12 : Poto

1.7K 311 155
                                    

Yuuji memutuskan untuk turun. Namun pintu kamar tidak ditutup rapat. Saat berada di tangga Yuuji lihat Sasaki sedang menonton televisi.

"Sasaki."

Sasaki terkejut mendengar suara Yuuji memanggilnya. Dia pun menoleh.

"Apa kau tidak ada tugas sekolah?"

Sasaki bangun dari duduknya. Berlari kecil menghampiri Yuuji. "Papa, Sasaki rasa sudah saatnya Papa memberitahu tentang ibu-"

Belum lagi Sasaki menyelesaikan perkataannya, Yuuji langsung memotong. "Kerjakan tugas sekolahmu. Papa mau memasak."

Menepuk kecil pucuk kepala Sasaki kemudian Yuuji mematikan televisi. Lalu menuju dapur. Mencari bahan makanan yang tersedia di lemari pendingin.

Sebelum mulai memasak Yuuji bertanya, "Sasaki mau makan apa malam ini?"

Sasaki membuang muka. "Terserah." Jawabnya.

Yuuji memandangi Sasaki yang berlalu menaiki tangga. Pria itu tersenyum pahit melihat tanggapan yang diberikan oleh putranya tersebut.

"Papa selalu saja mengalihkan pembicaraan jika aku bertanya tentang ibu. Tch." Gerutu Sasaki.

Sasaki sudah lama kesal dengan reaksi Yuuji tiap kali dia bertanya hal yang sama. Apa salahnya untuk menjawab? Sasaki akan menerima jawaban apapun.

Sasaki berhenti ketika melewati kamar Yuuji. Pintu kamarnya sedikit terbuka. Sasaki jadi ingin masuk ke dalam. Sebelum itu Sasaki melongok kearah dapur. Dilihatnya Yuuji masih sibuk memasak.

Sasaki membanting diri di atas kasur. Kedua tangannya dijadikan bantalan kepala. Mata biru Sasaki menatap langit-langit kamar Yuuji. Begitu bersih seperti warna rambutnya.

Kalau diingat-ingat lagi, sudah lama Sasaki tidak tidur bersama Yuuji. Terakhir kali ketika dia berumur 4 tahun. Setelah itu Sasaki tidur sendiri.

"Mungkin malam ini tidur di kamar Papa tidak masalah." Gumamnya.

Sasaki mengubah posisinya menjadi berbaring menghadap ke kanan. Matanya langsung berpapasan dengan bingkai poto di atas meja samping ranjang Yuuji.

Dahi Sasaki berkerut saat dilihatnya wajah dalam poto itu sedikit tidak asing. Sasaki pun duduk dan mengambil bingkai poto tersebut.

"Wajahnya mirip denganku."

Baru pertama kali Sasaki melihat orang yang ada didalam poto tersebut. Orang itu tidak pernah dia lihat sebelumnya.

"Siapa dia? Apa dia teman Papa?"

Jika memang teman Yuuji, kenapa Sasaki tidak tahu? Yuuji tidak pernah bercerita kalau dia punya teman yang mirip dengan Sasaki. Bukan hanya wajah, warna rambut dan matanya juga mirip.

Tapi jika diperhatikan lagi. Wajahnya kelihatan jauh lebih dewasa daripada Sasaki. Sasaki berasumsi jika orang ini berumur diatas 20 tahun.

Sasaki membalik bingkai poto itu. Matanya menyipit saat membaca satu kata yang tertulis dibagian belakang bingkainya.

"Satoru?" Sasaki benar-benar tidak tahu orang yang bernama Satoru ini. Kenapa Yuuji sampai menyimpan potonya? Dan kenapa wajah mereka mirip?

Tunggu, kalau orang yang didalam poto ini begitu mirip dengan Sasaki. Dan dia seorang pria dewasa. Satu kemungkinan yang terlintas di kepala Sasaki.

"Apa jangan-jangan dia adalah ayah kandungku?"

Dahi Sasaki semakin berkerut dalam. Dia ingat dulu Yuuji menolak untuk dipanggil 'Ayah' olehnya. Pasti ada sesuatu dibalik penolakan Yuuji tersebut. Yuuji juga menolak untuk menjawab pertanyaan Sasaki tentang keberadaan ibunya. Kedua hal itu pasti saling berhubungan.

"Jika dia memang ayah kandungku." Sasaki memegang kuat kedua sisi bingkai poto.

"Lalu hubungan Papa denganku apa? Ayah dan anak angkat?"

==========

"Gojou-san sudah sarapan?"

Satoru mendelik. "Pertanyaan aneh. Tentu saja aku sudah sarapan. Dari tadi pagi malah."

Sekarang sudah siang, menanyakan soal sarapan yang lebih baik ditanyakan ketika pagi hari memang terdengar tidak cocok. Seharusnya Megumi bertanya, "Apa Gojou-san sudah makan siang?" Itu baru lebih cocok.

"Aku tidak suka Utahime yang menggantikan Megumi."

"Kenapa?"

"Karena dia galak. Tidak ada lembut-lembutnya. Tidak seperti Megumi." Satoru ingat bagaimana Utahime yang kebanyakan marah-marah saat menyuapinya tadi pagi.

Satoru memang kadang suka bersifat seperti anak kecil. Dia merengek tidak mau makan bubur terus. Dan bertanya apa tidak bisa dia makan manisan saja. Lalu Utahime memarahinya.

"Utahime tidak cocok menjadi calon istriku. Justru Megumi yang lebih cocok."

"Ha?" Kedua alis Megumi bertaut. Megumi tidak salah dengar, kan? Dirinya lebih cocok jadi calon istri Satoru? Apa coba maksudnya itu?

"Megumi itu orangnya kalem. Tidak suka marah-marah. Megumi termasuk cuek tapi sebenarnya perhatian."

Alis Megumi sudah menyatu. Jadi itu pandangan Satoru terhadap dirinya? Megumi sedikit penasaran, bagaimana pandangan Satoru terhadap dirinya sebelum dia hilang ingatan. Apakah sama?

"Dan juga Megumi itu cantik."

Raut datar Megumi tampilkan. "Aku ini pria tulen Gojou-san. Aku tidak cantik." Ucapnya menekan kata 'tulen'.

"Aku tahu itu. Tapi kenyataannya untuk seorang pria tulen, Megumi terbilang cantik." Megumi memutar bola matanya malas. Terlalu malas untuk menanggapi kata-kata Satoru lebih lanjut.

"Terserah apa katamu."

Megumi dan Satoru sama-sama saling mengalihkan pandangan. "Tapi aku sukanya yang manis." Gumaman Satoru membuat Megumi menarik kedua sudut bibirnya sambil menggeleng kecil.

***

Selera Satoru mirip dengan seleranya Nana. Wkwk :v

MirayukiNana

Minggu, 28 Februari 2021.

SORRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang