02.

14 3 0
                                    


"Permisi, kau Sakura bukan?."

Gadis bersurai panjang dengan warna hitam pekat menjadi indah di kulit putih berdarah Jepang tersebut. Gadis kelahiran Osaka yang seumuran Jisung terlihat cantik memakai balutan busana rok selutut serta sweater abu-abu ukuran sedikit besar. Tidak lupa topi baret berwarna cokelat melingkar di atas kepalanya. Menambah kesan seperti berada di Jepang.

Sakura menoleh ke belakang, mendapati laki-laki seumurannya menatap dengan lekat. Jisung terlihat sangat tinggi di hadapan Sakura. Mengingat tinggi laki-laki tersebut 183 cm.

Sakura memberhentikan acara berbincang bersama teman di depan. Tangan Sakura mengibas kearah samping mengisyaratkan agar teman Sakura pergi. 

"Ya?. Ada apa?." Jawab Sakura. Alis Sakura terangkat satu, melihat bingung Jisung karena baru pertama kali berbincang dengannya.

"Kau anak Tuan Watanabe?."

"Betul, to the point. Aku tidak suka basa-basi." Iris cokelat Sakura memutar, ia paling malas tipe orang jika di ajak berbicara terlalu bertele-tele. Menurutnya, itu sangat menyebalkan.

"Jam kuliah selesai, kita pulang bersama. Mengingat kita sebagai tetangga yang hanya beda lima rumah."

Netra Sakura menatap terkejut, what?. Mereka baru saja berbicara. Walaupun mereka tetangga tetapi tidak pernah berbincang sekalipun. Jisung hanya bertegur sapa dengan orang tua dari Sakura, tidak anak mereka.

Sakura menghela napas panjang, sebelum tangan Sakura meraih ponsel yang ada di dalam tas. Layar ponsel mengenai wajah Sakura. Mengabaikan anak laki-laki seumuran yang sudah sabar menunggu jawaban Sakura. Entah apa yang di lihat oleh Sakura dari benda pipih berukuran persegi, ia langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Kembali menatap wajah tirus Jisung.

"Entah apa yang membuatmu berniat mengajak pulang bersama. Tetapi hari ini adikku tidak menjemput, apa salahnya menerima tawaran mu."

Ujung bibir Jisung terangkat, ia tersenyum tipis. Tidak tahu apa yang dipikirkan anak lelaki itu sekarang. Yang jelas niatnya hari ini adalah pulang bersama dengan Sakura.

"Baiklah, nanti tunggu dekat parkiran. Aku akan menyusul. Kalau begitu aku permisi."

Kaki jenjang Jisung berhenti melangkah. Sebuah tangan kurus dan putih menahan dirinya, memegang pergelangan tangan Jisung untuk berhenti melangkah. Tubuh Jisung menoleh, mendapati Sakura menggenggam pergelangannya dengan erat. Pandangan diantara keduanya bertemu, segera Sakura melepas tangan dirinya.

"Bukankah kau tadi berangkat bersama temanmu?." Ah, Sakura tidak tahu teman yang bersama Jisung. Lee Jeno. Sakura hanya tahu bahwa teman dekat Jisung memiliki senyum menyerupai bulan sabit dari angkatan tahun lalu, senior dirinya.

Jeno cukup terkenal dengan ketampanan. Oh!. Tidak lupa kepintaran Jeno yang diatas nilai rata-rata. Serta Haechan yang menjadi teman terkenal sebagai anak teladan walau sedikit receh dan suka melucu. Itu menjadi ciri khas Haechan. Sedangkan Jeno juga terkenal sebagai anak motor bersama Haechan, tetapi akhir-akhir ini Haechan jarang mengikuti, mungkin karena ingin lebih fokus ke pelajaran dan mengejar nilai Jeno. Terkadang Haechan iri dengan Jeno, ia jarang belajar tetapi nilainya tinggi. Sedangkan Haechan yang sudah belajar mati-matian nilainya pun sama. Menyebalkan.

"Tenang saja, itu urusanku." Setelah berkata Jisung kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti oleh Sakura. Tanpa sadar seulas senyum terlihat di wajah Jisung. Di hatinya ia berdoa, semoga rencana hari ini berhasil. Itu saja.

Sedangkan Sakura masih menatap punggung lebar Jisung perlahan mengecil dari pandangan Sakura. Wajahnya terlihat datar, tetapi didalam pikiran Sakura berputar. Mengapa Jisung mengajaknya pulang bersama?. Sejauh ini mereka hanya saling tahu nama saja. Tetapi dengan tiba-tiba Jisung mengajak pulang bersama, dan yah setau Sakura Jisung tipe anak yang pendiam. Sakura tidak tahu, bagaimana sifat Jisung jika bersama para Hyung nya dan Chenle.

I'M WIN | PJS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang