bag 21. Tak bisa salahkan Takdir.

2.7K 270 22
                                    


◎◎◎◎◎◎

"Maaf atas perkataan Yibo sebelumnya. Dia belum dewasa untuk memikirkannya, jadi ..."

"Benar! Dia belum dewasa, dan kau meracuni otaknya dengan hal yang ..."

"Ge, hentikan!" Wang Yibo menatap Wang Jiang dengan kesal.

"Aku datang kesini untuk mengantarnya pulang. Mungkin aku terlambat mengatakan ini, tapi aku benar-benar minta maaf karena sudah membawanya tanpa ijin kalian." Xiao Zhan menoleh dan menatap Wang Yibo yang duduk di sampingnya. "Aku memang sudah bersalah karena membawanya tanpa ijin, kalian bisa menghukumku atas apa yang aku lakukan. Tapi, aku dan Wang Yibo benar-benar saling mencintai ..." Tuan dan Nyonya Wang hanya bisa diam mendengar penuturan itu, sedangkan Wang Jiang sudah tampak ingin memaki Xiao Zhan saat itu juga. "Jika di ijinkan, kami ingin hidup bersama ..."

"Tidak! Itu tidak akan pernah terjadi!" Wang Jiang menatap kedua orang tuanya, "Ayah, Ibu, kalian tidak akan membiarkan itu bukan, itu tidak mungkin. Mereka sudah salah, Ayah ... katakan sesuatu!"

"Jiang, tenanglah." Tuan Wang menatap putra sulungnya dengan tenang, lalu beralih menatap Xiao Zhan. "Apa kau sadar apa yang sedang kau bicarakan?"

"Paman, aku bicara secara sadar sepenuhnya!" Xiao Zhan menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan, dia akan menerima apapun keputusan yang di berikan oleh Tuan Wang.

"Tidak ada pilihan lain, kalian bahagia bersama, bukan?" Wang Jiang menatap Ayahnya tak percaya.

"Ayah, apa yang ayah katakan!"

"Jiang, berapa lama kau sudah bersama adikmu?" Wang Jiang terdiam mendengar pertanyaan Ayahnya, "apa pernah, kau mendengar bantahannya, apa kau tau, sudah berapa lama dia selalu mengikutimu. Bahkan menjadi dokter bukan keputusannya, melainkan dia sangat kagum denganmu dan memilih menjadi dokter. Apa kau pernah bertanya padanya apa yang dia sukai?" Wang Jiang semakin terdiam, Tuan Wang benar, selama ini, Wang Yibo selalu mengikuti dirinya, bahkan apa yang di sukai dirinya, Wang Yibo selalu berharap memberikannya.

"Apa yang di katakan Ayahmu itu benar, Jiang. Selama ini, Adikmu selalu saja mengikutimu, ini adalah kali pertamanya memiliki pemikiran berbeda untuk dirinya sendiri." Nyonya Wang menimpali.

"Tapi tidak harus bersama dengan ..." Wang Jiang bahkan malu untuk mengatakannya.

" ini adalah keputusannya, Ayah, Ibu dan juga kau. Hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk adikmu," Nyonya Wang menatap Xiao Zhan, lalu tersenyum, "aku titipkan putraku padamu. Jika dia membuat kesalahan, kembalikan dia pada kami!"

"Ibu!" Wang Jiang masih tidak terima dengan keputusan kedua orang tuanya. Namun, Nuonya Wang sudah menapuk lengannya dengan pelan.

"Jiang, selama ini, dia sudah melakukan banyak hal untuk kami dan juga kau. Kali ini, biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan untuk dirinya sendiri!"

"Benar, kami merestui kalian. Kalian juga boleh datang kapanpun kalian mau." Timpal Tuan Wang. Wang Yibo tersenyum bahagia, dia tidak menyangka, ternyata, selama ini yang dia takutkan bukanlah keluarganya, melainkan dirinya sendiri.

"Terima kasih, Paman, Bibi." Xiao Zhan juga ikut tersenyum. Nyonya Wang meminta Xiao Zhan dan Wang Yibo untuk makan siang bersama, setelah itu, merekapun membicarakan hubungan keduanya yang kini sudah terlalu jauh. Nyonya Wang mengatakan agar mereka cepat menikah saja. Tuan Wang juga setuju, hanya Wang Jiang yang belum menyetujui pilihan adiknya itu.

"Kalau begitu, aku pamit dulu." Hari sudah malam, sudah saatnya, Xiao Zhan untuk pulang. Wang Yibo yang sejak tadi duduk dengan tenang mendengarkan pembicaraan kekasihnya dengan keluarganya itu langsung ikut berdiri.

"Kau mau kemana?" Wang Jiang menahannya, lalu menarik Wang Yibo agar kembali duduk.

"Tentu saja pulang." Wang Yibo kembali berdiri lalu segera mendekati Xiao Zhan dan berdiri di belakangnya.

