1 : Siapa?

3.5K 458 233
                                    

"Hah. Hah. Hah."

Kenangan masa lalu itu kembali hadir dalam bentuk mimpi. Dan untuk yang kesekian kali membuat Yuuji terbangun dari tidurnya.

Memegang kepala yang berdenyut, Yuuji duduk sambil menyandar pada kepala ranjang. Mimpi barusan terasa amat nyata.

Tidak.

Kejadian dalam mimpi itu memanglah nyata. Dan Yuuji seperti ditarik lagi pada kejadian 7 tahun silam.

Baru Yuuji sadari ternyata telah lama berlalu. Namun efeknya masih membekas hingga sekarang. Yuuji tidak bisa melupakan. Bagaimana mungkin? Dalam kejadian itu, Yuuji kehilangan Satoru.

Orang yang sangat Yuuji cintai.

"Papa sudah bangun?"

"Ah, Sasaki."

Lamunan Yuuji buyar. Melihat buah hatinya dengan perawakan yang sudah seperti salinan dari Satoru. Rambut seputih salju. Dan mata sebiru langit musim panas. Setiap hari melihatnya, serasa sedang melihat Satoru dalam versi anak kecil. Atau memang beginikah Satoru saat masih kanak-kanak dulu?

Jika bukan karena Yuuji yang melahirkannya, Yuuji tidak akan percaya kalau Sasaki adalah anak kandungnya. Karena dilihat dari segi fisik, Sasaki tidak ada mewariskan apa-apa dari Yuuji.

"Aku sudah menyiapkan sarapan." Ucap Sasaki sambil mendekati ranjang Yuuji.

Yuuji tersenyum pahit. "Maafkan Papa. Karena Papa bangun terlambat, Sasaki jadi menyiapkan sarapan sendiri lagi."

Bocah laki-laki berusia 7 tahun itu menggeleng pelan. Tiba-tiba menghambur dalam pelukan Yuuji yang turut membalas. Yuuji mengelus sayang surai putranya.

"Papa tidak perlu minta maaf. Papa sudah bekerja seharian. Papa perlu istirahat yang cukup. Tidak masalah karena itu Papa jadi bangun telat."

Senyum Yuuji semakin mengembang. Setidaknya Sasaki menyalin sifatnya.

==========

Bola mata bergerak dalam kelopaknya. Megumi yang berdiri di sisi ranjang terkejut. Semakin terkejut lagi saat manik biru kembali terbuka setelah sekian lama tak nampak.

"Gojou-san, akhirnya kau siuman."

Raut wajah Megumi terlihat lega, bahagia, dan haru. Semua bercampur aduk. Dengan segera dia menekan tombol yang berada di atas meja untuk memanggil Shoko.

"Gojou-san? Siapa itu? Ini dimana?"

Megumi terkejut. Serentetan pertanyaan yang dilontarkan membuat pria itu menatap tidak percaya. Kerutan di dahinya tercetak jelas. Ada yang tidak beres disini.

"Gojou Satoru. Itu adalah namamu. Kau berada di rumah sakit sekarang." Namun meski merasa ada yang tidak beres, Megumi tetap menjawab.

"Begitukah?" Megumi mengangguk. "Lalu, kau siapa?" Sekali lagi Megumi harus dikejutkan dengan pertanyaan yang dilontarkan padanya.

"Aku Fushiguro Megumi. Apa kau tidak mengingatku Gojou-san?"

"Tidak."

==========

Megumi dan Utahime berdiri di luar ruangan. Menatap ke dalam lewat jendela besar. Terlihat Shoko bersama beberapa perawat yang lain tengah menangani Satoru.

Helaan nafas Megumi terdengar ketika raut bingung Satoru menjadi pemandangan yang sedikit asing di matanya. Karena, ya, rasa-rasanya Satoru yang dulu tidak pernah terlihat sebingung itu.

"Dia tidak mengingatmu?" Utahime melipat tangan di dada.

Megumi menggeleng. "Dia bahkan tidak ingat siapa dirinya." Mengalihkan pandangan pada Utahime. Mereka saling menatap. Memikirkan sesuatu yang sama dalam benak. Satu hal yang akan mereka ketahui sesaat lagi.

"Kemungkinan terburuknya adalah-"

"Dia Amnesia."

Perkataan Megumi dipotong lebih dulu oleh Shoko. Wanita itu keluar bersama perawat yang lain. Shoko menutup pelan pintu ruang Satoru dirawat dan menyuruh perawat lain kembali mengerjakan tugas mereka.

Dari dalam Satoru memandang heran tiga orang yang kini tengah berdiri di luar ruang rawatnya. Dua orang wanita dan satu orang pria. Mereka tampak seperti sedang membicarakan sesuatu yang serius. Tapi Satoru tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.

Satoru tidak mengenal mereka dan hanya dua dari mereka yang Satoru ketahui namanya.

Fushiguro Megumi dan Ieiri Shoko.

Shoko bilang padanya kalau dia adalah dokter yang telah merawat Satoru selama tidak sadarkan diri. Sekaligus teman Satoru dari dia SMA dulu. Benarkah? Satoru tidak bisa mengingatnya.

Kemudian Megumi, pria yang Satoru lihat saat pertama kali membuka mata. Siapa dia? Satoru tidak tahu karena dia belum mengenalkan dirinya selain memberi tahu nama. Setelah itu dia langsung keluar tanpa berkata apa-apa saat Shoko datang.

Dan wanita berambut hitam dengan luka di bagian wajah itu. Siapa namanya? Apa dia teman Satoru juga? Apa dia kenalan Megumi dan Shoko?

Memikirkan berbagai macam pertanyaan tiba-tiba membuat kepala Satoru jadi sakit.

"Aku tidak bisa mengingat apapun."

==========

Yuuji dan Sasaki memakan sarapan mereka dalam diam. Mereka hanya sarapan dengan roti diolesi selai coklat. Terlihat bukan seperti sarapan warga Jepang pada umumnya. Tetapi mereka sudah biasa.

Karena jam Yuuji bekerja dan jam Sasaki masuk sekolah sama, untuk menghemat waktu mereka menjadikan roti sebagai sarapan pagi. Bukannya Yuuji tidak pandai memasak. Dia bahkan sangat pandai. Namun itu permintaan dari Sasaki sendiri. Alasannya? Karena Sasaki tidak ingin merepotkan Yuuji. Anak yang baik.

Sebagai orang tua tunggal, Yuuji merasa sedih pada dirinya. Melihat putra semata wayang yang memakan sarapannya dengan lahap, Yuuji benar-benar merasa bersalah atas kejadian beberapa tahun lalu.

Kejadian naas yang merenggut nyawa Satoru.

Setelah kejadian itu Megumi dan beberapa orang teman Satoru pindah ke luar negri. Yuuji yakin mereka marah padanya. Sebab karena menyelamatkan nyawa Yuuji, Satoru jadi pergi selamanya. Kata Nobara, tubuh Satoru sudah menjadi abu. Bercampur dengan abu puing rumah. Kata Nobara juga, karena itu mereka tidak menguburkannya.

Ironis sekali.

"Papa tidak apa-apa?"

Yuuji tersentak. Tak lama kemudian ia tersenyum. "Tidak apa-apa, kok."

Sasaki memandangi Yuuji yang menguyah sisa rotinya. Kunyahan itu pelan sekali. "Papa aku ingin bertanya."

Yuuji mengalihkan pandangan yang semula menatap piring dihadapan. Masih dengan tersenyum. Menyingkirkan pikiran tentang masa lalu. "Ya? Ada apa?"

Sasaki memegang erat piring bekas sarapannya yang telah kosong. Manik biru miliknya menusuk tepat ke dalam manik kecoklatan milik Yuuji. Tatapan yang sangat tajam.

"Siapa ibu kandungku? Dimana dia? Papa tidak pernah memberitahu keberadaannya padaku."

***

Yah, udah punya anak aja. Kapan buatnya? Wkwk.

Ah ya, Sasaki itu visualnya mirip dengan Satoru waktu dia kecil. Jadi bisa dibayangin aja. Kalau boleh cerita, dari nama Sasaki lah ide Nana untuk buat cerita ini timbul ke permukaan.

Oklah.

Sekian.

MirayukiNana

Jum'at, 15 Januari 2021.

SORRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang