Level 7: Pak Taeil Genit

11.7K 944 122
                                    

Karakter Play Date (7)

Karakter Play Date (7)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeil
(Dosen genit)

Genre: Romance - Life

""""""""""""""""""""""""""""

YOU POV

Rabu, 25 November 2020

Aku duduk di sebuah taman yang berada di fakultas sains sejak pagi hari menunggu kedatangan Hwanwoong, pemain Play Date yang katanya telah berhasil menyelesaikan permainan kematian itu. Aku meniatkan hari ini untuk beristirahat agar permainan itu tak melanjutkan secara acak tanpa persetujuan dariku terlebih dahulu.

Hampir dua jam, aku menunggu di taman ini namun keberadaan Hwanwoong tak kunjung terlihat. Tak ada aktifitas yang berarti di kampus ini maupun semua kampus di negeri ini karena semua aktifitas belajar mengajar berbasis online. Aku juga tak mengetahui kontak Hwanwoong yang dapat dihubungi, serta keberadaan handphone-ku yang benar-benar tak kembali walaupun aku sudah menyelesaikan permainan yang melibatkan Haechan.

Aku merasa seperti orang bodoh disini, menunggu seseorang yang bahkan mungin tak tahu aku menunggunya. Aku putuskan untuk kembali ke apartemenku. Aku berjalan menuju halte bus kampus, suasana kampus ini sangat sepi tak seperti hari-hari sebelum pandemi. Aku dudukan diri di halte bus.

Aku menatap kosong jalanan di hadapanku. Aku tak bisa menghubungi orang tuaku dan ingatan tentang mereka perlahan-lahan menghilang dari ingatanku. Aku bahkan tak bisa mengingat bagaimana wajah ibu dan bapakku. Semakin aku masuk ke dalam game ini, semakin aku tak merasakan hidup di dunia nyata. Seperti dikendalikan oleh seseorang. Ah, mungkin hanya perasaanku saja.

Aku membenarkan posisi masker di wajahku hingga aku menangkap sosok seorang perempuan dengan life bar di atas kepalanya. Jangan-jangan, itu karakter Play Date?!

Sontak aku bangun dan langsung ingin mengejar wanita itu hingga,

Tinn!!

Aku terduduk ke aspal dengan mobil yang hampir manabrak tubuhku dari samping. Sedikit lagi, mungkin aku sudah terpental ke depan tak sadarkan diri.

"Yak!! Kalau nyebrang liat-liat dong!!" seorang laki-laki pengemudi mobil tersebut pun turun sambil memaki ke arahku. Ia lebih tua dariku, namun memiliki wajah yang sangat tampan dan tinggi tak terlalu menjulang. Lelaki itu membantuku bangun karena beberapa orang yang berada di sekitaran halte bus mulai menaruh perhatian pada kami.

Ting!

Bunyi itu, benar saja lima bar muncul di atas kepala bapak yang hampir menabrakku, yang menandakan dia adalah karakter Play Date yang terpilih acak. Astaga, mulai lagi?

"Maafkan saya pak." ucapku, membungkukkan tubuhku pada lelaki itu 90°.

"Iya, lain kali hati-hati ya. Kamu gak luka kan?" tanya lelaki itu tetapi setelah melihat luka yang belum sembuh benar di pelipisku, ia menjadi panik.

"Pelipismu terluka, ayo bapak antar ke rumah sakit!" ajak lelaki itu untuk masuk ke dalam mobilnya. Karena ada sebuah bus yang ingin berhenti di halte tersebut, aku putuskan untuk ikut bersama karakter ini. Ada-ada saja, padahal aku hanya terjatuh kecil tadi, aku bahkan tak merasakan sakit apapun di tubuhku.

Sepanjang perjalanan, aku hanya diam. Tak berani menatap lelaki yang mengemudi di sampingku. Ia berpakaian formal seperti tenaga pendidik di kampusku dan aku sadar ia lebih dewasa dariku. Itulah sebabnya ia terlihat sangat menarik di mataku.

"Maaf pak, luka ini bukan dari tabrakan tadi." ucapku yang memecah tawa lelaki itu pelan.

"Iya, bapak tahu kok." ucapnya. Aku telah ludahku dengan susah. Ia memputar sebuah siaran radio mengenai berita kecelakaan sebuah mobil yang terjadi di jalan poros kota Seoul. Entah mengapa, aku menjadi lebih sensitif setelah mendengar kata jalan poros kota Seoul.

"Luka itu sudah dari beberapa hari yang lalu kan?" tanya bapak yang belum aku ketahui namanya.

"Iya pak." jawabku sedikit gugup.

"Kamu kemana aja seminggu kemarin, kok ga ikut uas di matkul bapak?" Aku menoleh, menatapnya bingung.

"Uas? Di matkul apa pak?" tanyaku. Bapak itu terlihat sedikit kesal saat aku menanyakan hal itu.

"Hukum dagang? Kamu lupa mata kuliah bapak?" bukan lupa tapi aku tak tahu pak. Duh, itu mata kuliah dari jurusan apa lagi? Aku tak tahu karena aku aslinya kuliah di jurusan ekonomi dan tidak belajar mengenai hukum dagang di semester ini. Ah, mungkin aku di universe ini berkuliah dalam jurusan yang lain.

"Nama bapak siapa?" tanyaku tak perduli.

"Hayo, masa nama bapak aja kamu lupa?" tanya Taeil balik dengan nada bicara yang membuatku kesal.

"Iya lupa pak, saya amnesia." ucapku yang memecah tawa pak dosen ini begitu kencang.

"Kamu nih, ada-ada aja." ucapnya. Aku juga ikut tertawa paksa bersamanya.

"Nama bapak, Moon Taeil."

"Ah, pak Taeil.. Iyaa ingat pak." ucapku mulai berbicara akrab dengannya.

"Katanya amnesia tadi?"

"Ngak pak, maaf khilaf." ucapku yang langsung mendapatkan cubitan kuat di pipi dari pak Taeil. Ini benar-benar dosen rasa teman.

"Kamu tak mendapat kabar dari temanmu tentang uas matkul bapak?" tanya Pak Taeil yang melajukan kembali mobilnya seelah melalui lampu merah.

"Nah itu pak, handphone saya hilang jadi saya tak tahu kabar apapun." ucapku.

"Kamu tak punya teman?"

Aduh, bukan begitu pak..

"Pak, bolehkah saya ujian susulan?" tanyaku. Pak Taeil terdiam guna berpikir.

"Ga perlu ujian susulan juga gak papa kok." ucapnya. Benarkah?

"Benarkah pak? Saya tak perlu ujian susulan? Apakah bapak akan menuntaskan nilai saya?" tanya bertubi-tubi. Dapat kulihat senyuman penuh arti di wajah pak Taeil.

"Ya, tidak tuntas kan tidak ikut ujian." ucapnya meruntuhkan semangat hidupku. Ah, yang benar saja.

"Saya ujian susulan aja kalau begitu pak,"

"Kamu mau handphone dan nilaimu tuntas menjadi A?" tawar pak Taeil sangat-sangat menggiurkan.

"Iya mau pak!" jawabku antusias. Mobil ini pun berhenti di depan sebuah rumah makan.

"Tapi ada syaratnya." ucapnya menatapku dengan tatapan aneh. Tidak, jangan bilang..

"Apa syaratnya pak?" tanyaku.

"Tidur dengan bapak malam ini." Aku menelan ludahku susah saat tangan pak Taeil terulur ke wajahku. Sedikit membuatku risih sehingga aku menghindarinya.

"Bapak akan berikan handphone keluaran terbaru dan nilai A di matkul bapak tanpa perlu ujian." tawarnya.

Sialan, genre apa yang aku mainkan ini ya? Kenapa sukses membuatku gugup dan deg-degan. Begini toh rasanya dilecehkan oleh dosen sendiri.

"Tak perlu ujian pak?" tanyaku saat pak Taeil beranikan diri menangkup wajahku.

"Iya, ujian di kasur aja sama bapak." ucapnya dengan wajah penuh nafsu seperti predator seksual. Sialan! Ujian di kasur!

"Tes drive kah pak?" tanyaku yang sukses memecah tawanya lagi, tapi aku yang deg-degan ini..

"Iya, mau kan? Ini penawaran terbatas loh." ucapnya. Woy, emang barang dagangan pak.

"Jawab bapak! Kalau mau ayo kita ambil bajumu di apartemen lalu menginap di tempat bapak malam ini." tanya Taeil. Wajahnya mendekat seperti ingin mencium bibirku. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan. Demi ajalah!

"Mau, tapi pakai kondom ya pak?"

TBC

PLAY DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang