Langit senja mulai melenyapkan jingga hingga nampak berbagai warna pada kanvas bernama angkasa. Gedung fakultas seni kian ramai menjelang petang, selasarnya dipenuhi para pemuda yang bercengkrama serta saling melempar canda. Semilir angin berlalu, melintasi satu per satu manusia yang menduduki pendopo tepat di samping gedung tua itu. Dari kejauhan, terlihat seorang pemuda bangkit dari duduknya dihiasi tawa jenaka.
"Cabut duluan gua," tuturnya pada segelintir para lelaki yang tersisa.
Lambaiannya mengiringi langkah yang ditempuhnya, tetapi dari arah belakang seorang lelaki berkaki jenjang berlari menghampiri. Dedaunan di bawahnya turut berterbangan sebab larinya terlampau cepat.
Si pelari menepuk bahu orang itu sembari terengah. Katanya, "Janu, tunggu—" ia membuang napas seraya menegakkan kembali tubuhnya. "—nama lu Januar?"
Ada hening cukup panjang sampai alunan violin dan piano saling bersahutan memperdengarkan Canon in D Major oleh Johann Pachelbel yang berasal dari ruang musik. Keringat pria yang berlari menetes jatuh, membentur batu-batu di bawah alas kakinya. Dia tak mengalihkan sejengkal pun pandangan dari pemuda yang disebutnya Januar.
"Iya betul, gua Januar."
Sejurus setelah suara Januar mengudara, ada kepalan tangan yang turut mengudara tepat di permukaan kulit wajahnya.
◯

KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa
FantasíaIa sanggup mengatakan sampai jumpa ketika bahkan tiada jumpa yang pernah tercipta antara kita. -------------------- Sampai Jumpa Copyright © 2021 by make-awish