekatku pun abai.
"Ambil ya, saya marah kalau kamu nggak ngambil makanan ini. Tenang aja nggak dikasih apa-apa di makanannya. Kalau kamu kenapa-kenapa setelah makan ini kamu bisa hubungi saya untuk minta tanggung jawab, ini kartu nama saya."
Akhirnya aku mengambil makanan itu. "Terima kasih," cicitku. Membuat dia tersenyum sembari mengangguk.
"Bisa bawa motornya?" tanyanya lagi membuat aku mengangguk.
"Ya udah saya ikutin dari belakang sampai rumah kamu. Ayo," ucapnya dan lagi-lagi aku hanya mengangguk.
***
Ada yang kangen? Kangen sama cerita ini maksudnya hehe. 😆
Saya mau tahu nih kalian dari daerah mana aja? 😍
Udah gabung di grup chat saya belum? 😀Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share something from this story.
Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama. Jangan lupa shalat tepat waktu yaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bolehkah Aku Bahagia? | TERBIT
SpiritualAku tahu, Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya. Tetapi aku merasa tidak akan sanggup melalui ujian ini. Lantas, aku harus bagaimana? Bolehkah aku menyerah saja? Tapi aku takut. Start : 13 - 10 - 2020 Finish : 24 - 04 - 2...