"Yibo ..."

"Tidak! Biarkan aku ikut!" Tuan dan Nyonya Wang ikut berdiri, begitupun Wang Jiang.

"Biarkan saja, Yibo, kau boleh ikut dengannya. Tapi ingat, rumah ini tetap terbuka untukmu, kau boleh datang kapanpun jika kau mau!" Nyonya Wang tersenyum begitu hangat. Air matanya sudah tidak lagi terlihat, justru dia tampak senang karena putranya sudah kembali setelah sekian lama.

"Ibu ..." Xiao Zhan tersenyum, lalu mereka pulang menuju rumah Xiao Jun. Di perjalanan pulang, tidak ada yang bicara, keduanya sama-sama diam, bahkan Xiao Zhan sama sekali tidak melihat ke arah Wang Yibo yang duduk di sampingnya. Setelah sampai di rumah Xiao Jun, Xiao Zhan meminta Wang Yibo untuk tidur di kamarnya, sedangkan dirinya tidur di kamar tamu. Wang Yibo awalnya menolak, lagi pula, selama ini mereka tidur di kamar yang sama. Tapi dengan alasan 'ada ayah Xiao Zhan' akhirnya Wang Yibo menyetujuinya.

"Tidurlah, sudah malam!" Xiao Zhan keluar dari kamarnya, Wang Yibo menahannya.

"Ge ..." panggilnya.

"Ada apa?"

"Apa ada masalah? Sejak tadi, kau terus diam dan tidak mengatakan apapun." Xiao Zhan tersenyum ke arah Wang Yibo lalu menggeleng pelan.

"Tidak apa-apa, tidurlah, sudah malam. Aku akan keluar sekarang, jika butuh sesuatu katakan saja padaku atau ayah." Wang Yibo akhirnya mengangguk. Xiao Zhan langsung keluar dari kamarnya, lalu menemui Xiao Jun yang tengah duduk di sofa ruang tamu sambil meminum bir.

"Berhenti minum, Ayah. Itu tidak baik untuk kesehatanmu!" Xiao Jun menoleh.

"Aku bukan kau!" Xiao Jun menenggak satu gelas bir di tangannya.

"Sudah lama bukan?" Xiao Jun menatap putranya.

"Kenapa kau kembali?" Xiao Zhan duduk di samping Ayahnya, lalu menuang bir ke gelas sang Ayah.

"Aku ingin menitipkannya ..." Xiao Jun tertawa pelan.

"Sudah aku duga!" Xiao Jun menunduk, lalu menangis dalam diam.

"Ayah, tolong jangan beri tahu dia ... apapun yang terjadi ..."

"Berapa lama lagi?"

"Mungkin satu minggu ..."

"Kau benar-benar!" Xiao Jun menahan napasnya, "aku membaca buku kecil yang kau simpan di lemarimu!"

"Ayah sudah tau ..."

"Jadi, kau berpikir akan datang saat itu?"

"Waktuku tidak lama lagi ... aku hanya bisa menitipkan dia pada Ayah. Mungkin aku sudah terlalu jauh, dia harus kembali pada keluarganya, cepat atau lambat."

"Kenapa kau tidak memberi tahunya saja?"

"Sudah terlambat, Ayah. Meskipun aku memberi tahunya, tidak akan ada yang berubah. Kami memang tidak bisa bersama. Satu tahun ini, aku sudah melalui banyak hal bersamanya, itu sudah cukup. Kami juga sudah membuat banyak kenangan, itu akan membuatnya bisa mengenangku kapanpun!" Zhan kembali menuang bir ke gelas Ayahnya, lalu menatap sang Ayah yang sudah sedikit mabuk.

"Tidak perduli berapa kali, aku masih tidak bisa berkata apapun. Kau adalah putraku satu-satunya, aku hanya ingin melihatmu bahagia, melihat bagaimana kau menikah, menjalani kehidupan dengan istrimu, memiliki cucu yang lucu dan mereka akan memanggilku kakek. Tapi kai sudah memilih jalanmu, aku tidak akan pernah bisa mengubah jalan orang lain, meskipun itu anak ku sendiri.

"Ayah ..."

"Jika kau kesulitan ... katakan pada Ayah."

"Jika aku sudah tidak ada, tolong bawa aku kepada Ibu. Aku ingin berada di dekatnya, dan satu lagi ... jangan beri tahu dia ..." Xiao Jun semakin menangis, dia bahkan tak bisa menahan tangisannya. Xiao Zhan tak bisa bicara lagi, diapun hanya bisa memeluk Ayahnya dari samping. Ini bukan salahnya, dia juga tak bisa menyalahkan takdir, dia hanya bisa pasrah pada takdir yang sudah mengikatnya. Terus mengalir dan tidak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya.

◎◎◎◎◎

[BL] Back Time [YiZhan] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang